Selasa, 04 Juni 2024

CARA AGAR TETAP BAHAGIA WALAU BELUM DIKARUNIAI ANAK

Selasa, 4 Juni 2024 M / 26 Dzulqa'idah 1445 H.

Tujuan utama diciptakannya manusia adalah semata-mata untuk menyembah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan meneruskan keturunan sebagai hamba-hambaNya. Hal tersebut sesuai dengan sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Nikahilah perempuan yang kalian cintai dan punya keturunan (tidak mandul), karena saya di hari kiamat nanti akan banggakan jumlah kalian yang banyak” (HR. Ahmad).

Untuk itulah, Islam menganjurkan perempuan dan laki-laki untuk menikah. Tujuan pernikahan dalam Islam sendiri adalah untuk menciptakan keluarga yang sakinah mawadah dan warahmah yang mampu mendidik anak-anak sesuai dengan cara mendidik anak yang baik menurut Islam.

Namun, sayangnya tidak semua pasangan suami istri mudah untuk mendapatkan keturunan. Beberapa diantaranya bahkan butuh bertahun-tahun untuk mendapatkan keturunan. Memiliki anak, tentunya adalah dambaan setiap pasangan suami istri. Tetapi bila bertahun-tahun segala usaha telah dilakukan, dan dengan doa yang tak kenal henti, namun buah hati belum kunjung hadir, apa yang harus dilakukan untuk tetap bahagia sebagai hamba Allah di dunia ? Berikut ini beberapa cara agar tetap bahagia walaupun belum dikaruniai anak :

1. Selalu bersyukur 

Meski anda belum memiliki anak, tapi anda memiliki banyak hal lainnya yang harus disyukuri; punya pekerjaan yang mapan, badan sehat, punya suami/isteri yang baik, punya tempat tinggal yang nyaman, bisa selalu makan kenyang, dan masih banyak lagi. Fokuslah pada banyak hal yang anda miliki, bukan pada hal yang tidak anda miliki. Inilah dunia, tidak ada yang sempurna.

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 18).

2. Banyak orang yang di bawah anda 

Jangan pernah merasa menjadi orang yang paling menderita di dunia “hanya” karena belum dikaruniai anak. Di luar sana, begitu banyak orang yang jauh lebih menderita. Cobalah cari informasi tentang para pengungsi di wilayah konflik, seperti Suriah, Palestina, dan banyak wilayah lainnya. Badan mereka sampai tinggal tulang dibalut kulit karena menghadapi kelaparan selama berbulan-bulan dan ketakutan sepanjang waktu. Mereka juga sampai harus mengungsi meninggalkan negeri mereka, terombang ambing di lautan dan tak punya tempat tinggal, serta kehilangan anak, istri, suami, dan banyak sanak saudara. Atau ingatlah banyaknya para gelandangan yang tak punya rumah. Atau orang-orang yang banyak memiliki anak, tapi kesulitan untuk membiayai hidup dan menyekolahkan anak-anaknya, sampai-sampai harus berhutang kesana kemari, bahkan minta-minta pada orang lain.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang memiliki kelebihan harta dan bentuk (rupa) [al kholq], maka lihatlah kepada orang yang berada di bawahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ibnu Hajar mengatakan, “Yang dimaksud dengan al khalq adalah bentuk tubuh. Juga termasuk di dalamnya adalah anak-anak, pengikut dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kenikmatan duniawi.”

3. Allah akan memberi ganti atas apa yang tidak dimiliki 

Yakinlah, Allah Subhanahu Wa Ta'ala Maha Adil. Bila orang lain dikarunia anak, sedangkan kita belum, maka Insya Allah, akan diberi ganti dengan hal lainnya, baik di dunia dan akhirat nanti. Tidak akan ada rezeki yang tertukar.

Diriwayatkan dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, dia mengatakan, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidak seorang hambapun yang tertimpa musibah lalu ia mengatakan, “Sesungguhnya kami milik Allah, dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami kembali. Wahai Allah, berikanlah kami pahala dari musibah ini dan berilah ganti yang lebih baik darinya.” Kecuali Allah akan memberikan ganjaran pahala karena musibah yang menimpanya dan memberikan ganti yang lebih baik.’ Ummu Salamah berkata, “Ketika Abu Salamah wafat, aku membacanya sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Allah memberikan ganti yang lebih baik dari Abu Salamah, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Muslim).

4. Allah akan memberi ganjaran atas kesabaran 

Selain mendapat ganti dari Allah Subhanahu WaTa'ala, Allah juga akan mengganjar atas kesabaran dan keridhoan kita menjalani ujian dari-Nya.

“Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya maka Allah menguji dan mencobanya agar dia mencapai derajat itu.” (HR. Athabrani).

5. Punya banyak waktu untuk beribadah 

Anda bisa memiliki waktu untuk lebih banyak beribadah, lebih lama dan khusyuk dalam sholat, lebih lama berdzikir, lebih lama tilawahnya, dan ibadah-ibadah lainnya. Anda juga bisa ikut banyak majelis ilmu dan membaca banyak buku-buku Islam atau kitab tafsir. Bahkan anda akan bisa menghafal Al Qur’an lebih banyak, 30 juz, itu target anda, insya Allah.

6. Hisab di hari akhir akan lebih mudah 

Segala apa yang dimiliki di dunia, akan dimintai pertanggungjawaban di hari akhir, termasuk tentang anak. Orang yang tidak memiliki anak, tidak akan ditanya kenapa dia tidak punya anak, tetapi orang yang memiliki anak, ia akan melalui hisab, akan ditanya, tentang bagaimana dia mendidik anak, bagaimana cara membesarkannya, dan seterusnya. Di hari akhir, anak dan orangtua, kelak bisa saling berdebat dan bermusuhan, bahkan anak, bisa menjadi pembatal orangtuanya masuk surga.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan dia akan dimintai pertanggung-jawaban atas apa yang dipimpinnya.” [HR. Bukhari dan Muslim].

7. Ketahui lebih dalam, apa arti anak 

Jangan menganggap diri sedang dihukum Allah, tidak dicintai Allah, tidak dipercaya Allah, karena belum dikaruniai keturunan. Kalau memang anak adalah tanda cinta, tanda percaya dari Allah, maka niscaya orang-orang yang berzina lah yang seharusnya tidak dikaruniai anak. Tapi kenyataannya bisa kita lihat, sangat banyak sekali perzinahan yang bisa dengan lancar membuahkan anak. Itu artinya, salah satu hakekatnya, anak adalah ujian bagi manusia. Bahkan Nabi Ibrahim, Nabi Zakariya, baru dikaruniai anak setelah waktu yang panjang, hingga usia telah lanjut dan dinyatakan mandul. Istri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, Aisyah radhiyallahu'anha juga tidak dikaruniai keturunan, tetapi itu tidak mengurangi kemuliaan beliau.

“Dan ketahuilah, bahwa harta dan anak-anakmu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. al-Anfal [8]: 28).

Ketika menafsirkan ayat tersebut, Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Artinya, cobaan dan ujian dari-Nya buat kalian. Sebab Dia ‘Azza wa jalla menganugerahkan semua itu buat kalian agar Allah mengetahui apakah kalian bersyukur kepada-Nya atas semua itu dan menaati-Nya dengannya, atau justru kalian sibuk dengannya dan asyik sekali sehingga melalaikan-Nya.”

8. Punya banyak waktu, “me time” 

Waktu “me time” sangatlah langka bagi pasangan yang sudah memiliki anak. Berapa banyak orang yang mengeluh dan stres karena tidak punya waktu bahkan untuk dirinya sendiri. Jadi, nikmatilah waktu “me time”, selagi masih ada kesempatan.

9. Punya kesempatan lebih banyak untuk orangtua 

Bila anda masih memiliki orangtua, curahkanlah kasih sayang anda pada orangtua, kunjungi mereka lebih sering, ajak mereka mengobrol, dan bantulah mereka. Tahukah anda, bahwa merawat orangtua, pahalanya sangat besar. Dari Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu, atau kalian bisa menjaganya.” (HR. Ahmad 28276).

10. Jalan-jalan & salurkan hobby 

Anda bisa jalan-jalan di akhir pekan dengan sebebas-bebasnya, kemanapun anda inginkan. Pergi ke luar kota, hiking, atau ke berbagai tempat wisata. Bila anda punya hobby yang unik, itu juga bisa anda lakukan.

11. Mendidik anak orang lain 

Mendidik, tidak harus menunggu memiliki anak. Anda juga bisa mendidik anak orang lain, dengan mengajari mereka mengaji misalnya, atau memberikan kajian-kajian seputar anak dan remaja. anda memang belum memiliki anak, tapi anda  pernah menjadi anak-anak dan remaja. Doa anak yang sholeh bukan hanya dari anak kandung, tapi juga bisa dari anak-anak orang lain yang kita didik, anak-anak yang kita bantu ekonominya, sekolahnya, dan seterusnya. Selain itu, ilmu yang disampaikan, akan juga menjadi ladang amal yang terus mengalir.

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631).

12. Hidup ini hanya sementara 

Ingatlah hidup ini hanya sementara. Semua orang yang hari ini memiliki anak, juga akan meninggalkan dunia ini, begitu juga diri anda, dan kita semua.

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka, dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?” (QS. Al An’am 32).

13. Jangan khawatir akan masa depan 

Jangan pernah takut, nanti bagaimana kalau di usia lanjut tidak ada anak-anak yang merawat? Subhanallah, anda tidak bisa meramalkan takdir apa yang akan terjadi. Banyak orangtua yang memiliki anak-anak, membesarkan hingga dewasa, dan qadarullah meninggal lebih dulu dari orangtuanya. Banyak pula orangtua yang meninggal, justru di saat anak-anaknya sedang lucu-lucunya. Atau banyak juga orangtua yang memiliki anak, tetapi anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang buruk, anak-anak durhaka yang tak peduli dengan kedua orangtuanya, bahkan memasukkan orangtua ke panti jompo. Jadi, jangan jadikan anak sebagai jaminan masa depan anda. Tapi jadikan Allah sebagai penjamin masa depan anda.

Diriwayatkan dari Jabir ibnu Abdillah radhiyallahu'anhu berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Wahai manusia bertakwalah kepada Allah dan bersikap baiklah dalam berusaha. Karena suatu jiwa takkan mati hingga rizkinya terpenuhi semuanya, walaupun rizqi itu datangnya lambat. Karena itu, bertaqwalah kepada Allah dan bersikap baiklah dalam mencari rizqi. Ambilah yang halal dan tinggalkanlah yang haram.” (HR. Ibnu Majah no. 2135).

14. Miliki Hewan Peliharaan 

Tidak ada salahnya memiliki hewan peliharaan, seperti kucing, untuk menemani anda dan bermain-main dengan anda. Memberi makan dan minum kepada hewan, juga ada pahalanya tersendiri. Bahkan bisa memasukkan kita ke dalam surga, insya Allah.

“Ketika seorang laki-laki sedang berjalan, dia merasakan kehausan yang sangat, lalu dia turun ke sumur dan minum. Ketika dia keluar, ternyata ada seekor anjing sedang menjulurkan lidahnya menjilati tanah basah karena kehausan. Dia berkata, ‘Anjing ini kehausan seperti diriku.’ Maka dia mengisi sepatunya dan memegangnya dengan mulutnya, kemudian dia naik dan memberi minum anjing itu. Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuninya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah kita bisa meraih pahala dari binatang?” Beliau menjawab, “Setiap memberi minum pada hewan akan mendapatkan ganjaran.” (HR. Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244).

15. Menunggu/Menanti Anak, bukanlah tujuan hidupmu 

Sering kita mendengar, “menunggu kehadiran buah hati.” Tidak, jangan ditunggu, jangan dinanti. Tujuan utama dari hidup, bukanlah menunggu anak, bukan mengisi waktu untuk menunggu kehadiran anak, tetapi yang benar adalah hidup untuk beribadah kepada Allah dan menikmati kasih sayang-Nya. Untuk beribadah kepada Allah dan meraih pahala, ada banyak jalannya, tidak hanya melalui doa anak yang sholeh saja.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56).

16. Semakin banyak yang menyakiti hati, semakin banyak pahalanya 

Hal yang biasa dialami adalah kata-kata yang tidak mengenakkan hati tentang kenapa lama belum punya anak, dan sindiran-sindiran, dari orang-orang di sekitar kita, entah kerabat ataupun teman, yang juga membicarakan diri kita padahal kita tidak berkenan dengan pembicaraan itu (ghibah). Bila ada seseorang yang mencela orang lain karena belum memiliki anak, maka sejatinya dia telah mencela Allah karena Allah-lah yang berkehendak demikian dan dia lupa karena Allah jugalah dia mendapatkan anak. Apapun itu, ingatlah bahwa setiap ucapan mereka, ada pertanggungjawabannya di akhirat nanti. Biarkan mereka bebas berbicara hari ini di dunia, tetapi di akhirat nanti amalan-amalan mereka akan diberikan untukmu, sedangkan dosa-dosamu, akan ditanggung mereka yang menyakiti hati dan mengghibah. Bila kita bersabar, maka tentu ada pahala yang sangat besar. Ghibah/bergunjing dapat membuat pahala seseorang berpindah kepada orang lain yang ia gunjingkan.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bertanya, “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?” Mereka menjawab: “Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak pula memiliki harta/barang.” Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang dengan membawa dosa kedzaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada si ini, si anu dan si itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya sementara belum semua kedzalimannya tertebus, diambillah kejelekan/ kesalahan yang dimiliki oleh orang yang didzaliminya lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.” (HR Muslim no. 6522).

17. Lebih bermanfaat untuk orang lain 

Karena belum memiliki anak, anda bisa menggunakan waktu lebih leluasa untuk orang lain. Kunjungi yang sakit, bersedekah lebih banyak, memberi anak yatim, berdakwah lebih giat dan lakukan berbagai kegiatan yang bisa bermanfaat untuk orang lain.

Diriwayatkan dari Jabir berkata, ”Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).

Tentu masih banyak lagi hal yang bisa membuat tetap bahagia meski belum dikaruniai anak. Tetaplah berusaha dan berdoa kepada Allah. Tidak usah bersedih hati, dan yakinlah masih banyak ladang pahala yang bisa diraih selama masih ada di dunia ini.

Semoga bermanfaat ....


ONE DAY ONE HADITS 

Selasa, 4 Juni 2024 M / 26 Dzulqa'idah 1445 

Mendidik Cucu Usia Balita

عن أَبي هريرة رضي الله عنه قَالَ: أخذ الحسن بن علي رضي الله عنهما تَمْرَةً مِنْ تَمْر الصَّدَقَةِ فَجَعَلَهَا في فِيهِ، فَقَالَ رَسُول الله صلى الله عليه وسلم: ((كَخْ كَخْ إرْمِ بِهَا، أَمَا عَلِمْتَ أنَّا لاَ نَأكُلُ الصَّدَقَةَ))!؟ مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, katanya: "al-Hasan bin Ali radhiallahu 'anhuma mengambil sebiji buah kurma dari kurma hasil sedekah lalu dimasukkannya dalam mulutnya. Kemudian Rasulullah sholallahu 'alaihi wassallam bersabda : "Kakh, kakh - jijik, jijik -, lemparkan itu, adakah engkau tidak tahu bahawasanya kita - golongan Bani Hasyim dan Bani Muththalib - itu tidak halal makan benda sedekah."

(Muttafaq 'alaih).

Pelajaran yang terdapat di dalam Hadits:

1- Hadits ini memberi petunjuk bahwa melarang anak kecil untuk meninggalkan yang haram sebagai mana yang diharamkan untuk mukallaf.

2- Pendidikan yang sangat menarik. Hasan ketika itu masih kecil. Belum mencapai usia baligh. Tetapi begitulah, latihan sangat penting. Agar mereka belajar dari hari ke hari. Hingga saat usia tanggung jawab itu tiba, mereka telah terbiasa melakukan kebaikan dan menjaga diri dari kemungkaran dan dosa.

3- Tak hanya menegur. Tetapi juga melarang. Bahkan lebih dari itu semua. 

4- Menegur dengan kalimat (hekh…hekh…hekh…), sebuah kalimat yang mengisyarakatkan agar cucunya membuang makanan haram dalam mulutnya. Saat ini tidak mempan, maka Nabi melakukan tindakan lebih nyata.

5- Dengan pola pendidikan seperti ini, tidak usah lagi diragukan hasilnya. Silakan lihat biografi Hasan. 

6- Jadi para kakek dan nenek –hafidzokumallah (semoga Allah menjaga kakek dan nenek)-, semua ingin cucunya kelak menjadi orang yang sholeh dan berhasil seperti Hasan. Tidak ada yang mau menghancurkan masa depan cucunya.

7- Maka, jika ada kakek nenek yang dititipi cucu, berlakulah seperti Rasulullah. Berani melarang jika cucunya hendak atau sedang melakukan kesalahan. Tidak membiarkan, mengabaikan, apalagi mengizinkan. Tidak luluh oleh air mata. Tidak runtuh oleh rengekan

8- Ini pelajaran, kalau tidak mau disebut sebagai cambuk bagi para kakek dan nenek hari ini. Pola pendidikan yang sering berbeda antara bapak ibu dan kakek nenek merupakan penyebab dari kelahiran jiwa yang timpang pada anak. Di satu sisi bapak ibunya melarang, tapi kakek neneknya mengizinkan. Bukan hanya pelanggaran terhadap kesepakatan yang telah dibuat di rumah. Tetapi juga mengajari kebiasaan tidak konsisten terhadap aturan. Selain juga membuka celah bagi para cucu untuk ‘mengadu’ antara bapak ibu dan kakek neneknya. Seorang anak tahu kemana dia lari jika dilarang oleh bapak ibunya, agar dia bisa mendapatkan keinginannya. Ya, lari ke kakek neneknya.

9- Jika begitu model pendidikan anak, maka akan muncul jiwa yang tidak kokoh. Mudah mengakali sesuatu. Mental mudah melanggar aturan.

Sekali, dua kali, tiga kali. Terus tanpa disadari menitipkan cucu kepada kakek nenek yang seperti ini merusak anak dan masa depannya.

Tema hadits yang berkaitan dengan al Qur'an: 

-Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan untuk taat kepadaNya dan meninggalkan ma'shiyat serta memrentahkan ahlinya yang seperti itu dan menegakkan atas mereka, mendidik dan mengajarinya supaya selamat dari siksa api neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu. 

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ [التحريم: 6]. 

"Hai sekalian orang-orang yang beriman, jagalah6 dirimu dan keluargamu dari siksa neraka - Bahan bakarnya adalah para manusia dan batu."

(QS. At-Tahrim: 6).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.