Kamis, 02 Maret 2023

KALAM ULAMA KH. SYAMSUL ARIFIN, S.AG,M.FIL.I BIN H.SUKERI

Edisi Kamis, 2 Maret 2023 M / 9 Sya'ban 1444 H.

H. Syamsul Arifin, S.Ag., M.Fil.I  bin H. Sukeri, lahir di Amuntai, Kamis, 13 Agustus 1970 M  atau bertepatan dengan tanggal 10 Jumadil Akhir 1390 H. Beliau adalah Alumni S-2 IAIN Antasari  jurusan Filsafat  Islam (Tasawuf), dengan tesis berjudul : “Spritualitas Sosiologis: Simbol-simbol Haji dalam Pandangan Ali Syari’ati”. 

Saat ini beliau juga menjadi pendidik di Pondok pesantren Rasyidiyah Khalidiyah (Rakha) Amuntai, Kalimantan Selatan. Selain itu juga beliau aktif memberikan tausiah dan materi dakwah di beberapa Majelis Taklim. Sedangkan Alamat rumah beliau di Jalan Pembalah Batung, Kelurahan Paliwara (Dekat Langar "Nurul Huda" Paliwara, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan 71418.

Berikut ini adalah beberapa diantara kalam beliau :

1. “Orang yang muttaqin dalam hubungannya dengan Allah selalu muwaffaqah yaitu sifatnya, tingkah lakunya, apapun yang muncul dari orang itu selalu sesuai dengan aturan Allah Subhanahu wa ta’ala. Jadi muttaqin adalah orang yang setiap perilakunya, tingkah lakunya, apapun yang muncul dari dia semuanya itu sesuai dengan aturan Allah”.

2. “Takutlah kamu atau bertakwalah kamu kepada Allah di manapun kamu berada. Jadi dalam pandangan orang muttaqin keberadaan dirinya itu selalu dalam pengawasan Allah. Kalau untuk muraqabah atau kedekatan perasaan adalah (merasa) selalu diintip, selalu diawasi. Contoh, sehebat apapun hotel atau semewah apapun gedung, tak ada CCTV sampai ke kamar tidur, sampai ke WC, tidak ada. Tetapi Allah mempunyai “CCTV” full time 24 jam selalu hadir dimanapun kita berada, ada jejak rekamnya. Jadi, Muttaqin adalah orang yang selalu dekat, merasa diitihi, diintip ooleh Allah, sehingga ketika dimanapun posisinya dia selalu merasa Allah senantiasa melihatnya”

3. “Hati namanya Bashirah. Ketika seseorang mampu menjaga kedua matanya maka Allah akan membukakan bashirah (hatinya). Sehingga, ada orang yang tahu dan melihat sesuatu yang orang lain kada melihat. Kenapa ? Karena ia mampu menjaga matanya. Ketika seseorang mampu menjaga lisannya (dari) ucapan-ucapan yang kada boleh kada baik, maka nanti Allah akan berbicara kepada dia. Buktinya, perintah Allah kepada Maryam untuk melakukan puasa (shaum) “bicara” (tidak berbicara). Ketika seseorang mampu puasa bicara maka Allah akan berbicara kepadanya. Dan ketika Maryam mampu melakukan puasa bicara, apa yang terjadi ? maka Allah berbicara kepadanya melalui Isa as yang bapandir lantang kaya orang tuha padahal hanyar dilahirkan”

4. “Ketika seseorang mampu memuasakan lidahnya dari ucapan-ucapan yang kada baik, kada bermanfaat, maka Allah akan berbicara kepadanya”

5. “Orang yang takut kepada Allah. Maka berbicaranya selektif, bapandernya itu baaturan”

6. “Kalau kita mengirim chat “WhatsApp (WA)” ke group tertentu, yang anggotanya katakanlah 30 orang, kemudian yang kita kirim itu kontennya (isinya) berupa “hoax”, maka kita telah berdusta kepada 30 orang”

7. “Jangan pernah mengemukakan kejelekan kita kepada seseorang, akan turun posisi kita ke bawah. Ketika kita curhatkan kekurangan kita kepada Allah, maka posisi kita akan naik, tetapi, apabila kita sebutkan kekurangan kita pada manusia, posisi kita akan jatuh”

8. “Indikasi hasad itu adalah tidak mensyukuri nikmat. Kalau dia mensyukuri nikmat yang dia dapat maka dia tidak akan hasad dengan orang lain. Kita jangan melihat jumlah nikmat yang diberikan, tetapi kita harus menyadari bahwa kita diberikan nikmat. Apabila kita menghitung, melihatnya tu dari jumlah, maka seseorang akan suka membandingkannya dengan orang lain.Contoh, seorang ayah yang menyangui anaknya sekolah, 10 ribu misalnya, dan di kelasnya itu rata-rata kakawanannya basangu 15 ribu. Maka apabila si anak melihat kepada jumlah, maka inya akan baucap : “Anu bah ai kakawanan ulun 15 ribu barataan basangu”. Adalah inya berterima kasih. Kada. Karena inya melihat jumlah. Tetapi ketika ia merasa diberi, merasa diunjuki, diunjuki abah, diunjuki mama, maka dia akan baucap : terima kasih abah”.

9. “Penyakit hati akan menghalangi seseorang untuk bisa bertemu dengan Allah”

10. “Dapat berada ditempat yang mulia dalam kegiatan yang mulia merupakan suatu kenikmatan besar yang luar biasa”

11. “Tidak ada satupun kitab dimuka bumi ini yang paling banyak dibaca oleh manusia selain al-Qur’an, tidak ada satupun bacaan dimuka bumi ini yang paling banyak dihafal manusia selain al-Qur’an, tidak ada satupun bacaan dimuka bumi ini yang dipelajari redaknya kecuali al-Qur’an, tidak satupun bacaan dimuka bumi ini yang diatur tatacara membacanya selain al-Qur’an, dan tidak ada bacaan dimuka bumi ini yang dipelajari sejarahnya, dimana turunnya, bagaimana sesuatunya kecuali al-Qur’an”

12. “Al-Quran adalah petunjuk terbaik bagi manusia. Kenapa? (karena) Allah pencipta manusia (tentu) Allah tahu persis siapa manusia, kemudian Allah turunkan undang-undang, syari’at dalam bentuk al-Qur’an. Semua hukum dalam al-Qur’an paling tepat, cocok untuk manusia”

13. “Ada 4 macam persaudaraan yang oleh al-Qur’an di sebutkan, yaitu persaudaraan kemakhlukan, bahwa kita ini makhluk diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Sama semuanya. Kemudian ukhuwwah insaniyah, bahwa kita bersaudara kemanusiaan, meski lahir dari orang tua yang berbeda, tetapi diruntut ke atas akan ketemu pada Adan dan Hawa, jadi kita sebenarnya bersaudara. Kemudian ukhuwwah wathaniyah, saudara karena satu Negara. Kemudian ada ukhuwwah Islamiyah, yaitu persaudaraan yang diikat oleh agama”.

14. “Ukhuwwah dalam bentuk apapun akan melahirkan suatu persatuan dan quwwah, kekuatan”.

15. “Bagi kita orang beriman, kita menyakini apapun yang terjadi itu semua kehendak-Nya, itu semua merupakan takdir Allah Subhanahu wa ta’ala. “Wa kaana amrulillah qadaran maqduuran (Qs. Al-Ahzab (33) : 38), apa yang Allah takdirkan, Allah tentukan semua pasti akan terjadi. Namun kemudian, kita sebagai orang beriman, apapun yang terjadi semuanya akan melahirkan kebaikan bagi kita semua. Disinilah kemudian, yang meng ‘ajibkan Rasul. “Ajaban li amril mu’mini, inna amrahu kullahu khairun wa laisa dzaka li ahadin illa lil mu’mini. Inna ashaabathu sarra-u syakara, fakaana khairaanlahu, wa in ashaabathu dharra-u shabara, fakaana khairaanlahui” (HR. Muslim). Kalimat ‘ajaban, dimana perkara orang mu’min itu menakjubkan, ketika mereka ditimpa sesuatu yang menyenangkan, syakara, mereka bersyukur, maka ini menjadi suatu kebaikan bagi mereka; dan jika mereka ditimpa ashaabathu dharra-u, (seperti) musibah, bala, bencana (lalu) shabara, mereka sabar, maka (hal itu) melahirkan kebaikan juga baginya. Sarra dan dharra, kebaikan dan kemudharatan ini semua menunjukkan kekuasaan Allah. 

16. “Inna fii dzaalika la ayaatin likulli shabbaarin syakuuri” (Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sabar lagi banyak bersyukur) (QS. Luqman : 31).  Semuanya itu tanda-tanda kekuasaan Allah, semua diperuntukkan bagi orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur”.

17. “Ketika seseorang menyatakan beriman kepada Allah, maka Allah akan uji imannya itu., Allah akan coba keimanan yang dinyatakannya. “Ahasibannaasi ay yutrakuu ay yaquuluu amanaa wahum la yuftanuun” (Qs. Al-Ankabuut ayat 2) “Apakah kamu mengira bahwa kamu dibiarkan saja mengatakan beriman sementara mereka belum lagi diuji”. Artinya apa? Ketika seorang menyatakan beriman kepada Allah maka ujian menjadi konsekuensi logis yang akan didapatkan”.

Semoga bermanfaat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.