Edisi Rabu, 8 November 2023 M / 24 Rabi'ul Akhir 1445 H.
Rasa cemburu mungkin kerap hadir dalam perasaan diri kita. Dimana rasa ini timbul karena rasa yang tidak suka jika orang yang kita sayangi lebih memilih orang lain dibandingkan kita. Di dalam bahtera rumah tangga, rasa cemburu terhadap pasangan merupakan fitrah manusia yang bisa datang kapan saja. Dimana jika rasa cemburu tidak ada, bahkan hal tersebut sangatlah dikuatirkan. Bisa jadi pasangan anda tidak memiliki rasa kasih dan sayang yang begitu besar terhadap anda.
Dalam kehidupan Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam , rasa cemburu kerap diperlihatkan oleh istri Nabi. Terutama bagi Ummu Aisyah yang memang memiliki rasa cemburu yang lebih besar dibandingkan istri-istri Nabi lainnya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbali, Imam An-Nasa’i, dan Imam Abu Dawud, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:
“Sungguh ada sifat cemburu yang disukai oleh Allah Ta'ala yaitu sifat cemburu yang disertai dengan keragu-raguan dan ada pula sifat cemburu yang sangat dibenci oleh Allah Ta'ala yaitu rasa cemburu yang tanpa disertai rasa keragu-raguan lagi.”
Cemburu di dalam islam sebenarnya diperbolehkan, asalkan jika rasa cemburu yang timbul tidak memiliki sifat yang berlebihan hingga menyebabkan pertengkaran di antara keduanya. Ketika Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam memiliki seorang istri yang bernama Aisyah, beliau merupakan sesosok istri yang memiliki rasa cemburu yang besar kepada Nabi. Terutama untuk istri-istri Nabi lainnya. Namun, hal tersebut tidaklah dilarang justru menjadi tolak ukur rasa cintanya kepada Nabi yang begitu besar. Hal ini berkaitan dengan keutamaan Khadijah istri Rasulullah yang begitu Beliau sayangi.
Namun bagaimana jika rasa cemburu tersebut sudah melewati batasnya. Misalnya seorang istri yang memiliki rasa cemburu buta terhadap suaminya hingga ia melakukan apa saja untuk menjaga suaminya dari perempuan lain. Atau sebaliknya suami yang memiliki rasa cemburu berlebihan hingga terus menerus mengawasi istrinya dari laki-laki lain bahkan sampai mengurungnya seharian di rumah. Adakah bahaya cemburu dalam islam? Berikut pembahasan mengenai bahaya cemburu dalam islam yang memang harus anda ketahui dan pahami secara betul:
1. Rasa Percaya yang Berkurang
Saat rasa cemburu mulai menyapa pada diri anda, tentu kepercayaan yang semula anda tanamkan kepada pasangan secara perlahan mulai berkurang dengan sendirinya. Hal inilah yang ditakutkan dalam kehidupan rumah tangga. Dimana apabila rasa percaya terhadap pasangan mulai berkurang, tentu akan berakibat fatalnya kehidupan rumah tangga yang selama ini anda bina. Anda bisa mempelajarinya dari tips menjaga hati dalam islam.
2. Ragu Terhadap Pasangan
Cemburu bisa timbul karena ada dugaan yang jelas terhadap pasangan. Maka rasa cemburu yang seperti inilah yang masih dalam tahapan yang wajar. Namun apabila keraguan yang anda tanamkan kepada pasangan tanpa adanya landasan atau tuduhan yang kuat. Maka hal tersebut merupakan perbuatan yang dibenci oleh Allah Subhanhu wa ta'ala.
Nabi Shallallahu'alaihi wasallam pernah bersabda: “Ada jenis cemburu yang disukai oleh Allah Subhanahu wa ta'ala dan adapula cemburu yang dibenci oleh-Nya, yaitu cemburu yang didasari atas tuduhan atau sangkaan. Sedangkan cemburu yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa ta'ala yaitu cemburu yang tidak dilandasi dengan keraguan.” (Sunan Al-Baihaqi).
3. Menimbulkan Persepsi yang Buruk
Kecemburuan terhadap pasangan bukan hanya mengurangi rasa percaya kepada mereka. Melainkan juga menimbulkan persepsi yang buruk kepada pasangan kita. Hal ini juga telah dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa ta'ala yang berbunyi:
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa adalah apabila mereka ditimpa rasa was-was yang berasal dari syaitan, maka mereka langsung mengingat kepada-Ku. Maka dari itu pula mereka akan melihat kesalahan-kesalahan.” (QS. Al-A’raf: 201).
4. Memicu Kemarahan
Dalam sebuah riwayat menyebutkan bahwa Sa’ad bin Ubadah menyatakan: “Seandainya aku telah melihat seorang laki-laki bersama istriku, maka aku akan memukulnya dengan sisi padangku yang sangat tajam.”
Saat mendengar berkataan tersebut, Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
“Tidak herankan kalian terhadap kecemburuan Sa’ad? Jika aku berada di posisinya, maka aku akan lebih cemburu daripadanya. Dan Allah Subhanahu wa ta'ala akan lebih cemburu lagi dari apa yang ada pada diriku.” (HR. Bukhari).
Hal ini berkaitan dengan bahayanya sifat marah dalam islam yang harus anda ketahui juga.
5. Ancaman Dosa
Saat kemarahan mulai ada di dalam rasa cemburu yang anda tanamkan, maka hal tersebutlah yang mengancam dosa bagi anda. Hal inilah yang paling ditakuti oleh Allah Ta'ala. Dimana saat seseorang memiliki rasa cemburu berlebih kepada pasangannya, maka bukan nikmat atas pahala yang mereka dapatkan. Melainkan justru dosa yang terus tertumbuk dari rasa marah yang mereka tanamkan pada dirinya.
Seperti halnya dalam firman Allah Subhanahu wa ta'ala : “Hai orang-orang beriman, jauhkanlah dirimu dari kebanyakan prasangka, sesungguhnya yang demikian itu adalah dosa.” (QS. Al-Hujurat: 12).
6. Berburuk Sangka Terhadap Pasangan
Berburuk sangka terhadap pasangan tidak hanya memicu pertikaian diantara keduanya. Melainkan juga menimbulkan rasa yang kurang baik di dalam diri mereka. Dimana sifat inilah yang sangat dibenci oleh Allah Ta'ala.
Dalam firman Allah Subhanahu wa ta'ala : Dan janganlah engkau iri hati terhadap apa yang telah Aku karuniakan terhadap sebagian dari kamu. Karena bagi (laki-laki) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan mohonlah kepada Allah Subhanahu wa ta'ala atas sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui atas segalanya.” (QS. An-Nisa’: 32).
7. Adanya Luka dalam Hati
Saat prasangka sudah ada di dalam hati, maka kecemburuan juga semakin menjadi-jadi. Hal inilah yang menimbulkan adanya luka dalam hati kita. Dimana saat kita merasa benci terhadap seseorang, tentu luka hati juga akan tertanam pada diri kita.
Untuk itu, islam melarang bagi mereka yang memiliki sifat cemburu yang berlebih kepada pasangannya.
8. Memicu Timbulnya Permasalahan Baru
Kecemburuan yang besar bukan hanya menyakiti diantara satu pasangan kita, melainkan juga dapat memicu timbulnya permasalahn baru di dalam rumah tangga. Yang awalnya hanya sebuah prasangka kecil bisa semakin besar dengan rasa cemburu yang meluap di dalamnya. Hal inilah yang harus dihindari ketika cemburu sudah membutakan hati kita.
9. Komunikasi yang Semakin Buruk
Cemburu bukan hanya menimbulkan permasalahan baru di dalam rumah tangga, melainkan juga memperburuk komunikasi diantara keduanya. Apabila komunikasi sudah tidak terjalin seperti sediakala. Maka sebaiknya ada pihak penengah agar rasa cemburu tidak menimbulkan permasalahan yang berujung ke tanduk pertikaian.
10. Menimbulkan Pertikaian Diantara Keduanya
Saat rasa cemburu sudah membutakan mata hati anda, maka rasa sakit hati akan tertanam pada diri anda. Tidak hanya mengurangi keharmonisan di dalam rumah tangga, melainkan juga berimbas ke pertikaian diantara sepasang suami dan istri. Hal inilah yang sangat dilarang dalam islam. Dimana sebuah rumah tangga yang seharusnya dibangun dengan rasa cinta dan kasih. Justru berujung ke dalam jurang kehancuran.
11. Menyebabkan Kehancuran
Bukan hanya ketidakharmonisan di dalam rumah tangga, melainkan juga adanya permasalahan baru yang terus diungkit-ungkit. Apabila rasa cemburu sudah mengarah ke suatu yang tidak wajar dan justru menimbulkan permasalahan baru di dalam keluarga yang menyebabkan kehancuran.
Maka setidaknya ada salah satu pihak yang mencoba untuk mengalah demi keutuhan bahtera rumah tangga yang anda bina selama ini. Anda bisa mempelajari hal lain dari Baginda Nabi yaitu cara Rasulullah menyayangi istri dan cara Rasulullah marah kepada istri.
12. Haramnya Masuk Surga
Memiliki sifat cemburu terhadap pasangan memang dibenarkan dalam islam, namun tidak bagi mereka yang memiliki sifat cemburu hingga berlebih (cemburu buta). Sifat cemburu yang seperti inilah yang akan memicu terjadinya kehancuran di dalam rumah tangga hingga Allah Ta'ala mengharamkan bagi mereka untuk menikmati surga-Nya.
Seperti halnya sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berikut ini:
“Ada tiga golonganku yang mana Allah Subhanahu wa ta'ala mengharamkannya masuk surga yaitu mereka pecandu khamr, mereka yang durhaka kepada orang tuanya, dan mereka yang membiarkan kefasikan dan kekafiran di dalam rumah tangganya.” (HR. An-Nasa’i).
13. Adanya Pihak yang Tersakiti
Bukan hanya dari kedua belah pihak yang merasa tersakiti, melainkan akan ada pihak lain yang akan tersakiti dari rasa cemburu yang ada dalam diri anda. Hal inilah yang bisa memicu adanya pertengkaran yang sangat dibenci oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.
Sebenarnya cemburu dalam islam diperbolehkan, selama hal tersebut masih dalam batasan yang wajar. Hal tersebut juga terjadi dalam kehidupan pernikahan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersama Aisyah istrinya. Dimana dalam sebuah hadits, Sahabat Anas bin Malik menceritakan:
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sedang berada di rumah salah satu istrinya, Anas berkata: “Menurutku adalah istrinya Aisyah. Lalu salah satu dari istri Beliau mengantarkan sebuah makanan dengan mengutus seorang sahabat lainnya. Namun pada waktu itu, istri Beliau marah dan melempar piring sehingga terbelah menjadi dua.” Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan: “Ibu kalian sedang dalam keadaan marah (cemburu). Lalu beliau menyatukan kedua pecahan piring tersebut dan merapikan makanannya seraya mengatakan: “Makanlah kalian” dan para sahabat pun memakannya”.
14. Termasuk perbuatan fasiq
Orang yang salah menggunakan rasa cemburu sehingga sampai pada tingkatan menuduh keluarganya tanpa suatu keraguan pun dan selalu tidak mempercayai seluruh perbuatan mereka. Disebutkan dalam sebagian riwayat bahwa Nabi Dawud mengatakan kepada anaknya, Nabi Sulaiman, “Hai anakku, janganlah memperbanyak cemburu pada keluargamu tanpa suatu keraguan pun sehingga engkau menuduhnya (yakni, istri) berlaku buruk padamu, padahal ia tidak melakukannya.”
Maksudnya adalah bahwa bila lelaki dikenal terlalu tidak percaya, banyak menuduh, dan terlalu mengawasi keluarganya dengan cara yang tidak biasa menurut orang yang memiliki akal sehat, maka orang itu fasik dan pelaku kemaksiatan akan berkata, “Kalaulah bukan karena ia melihat adanya hal yang buruk pada diri istrinya, tidaklah mungkin ia amat tidak percaya padanya.”
15. Menimbulkan fitnah
Disebutkan dalam hadits suatu penjelasan makna kecemburuan dan perintah untuk bersikap fair di dalamnya secara hati-hati dan benar, sehingga dapat menjaga segala kehormatan dan mencapai tujuan tanpa mengurangi kemuliaan atau menyebarkan fitnah. Nabi bersabda, “Di antara kecemburuan ada yang disukai Allah dan ada yang dibenci Allah. Yang disukai Allah adalah kecemburuan dalam keraguan, sedangkan yang dibenci Allah adalah kecemburuan tanpa suatu keraguan.” (H.R. Abu Dawud dalam kitab al Jihad, bab “al-Khaila’ fi alHarb”; H.R. Ibn Majah dalam kitab an-Nikah bab “al-Ghirah”).
16. Prasangka yang diharamkan
Sikap cemburu yang berlebih-lebihan serta prasangka yang tidak dilandasi bukti dan akal sehat, dan juga selalu mengontrol dan mengawasi suami atau isteri dalam segala perbuatannya, maka ini termasuk perbuatan yang tercela lagi diharamkan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain” [QS. al-Hujurat/49:12] Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga melarang para suami mencari-cari kesalahan isteri. Sebagaimana beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tegaskan dalam hadits: “Ada jenis cemburu yang Allah membencinya. Yaitu kecemburuan suami kepada isteri yang tidak disertai adanya indikasi kuat yang mendukungnya”.
17. Termasuk berbuat zhalim
Cemburu Suami dengan mengurung istri dirumah, menguncinya sampai ia pulang kerja dan setelah itu memeriksa semua kamar dan ruangan, maka perbuatan itu
tidak lebih sekedar kekhawatiran yang berlebihan, sehingga telah membelenggu isterinya dari hak syar’inya. Dalam keadaan demikian, isteri seperti bukan makhluk hidup padahal bukan pula benda mati. Suami ini telah memadamkan cahaya kemuliaan dan kehormatannya. Nama baiknya akan menjadi pembicaraan di tengah publik. Sekiranya Ia termasuk orang muslim yang benar, yang berpegang pada akhlak dan etika Islam, tentu ia akan melaksanakan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain”. [QS. al Hujurat/49:12].
Di dalam islam cemburu memang diperbolehkan selama hal tersebut tidak menimbulkan bahaya di dalam keretakan rumah tangga.
Semoga bermanfaat...,
ONE DAY ONE HADITS
Rabu, 8 November 2023 M / 24 Rab'iul Akhir 1445 H.
Tentang Cemburu Dalam Rumah Tangga
قَالَ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ : لَوْ رَأَيْتُ رَجُلاً مَعَ امْرَأَتِيْ لَضَرَبْتُهُ بِالسَّيْفِ غَيْرَ مُصَفِّحٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَتَعْجَبُوْنَ مِنْ غِيْرَةِ سَعْدٍ لأَنَا أَغْيَرُ مِنْهُ وَاللهُ أَغْيَرُ مِنِّيْ
“Sa’ad bin Ubadah radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Sekiranya aku melihat seorang laki-laki bersama dengan istriku (berzina), niscaya dia akan kutebas dengan pedang.’ Ucapan itu akhirnya sampai kepada Rasulullah. Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Apakah kalian merasa heran atau kagum terhadap kecemburuan Sa’ad? Demi Allah, aku lebih cemburu daripadanya, dan Allah lebih cemburu daripadaku’” (HR. Bukhari).
Pelajaran yang terdapat didalam hadits :
1- Hadits ini memberikan petunjuk Allah dan rasulNya lebih cemburu, murka yang amat sangat daripada seorang laki-laki yang melihat seorang laki-laki bersama dengan istri, anak dan saudara perempuannya(berzina) atau mendekatinya.
2- Maka oleh karena itu Allah mengharamkan pebuatan keji(fakhisyah) yang nampak atau yang tersembunyi bahkan mendekatinya saja.
3- Bagi jiwa-jiwa yang suci dan aqal yang sehat perbuatan dosa besar dan keji(zina) atau mendekatinya merupakan pantangan besar yang harus dijauhi.
Tema hadits yang berkaitan dengan Al quran :
1- Di dalam kitab Sahihain melalui Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:
"لا أحد أغْيَر من اللَّهِ، مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ حَرَّم الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَر مِنْهَا وَمَا بَطنَ"
Tidak ada seorang pun yang lebih pencemburu daripada Allah, karena itulah Dia mengharamkan semua hal yang keji, baik yang tampak ataupun yang tersembunyi.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
وَلا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
dan janganlah kalian mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak di antaranya maupun yang tersembunyi. (QS. Al-An'am: 151).
2- Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang hamba-hamba-Nya berbuat zina, begitu pula mendekatinya dan melakukan hal-hal yang mendorong dan menyebabkan terjadinya perzinaan.Yakni dosa yang sangat besar. Dan suatu jalan buruk.
وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا
Dan janganlah kalian mendekati zina: sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk,
(QS. Al-Isra: 32).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.