Edisi Jum'at, 3 Maret 2023 M / 10 Sya'ban 1444 H.
Habib Ali bernama lengkap Al-Habib Al-Imam Al-Allamah Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi. Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi lahir di Qasam pada Jumat 24 Syawwal 1259 H/18 November 1843 M sebuah kota di negeri Hadhramaut. Ketika usia beliau menginjak 68 tahun, beliau mengarang sebuah kitab maulid yang diberi nama Simtud Durar. Sebuah kitab maulid yang masyhur dan penuh berkah hingga kini dibaca di Hadramaut, Indonesia, dan Afrika. Beliau mengarang kitab ini pada Kamis, 26 Shafar 1327 dan menyempurnakannya pada 10 Rabi'ul awwal 1327 Hijriyah.
Habib Ali merupakan anak dari Habib Muhammad bin Husein Al Habsyi. Adapun nasab Habib Ali adalah Ali bin Muhammad bin Husein bin 'Abdullah bin Syeikh bin Abdullah bin Muhammad bin Husein bin Ahmad Shahib Asy-Syi'b bin Muhammad Asghar bin Alwi bin Abu Bakar al-Habsyi bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Asadullah bin Hasan at-Turabi bin Ali bin al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Sahib Mirbath bin Ali Khali' Qasam bin 'Alwi bin Muhammad bin Alw bin Ubaidillah bin al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad Nagib bin Ali al-Uraidhi bin Ja'far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin 'Ali Zainal Abidin bin Husein bin Fathimah az-Zahra binti Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bin Abdillah.
Pada saat usia 7 tahun, ayah Habib Ali hijrah ke Mekah bersama tiga anaknya yang lain, yaitu Abdullah, Ahmad dan Husein. Sementara itu, di usia 11 tahun, beliau bersama ibundanya pindah ke Seiwun, supaya dapat memperdalam ilmu fiqih dan ilmu-ilmu lainnya, sesuai perintah Habib Umar bin Hasan bin Abdullah Al Haddad. Di usia 17 tahun, Habib Ali pergi ke Mekah atas perintah ayahnya dan tinggal di sana selama dua tahun. Setelah itu, Habib Ali kembali ke Seiwun sebagai seorang alim dan ahli pendidikan. Berikut ini adalah beberapa diantara kalam beliau :
1. Yang selalu memperlambat terkabulnya do’a seorang hamba adalah karena harapan yang rendah : mengharapkan sesuatu dari makhluk. Angkatlah pandanganmu secara keseluruhan kepada zat yang dibutuhkan semua makhluk. Maka akan tampak tanda-tanda terkabulnya do’a. (Wasiat untuk Sayyid Muhammad bin Syaikh bin Abdullah Musawwa).
2. Wahai saudaraku, berprasangka baiklah kepada Tuhan, wujudkanlah kebenaran janji-Nya, dan rasakanlah kebesaran nikmat-Nya. Cukuplah bagi kita firman Allah, seperti disabdakan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam: “Aku bersama prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, maka berprasangkalah kepada-Ku sesukamu”. (Wasiat untuk Ahmad bin Ali bin Abdillah Makarim).
3. Jika seorang hamba memedulikan penyakit hati seperti penyakit badan, niscaya mereka akan mendapatkan tabib dihadapan mereka. Tetapi, sedikit sekali yang membahas masalah ini, karena mereka telah dikuasai nafsu dan akal. (Wasiat untuk Sayyid Muhammad bin Syaikh bin Abdullah Musawwa).
4. Jika tidak ada ketamakan dan tak ada satu makhlukpun keluar dari lingkaran jejak Nabi Saw, tidak akan ada manusia mengejar dunia yang fana ini atau berpaling dari kebahagiaan negeri akhirat yang kekal. (Wasiat untuk Sayyid Muhammad bin Ahmad bin Ja’far bin Ahmad bin Ali bin Abdullah as-saggaf).
5. Tidak ada derajat yang lebih tinggi daripada prasangka baik, karena didalam prasangka baik terdapat keselamatan dan keberuntungan. Didalam keluasan rahmat Allah sirnalah amalmu seperti amal setiap makhluk. Di dalam rahasia Allah, yang dititipkan pada makhluk-Nya, terdapat sesuatu yang mengharuskan untuk berkeyakinan bahwa semua makhluk adalah mulia (Wasiat untuk Sayyid Abdullah bin Abdurrahman bin Muthahhar).
6. Keteguhan yang sempurna berbeda-beda. Keteguhan dalam perkataan berbeda dengan keteguhan dalam perbuatan. Keteguhan perbuatan berbeda dengan keteguhan dalam beramal. Keteguhan dalam beramal berbeda dengan keteguhan dalam mencari. Keteguhan dalam mencari berbeda dengan keteguhan dalam apa yang dicari. Sedangkan hakekatnya secara utuh dan merupakan kedudukan yang terakhir, adalah tidak memalingkan pandangan dari Allah sekedip matapun bahkan yang lebih cepat dari itu. (Wasiat untuk Sayyid Muhammad bin Hamid bin Umar bin Muhammad bin Saggaf al-Shafi al-Saggaf).
7. Janganlah kamu putuskan kehadiranmu ditempat-tempat yang baik karena alasan kesibukan dunia. Hati-hatilah, karena itu merupakan tipudaya syetan. Hadirkanlah Allah ketika sendirian, sembahlah Dia, seakan melihat-Nya, dan jika tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu. (Wasiat untuk Muhammad bin Abdullah bin Zain bin hadi Ba Salamah).
8. Tutuplah mata dari perhiasan dunia dan segala kenikmatan fana yang dimiliki budak-budaknya serta kenikmatan yang akan terputus. Sesungguhnya semuanya seperti kau saksikan bahwa dunia ini cepat berpindah dan dekat kefanaannya (Wasiat untuk Sayyid Muhammad bin Abdullah bin Abdurrahman bin Muthahhar).
9. Jadikanlah al-Qur’an dan dzikir kepada Allah bacaan sehari-harimu. Bertafakur lah terhadap rahmat Allah. Jika mungkin setiap waktu hanya ada antara dirimu dan Tuhan, dan pada saat itu telitilah diri sendiri. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda : “Telitilah dirimu, sebelum kalian diteliti”. Seseorang yang meneliti dirinya didunia, perhitungan baginya akan lebih ringan diakherat kelak. (Wasiat untuk Sayyid Hasan bin Ali bin Toha al-Habsyi)
10. Orang yang lalai mengira bahwa dirinya mencapai kelezatan dunia tanpa mengetahui bahwa sebenarnya kemanisan dunia bercampur dengan kepahitannya. Sedangkan kehidupan indah yang sebenarnya adalah berpaling dari dunia, kemudian masuk ke hadhirat Yang Maha Kaya dengan sifat faqir, miskin, lalu memetik sesuatu yang indah dari tempat itu (Wasiat untuk keluarga al-Kaff).
11. Kerjakan segala perintah Allah dan tinggalkan larangan-Nya. Jangan sampai Allah melihatmu melakukan apa yang dilarang-Nya, atau kehilanganmu pada perintah-Nya. Bangkitlah untuk memenuhi hak Allah. Bersemangatlah melakukan sesuatu yang membuat para salaf (pendahulu yang saleh) mulia. (Wasiat untuk putrinya, al arifah billah Khadijah).
12. Cabutlah ketajaman dari sarung pedang tabiatmu yang membelah akar cinta dari asalnya. Taburilah tanah dengan benih pohon-pohon kezuhudan, hingga menghasilkan qurb (kedekatan) kepada Allah, air telaga dari celah wishal (persatuan dengan Allah), dan pengetahuan pada puncak tujuan. (Wasiat untuk pencintanya, Ahmad bin Ali bin Abdillah Makarim).
13. Motivasi taubat sangat banayak, tetapi yang paling kuat adalah renungan (fikr). Renungkanlah berbagai nikmat dari Allah kepadamu sejak engkau berupa mani menjadi manusia yang lahir ke alam ini dan berbagai nikmat lainnya yang kau peroleh hingga saat ini. Renungkanlah nikmat Allah yang engkau terima dalam setiap pertumbuhanmu. Sebab dalam setiap nafas terdapat nikmat yang banyak sekali. Andai kata tidak ada nikmat itu, maka engkau tidak akan pernah terwujud. Jika engkau renungkan nikmat ini, maka dalam dirimu akan muncul rasa cinta kepada Allah. Karena, sudah menjadi watak hati untuk mencintai siapa saja yang berbuat baik kepadanya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam : “Dan pada hakikatnya yang berbuat baik kepadamu adalah Allah Subhanahu Wa Ta'ala.”
14. Merenung juga akan membuahkan rasa malu. Jika engkau renungkan berbagai nikmat yang diberikan Allah maka engkau akan malu menggunakan berbagai nikmat itu untuk bermaksiat kepada-Nya. Apakah pantas kebaikan engkau balas dengan keburukan ? Ini tanda yang paling membuktikan bahwa manusia sangat zalim dan bodoh. Jika engkau perhatikan pelbagai nikmat yang didberikan Allah kepadamu dan engkau merasa malu untuk membalasnya dengan keburukan, maka engkau akan menyesali semua keburukan yang pernah engkau lakukan setelah itu dalam dirimu akan timbul tekad untuk berbuat baik dimasa mendatang.
15. Barangsiapa menghafal maulidku (Simthud Durar) atau menulisnya dari awal hingga akhir, Allah Subhanahu Wa Taala akan membukakan pintu rahmat-Nya sehingga ia menjadi pandai.
16. Mustahil kalian menginginkan sorga dan selamat dari siksa neraka jika kalian tidak mengetahui jalan yang dapat menghantarkan kalian ke sorga dan tidak memperoleh penuntun yang menunjukkan jalan tersebut kepada kalian. Carilah penunjuk jalan dan perkuatlah keyakinan kalian.
17. Wahai manusia, jika kau lihat dirimu senang pada kebaikan dan bersemangat untuk beramal, maka itu merupakan tanda bahwa kau adalah seorang ahlil khair.
Semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.