Edisi Kamis, 20 Juni 2024 M / 13 Dzulhijjah 1445 H.
Hedonisme merupakan sifat atau pandangan dimana manusia akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak-banyaknya dan menanggalkan kesedihan serta perasaan-perasaan yang menyakitkan. Seorang penganut hedonisme cenderung menjadikan kesenangan duniawi merupakan tujuan hidupnya.
Tentunya pandangan ini berlawanan dengan ajaran islam untuk selalu dapat menerima semua peristiwa yang terjadi dengan ikhlas dan sabar. Serta menjalani hidup sebagaimana apa yang telah menjadi takdir dari sang pencipta.
Pandangan hedonisme merupakan paham yang dibawa oleh kaum non-muslim. Namun bukan berarti dalam islam kita tidak diperbolehkan mencari kesenangan dan bahagia dalam islam . Dalam firman Allah Subhanahu wa ta'ala berikut diterangkan mengenai pandangan islam tentang kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan yang berbunyi sebagai berikut :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; Itulah keberuntungan yang besar”(QS. Al Buruj : 11).
Sebagai bagian dari budaya yang mementingkan urusan duniawi dan mengabaikan akhirat, Hedonisme memiliki bahaya jika sampai budaya ini masuk kedalam diri pribadi seorang muslim. Bahayanya adalah akan bertolak belakang dengan rukun islam , rukun iman , dasar hukum islam , fungsi iman kepada allah , dan sumber syariat islam . Sebagaimana dalam firman Allah Ta'ala berikut :
Katakanlah: “Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun”(QS. An Nisa : 77).
Berikut akan dijelaskan secara singkat mengenai 17 bahaya hedonisme menurut islam. Simak selengkapnya.
1. Muncul Sifat Matrealistik
Sifat keduniaan yang terkandung dalam paham hedonisme sudah pasti akan menyebabkan kemunculan sifat matrealistik pada individu yang menganutnya. Matre merupakan sifat yang memandang segala sesuatu berdasarkan materi atau harta. Sifat ini sangat dibenci oleh Allah Subhanahu wa ta'ala dan Rasululullah. Sebagaimana dalam firman Allah Ta'ala berikut:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ ﴿١٥﴾ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan perkerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali Neraka dan lenyaplah di akhirat apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan” [QS. Hud/11 :15-16].
2. Lebih Mementingkan Urusan Duniawi
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengisyaratkan keadaan mayoritas manusia ini dalam firman-Nya,
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (nampak) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. ar-Ruum: 7).
Allah Subhanahu wa ta'ala telah memprediksikan bahwa suatu masa akan datang dimana manusia lebih mementingakan sifat dan kepentingan duniawi. Bisa jadi era moderen dan milenial seperti saat ini telah menjadi bagian dari masa ini.
Dimana paham hedonisme yang dibawa oleh mayoritas non-muslim telah menyebab kepada kelompok muslim. Tentunya ini bukanlah merupakan bagian dari tujuan penciptaan manusia , proses pencitaan manusia , hakikat penciptaan manusia , hakikat manusia dalam islam dan konsep manusia dalam islam agar sesuai dengan fungsi agama , dunia menurut islam , sukses menurut islam , sukses dunia dan akherat menurut islam , dan cara sukses menurut islam
3. Bergaya Hidup Mewah
Penganut hedonisme selalu menunjukkan kesan yang glamour dan mewah. Hal ini tidak lain adalah karena mereka tidak mau bahwa harta yang diperoleh tidak dapat dilihat dan dipamerkan pada orang lain. Padahal ajaran Rasullullah yang utama ialah bersikap hidup sederhana. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya:
“Jauhilah gaya hidup bermewahan. Sesungguhnya hamba-hamba Allah itu bukan orang-orang yang bermewah-mewahan”.
4. Cenderung Menjadi Pribadi yang Sombong
Penganut paham hedonisme akan memiliki sifat sombong, karena merasa bahwa ialah yang paling banyak harta dan terhormat. Ia tidak percaya bahwa apa yang ia peroleh memiliki sumber yaitu pemberiaan Allah Subhanahu wa ta'ala. Ia beranggapan bahwa harta benda yang dimiliki adalah hasil kerja kerasnya sendiri. Sebagaimana kisah Qarun pada zaman nabi Musa Alaihissalam, Karena itu, Al-Qur’an menyebutnya,
“Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka.” (QS Al-Qashash, 76).
5. Menimbulkan Sikap Congkak dan Angkuh
Selain sombong, sifat yang pasti alan muncul juga ialah congkak dan angkuh. Kedua sifat ini sendiri sangat dibenci oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Sebagaimana firman Allah,
إِذْ قَاؿَ لَوُ قَػوْمُوُ لََ تَػفْرَحْ إِفَّ اللَّوَ لََ يُحِبُّ الْفَرِحِينَ
Artinya, ” (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (QS.Al-Qashash,76).
6. Ingin Selalu Dihormati
Paham hedonimsme yang mengerogoti individu juga akan membuatnya merasa selalu ingin dihormati. Baginya kehormatan berasal dari sejumlah harta yang dimiliki. Semakin banyak harta maka akan semakin dihormati. Budaya inilah yang mulai muncul saat ini, dimana mereka yang memiliki jabatan dan kekayaan melimpah akan dihormati dibanding mereka yang biasa-biasa saja.
7. Takabur
Satu lagi bahaya dari hedonisme yakni memunculkan adanya sifat takabur. Dimana manusia yang memegang paham hedonisme akan mulai melupakan penciptanya, dan menganggap bahwa apa yang ia miliki merupakan hasil yang ia lakukan sendiri tanpa campur tangga Allah Subhanahu wa ta'ala. Sesungguhnya Allah benar-benar membenci orang-orang yang takabur sebagaimana dalam firmanNya berikut :
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ الَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ
“Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).”
8. Menghilangkan Kepekaan Sosial
Tahukah anda, bahwa bahaya dari hedonisme yang lain ialah mengikis sifat kepekaan sosial. Dimana mereka yang memiliki paham ini, akan cenderung mementingkan kepentingan diri sendiri, dan enggan melihat apa yang dihadapi orang lain.
Rasa iba, dan kasihan seolah-olah tidak ia punyai lagi. Maka orang-orang yang seperti ini akan sangat di benci oleh Allah dan juga lingkungan masyarakatnya.
9. Mengurangi Hubungan dengan Sang Pencipta
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa paham hedonisme yang merasuk akan membuat individu menjadi mengejar urusan duniawi.
Maka lama-kelamaan urusan dengan sang pencipta akan terabaikan. Mereka akan mengejar kekayaan dan kejayaan dunia sebanyak-banyaknya sehingga tidak memiliki waktu hanya untuk sekedar mengingat Allah apalagi beribadah kepadaNya.
10. Menjadi Pribadi yang Shopaholic
Bahaya sifat hedonisme yang lain ialah akan menciptakan pribadi yang gemar berbelanja. Karena mrmentingkan urusan dunia,maka tentu hal-hal duniawilah yang dipentingkan. Seperti kebiasaan belanja barang-barang mewah. Tentunya ini merupakam bagian dari budaya boros yang sangat dibenci oleh Allah sekaligus Rasulnya. Sebagaimana Ali bin Tsâbit rahimahullah berkata:
“Kelemahan akal itu bangga diri dan emosi Dan penyakit harta itu pemborosan dan perampokan”.
11. Tidak Menyukai Kesederhanaan
Cenderung mementingkan kemewahan, maka tentu para penganut atau mereka yang terpengaruh paham hedonisme tidak menyukai bentuk-bentuk kesederhanaan. Yang ada dalam benak mereka adalah kemewahan, kekayaan dan kejayaan. Budaya hidup sederhana telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Sebagaimana juga Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Hai anak Adam, Pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. [QS. al-A’râf/7:31].
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْبَذَاَةَ مِنَ الْإيْمَانِ
“Sesungguhnya hidup sederhana termasuk cabang dari iman.”
12. Menciptakan Pemimpin yang Korup
Bahaya paham hedonisme bagi para pemimpin atau pejabat, ialah akan dapat menciptakan keinginan untuk memperkaya diri sendiri. Apalagi sebagai pejabat tentunya telah difasilitasi dan digaji dari uang rakyat, namun ketidakpuasan dan keserakahan akan kepentingan duniawi akan mempengaruhi mereka untuk dapat melakukan tindakan korupsi.
Dari ‘Adiy bin ‘Amirah Al Kindi Radhiyallahu ‘anhu berkata : Aku pernah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Barangsiapa di antara kalian yang kami tugaskan untuk suatu pekerjaan (urusan), lalu dia menyembunyikan dari kami sebatang jarum atau lebih dari itu, maka itu adalah ghulul (belenggu, harta korupsi) yang akan dia bawa pada hari kiamat”.
13. Foya-foya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menegaskan dalam sabdanya, yang artinya:
“Makanlah, bersedekahlah, dan pakailah dalam keadaan tanpa menghamburkan uang dan kesombongan”.
Dalam islam berfoya-foya merupakan hal yang sama sekali tidak dianjurkan dan termasuk kedalam akhlaq yang tidak terpuji. Secara langsung pengaruh paham hedonisme akan berpengaruh pada imdividu dalam memanfaatkan uang yang diperoleh. Mereka akan cenderung mengambur hamburkannya, karena bagi mereka kenikmatan dan kesenangan dunia ialah segala-galanya.
14. Dekat pengaruh syeitan
Bahaya hedonisme dalam islam, tentu memberikan kita sebuah gambaran bahwa paham in memiliki sisi negatif yang sangat dekat dengan pengaruh syetan.
Oleh karena itu, selalu tingkatkan kadar keimanan setiap waktu dengan cara bersyukur dan selalu mengingat akan kuasa Allah. Karena sesungguhnya rezeki, maut, dan jodoh telah digariskan oleh sang pencipta.
15. Menghilangkan rasa malu
Hedonisme dapat menipiskan rasa malu. Lama kelamaan rasa malu yang mengendalikan kita dari berbagai keburukan dalam bersikap.
Sebagimana sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam :
“Tidaklah dua ekor serigala lapar yang dilepas pada kerumunan hewan ternak lebih merusak daripada agama seseorang akibat bernafsukan ia terhadap harta dan kehormatan,” (HR Tirmizi).
16. Pola hidup konsumtif
Secara kajian Al-Quran dan Hadits, seorang muslim sudah sepantasnya menggunakan kekayaannya untuk konsumsi yang bermanfaat dan tidak digunakan untuk hal yang sia-sia.
Pada zaman modern sekarang ini, perilaku konsumtif seperti hedonisme, sudah seperti menjadi hal yang lumrah bagi kebanyakan orang. Sedangkan dalam Al-Quran telah diatur tiga prinsip dasar konsumsi yaitu halal, bersih dan menyehatkan, serta kesederhanaan.
Kita sebagai seorang muslim harus menjauhi prilaku konsumtif karna memiliki banyak bahaya seperti boros, sombong dan juga angkuh karna merasa dapat membeli semuanya serta selalu ingin di hormati.
17. Merusak pemikiran generasi muda
Budaya hedonisme memang sudah membutakan generasi muda. Hal ini terjadi karena usia mereka yang belum cukup dewasa sehingga masih sangat labil dan selalu berkeinginan untuk mencoba hal baru. Anak muda jaman sekarang sudah terperdaya dengan kenikmatan-kenikmatan duniawi sehingga yang mereka kejar adalah ridho dari manusia.
Sebagaimana yang diutarakan oleh Dr Ali Syari’ati, beliau berkata bahwa tantangan terbesar bagi remaja muslim saat ini adalah budaya hedonisme (kesenangan adalah hal yang paling penting dalam hidup) yang seolah sudah mengurat nadi. Budaya yang bertentangan dengan ajaran Islam ini digemari dan dijadikan sebagai gaya hidup (life style) kawula muda masa kini, kaya atau miskin, ningrat atau jelata, sarjana atau kaum proletar, di desa ataupun di kota seolah sepakat menjadikan hedonisme yang sejatinya kebiasaan hidup orang barat ini sebagai tauladan dalam pergaulannya.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, "...dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa." (Q.S. Hud : 116).
Semoga bermanfaat.....
ONE DAY ONE HADITS
Kamis, 20 Juni 2024 M / 13 Dzulhijjah 1445 H.
Hakekat Zuhud
عَنْ أَبِي الْعَبَّاس سَهْل بِنْ سَعْد السَّاعِدِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : ياَ رَسُوْلَ اللهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِيَ اللهُ وَأَحَبَّنِي النَّاسُ، فَقَالَ : ازْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ .
[حديث حسن رواه ابن ماجة وغيره بأسانيد حسنة]
Dari Abu Abbas Sahl bin Sa’ad Assa’idi radhiallahu 'anhu dia berkata : "Seseorang mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka beliau berkata : "Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan mencintaiku, maka beliau bersabda: "Zuhudlah terhadap dunia maka engkau akan dicintai Alpah dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia maka engkau akan dicintai manusia." (Hadits hasan riwayat Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad hasan).
Pelajaran yang terdapat didalam Hadits diatas:
1- Menuntut kecukupan terhadap dunia adalah perkara wajib, sedang zuhud adalah tidak adanya ketergantungan dan terpusatnya perhatian terhadapnya.
2- Bersikap qanaah terhadap rizki yang halal dan ridho terhadapnya serta bersikap ‘iffah (menjaga kesucian diri) dari perbuatan haram dan hati-hati terhadap syubhat.
3- Jiwa yang merasa cukup dan iffah serta berkorban dengan harta dan jiwa di jalan Allah merupakan hakekat zuhud.
Tema Hadits yang berkaitan dengan ayat Al-Qur'an :
1- Zuhud. Allah Subhanahu Wa Ta'ala, menceritakan hinanya duniawi dan kefanaannya serta kesudahannya yang akan lenyap, dan bahwa dunia itu tidak kekal, dan bahwa kehidupan dunia itu tiada lain hanyalah senda gurau dan main-main. Yaitu kehidupan yang abadi lagi sebenarnya yang tiada kefanaan serta tiada penghabisannya, bahkan kehidupan akhirat terus berlangsung untuk selama-lamanya.
وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui." [QS. Al-Ankabut : 64].
2- Menghindari penyakit hasad (dengki). Bagaimanapun rasa hasad tidak boleh dibiarkan tetap ada. Karena bisa jadi ketika iman kita sedang lemah, maka syetan akan berupaya agar kita berbuat jahat disebabkan rasa hasad tersebut.
بَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
"Ya Tuhan kami. beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hasyr : 10).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.