Edisi Rabu, 5 Juni 2024 M / 27 Dzulqa'idah 1445 H.
Al-Qur’an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagai pedoman dan ajaran untuk seluruh umat manusia. Salah satu ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an adalah sejarah masa lalu. Setiap sejarah yang diabadikan dalam Al-Qur’an terdapat nama tempat yang menyimpan peristiwa penting sebagai bahan renungan dan penguat iman bagi generasi setelahnya. Dalam mengungkap peristiwa, adakalanya Al-Qur’an menyebut sebuah nama tempat, kota atau negara secara tegas dan adakalanya tidak menyebutnya secara tegas.
Al-Qur’an, selain mengabadikan nama wilayah di suatu negara, juga mengabadikan wilayah yang ditempati oleh pengikut para Nabi. Nama-nama wilayah ini adakalanya berasal dari nama pembesar Kabilah, yang kemudian dijadikan nama sebuah tempat; adakalanya berasal dari nama sebuah lembah atau bukit yang ditempati oleh kaum tertentu.
Nama-nama tempat itu di antaranya adalah:
1. Makkah
Secara tegas Al-Qur’an mengabadikan kota ini dalam surat al-Fath ayat 24.
وَهُوَ الَّذِي كَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ عَنْهُمْ بِبَطْنِ مَكَّةَ مِنْ بَعْدِ أَنْ أَظْفَرَكُمْ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا
Kota ini diabadikan dalam Al-Qur’an dengan menggunakan nama Makkah dan juga menggunakan nama lain yang disematkan karena kemuliaannya. Antara lain adalah; Bakkah dan Balad al-Amin (negara yang aman), Ummul Qura, al-Bait al-Atiq, dan al-Balad. Bakkah berarti padat, berkerumun dan macet. Dinamakan demikian sebab di kota ini terdapat banyak manusia yang berkerumun hingga padat ketika melakukan thawaf di Baitullah. Nama ini diabadikan dalam surat Ali Imran ayat 96.
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ
Al-Balad al-Amin artinya, negara yang aman, disebut demikian sebab setiap orang yang masuk ke sana akan terjamin keamanannya. Ia adalah negara yang mulia, tempat Nabi Agung Muhammad Shallallahu, 'alaihi wasallam dilahirkan serta tempat umat islam melaksanakan rukun islam yang kelima, yaitu ibadah haji. Nama ini diabadikan dalam surat al-Tin ayat 3.
وَهَذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ
Ummul Qura artinya pusat desa, disebut demikian sebab ia menjadi kiblat warga desa dan memiliki kedudukan yang tinggi di hati mereka. Dalam Al-Qur’an penyebutan nama Ummul Qura disebutkan dua kali, yaitu pada surat al-An’am ayat 92 dan al-Syura ayat 7. Al-Bait al-Atiq artinya rumah kuno. Dinamakan rumah kuno sebab ia adalah tempat pertama yang dibangun di muka bumi untuk manusia sebagai tempat ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dalam Al-Qur’an nama ini disebut dua kali pada surat al-Haj ayat 29 dan 33. Selain itu, adakalanya Al-Qur’an menyebut kota ini secara tidak tegas namun menunjukkan pada kota ini. Di antaranya adalah al-Balad, al-Qaryah, dan al-Masjid al-Haram.
2. Madinah
Kata Madinah disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 14 kali, namun tidak semua kata tersebut merujuk kepada kota Madinah. Adakalanya kata tersebut berarti kota secara umum. Semula, kota Madinah bernama Yatsrib. Al-Qur’an mengabadikan nama ini dalam surat al-Ahzab ayat 13.
وَإِذْ قَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ يَا أَهْلَ يَثْرِبَ لَا مُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا وَيَسْتَأْذِنُ فَرِيقٌ مِنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنَا عَوْرَةٌ وَمَا هِيَ بِعَوْرَةٍ إِنْ يُرِيدُونَ إِلَّا فِرَارًا
Kemudian Nabi menyebutnya dengan Madinah. Karena Madinah berarti harmoni, sebuah tempat yang dibangun oleh Nabi untuk menegakkan keharmonisan antaragama, etnis dan golongan. Di tempat ini jasad Agung Nabi Muhammad dikebumikan. Terdapat satu ayat yang secara tegas menyebut nama Madinah, yaitu pada surat al-Taubah ayat 120.
مَا كَانَ لِأَهْلِ الْمَدِينَةِ وَمَنْ حَوْلَهُمْ مِنَ الْأَعْرَابِ أَنْ يَتَخَلَّفُوا عَنْ رَسُولِ اللَّهِ وَلَا يَرْغَبُوا بِأَنْفُسِهِمْ عَنْ نَفْسِهِ
3. Badar.
Daerah ini terletak di antara Makkah dan Madinah, yang merupakan tempat pertemuan kaum muslimin dan musyrikin Quraisy ketika melakukan perang pada 17 Ramadhan. Jumlah kaum muslimin kala itu 313 orang sementara kaum musyrikin berjumlah seribu orang lebih, namun Allah memberikan pertolongan kepada kaum muslimin dan memenangkan peperangan ini. Nama tempat ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat Ali Imran 123.
وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
4. Hunain.
Sebuah tempat yang berada antara Makkah dan Thaif. Sebagaimana Badar, tempat ini juga termasuk tempat perang antara kaum muslimin dan kaum musyrikin. Nama tempat ini diabadikan dalam Al-Qur’an pada surat al-Taubah 25.
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ
5. Arafat & Masy’ar al-Haram.
Arafah adalah nama sebuah gunung yang terdapat di Makkah. Gunung ini merupakan tempat dilaksanakannya wukuf bagi orang yang melaksanakan ibadah haji. Sedangkan Masy’ar al-Haram adalah sebuah tempat yang sekarang dikenal dengan nama Muzdalifah. Dikatakan Masy’ar al-Haram karena posisinya masih dalam ruang lingkup haram. Al-Qur’an menyebut kedua tempat tersebut dalam satu petikan ayat 198, yaitu:
فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ
6. Misr (Mesir)
Merupakan sebuah negara yang terdapat di Afrika. Dalam Al-Qur’an kata “Misr” disebutkan lima kali, yaitu pada surat al-Baqarah 61, Yunus 87, Yusuf 21, 99 dan al-Zukhruf 51. Kata “Misr” dalam Al-Qur’an menceritakan tentang sejarah perjalanan hidup Nabi Musa dan Nabi Yusuf. QS.Yusuf 99 :
وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ
Terdapat pula sebuah bukit di Mesir yang diabadikan dalam Al-Qur’an, yaitu: Pertama, bukit Thur Sinai yang merupakan tempat Nabi Musa berkomunikasi dengan Tuhannya. Al-Qur’an menyebut tempat ini sebanyak dua kali, pada surat al-Mu’minun 20 dan al-Tin 2 :
وَشَجَرَةً تَخْرُجُ مِنْ طُورِ سَيْنَاءَ تَنْبُتُ بِالدُّهْنِ وَصِبْغٍ لِلْآكِلِينَ
وَطُورِ سِينِينَ
Thuwa.
Menurut Ibnu Abbas, Thuwa adalah nama sebuah lembah. Menurut al-Dhahhak, ia adalah lembah yang dalam dan bulat. Sedangkan menurut al-Jauhari, Thuwa adalah sebuah tempat di Syam. (al-Qurthubi, Tafsir al-Qurtubi/11/175). Lembah ini adalah tempat Nabi Musa berkomunikasi dengan Tuhannya. Para peneliti berbeda pendapat; sebagian mengatakan bahwa lembah ini di Mesir, yaitu Gunung Thur Sinai, ada pula yang mengatakan bahwa lembah ini di Palestina, sesuai dengan pendapat al-Jauhari. Nama lembah ini disebutkan dua kali dalam Al-Qur’an ayat 12 dan 16 :
إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى (12)
إِذْ نَادَاهُ رَبُّهُ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى (16)
7. Babilonia (Iraq)
Merupakan sebuah tempat yang berada di Iraq pada zaman dahulu. Al-Qur’an menyebut tempat ini sebagai tempat turunnya dua Malaikat, Harut dan Marut. Karena di sana terdapat banyak manusia yang memiliki ilmu sihir. Kedua Malaikat ini diturunkan bukan dalam rangka mengajarkan ilmu sihir, namun untuk menyingkap hakikat ilmu sihir kepada manusia agar dijauhi, sehingga mereka terhindar dari tipu daya ilmu yang menyesatkan ini. Sebab jika mereka tidak mengetahui keburukan ilmu ini, maka mereka akan terjerumus pada kesesatan yang nyata. Nama tempat ini diabadikan dalam Al-Qur’an pada surat al-Baqarah ayat 102.
وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ
8. Palestina
Pada zaman dahulu, Palestina termasuk negara Syam yang mencakup Palestina, Suriah, Lebanon dan Yordania. Dalam Al-Qur’an negara ini tidak disebutkan secara tegas, namun dengan menggunakan dua nama; Masjid al-Aqsa dan al-Ardh al-Muqaddasah. Al-Qur’an mengabadikan negara ini dalam surat al-Isra’ ayat 1 dan al-Maidah ayat 21.
Masjid al-Aqsa;
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Al-Ardh al-Muqaddasah
; يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ
9. Yaman (Al-Ahqaf)
Sebagaimana Palestina, Yaman juga tidak disebutkan secara tegas, Al-Qur’an hanya menyebutkan gurun pasir yang berada di negara Yaman. Tempat tinggal kaum Hud bin Abdullah bin Rabah. Bukit ini menjadi nama surat dalam Al-Qur’an (Al-Ahqaf) dan disebutkan satu kali pada ayat 21.
وَاذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنْذَرَ قَوْمَهُ بِالْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
Terdapat pula sebuah wilayah di negara Yaman yang diabadikan dalam Al-Qur’an dan dijadikan nama surat, yaitu kota Saba’. Al-Qur’an menyebut wilayah ini sebanyak dua kali, pada surat al-Naml, 22 dan Saba’ 15.
فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطْتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ (22)
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (15)
Pada masa Nabi Sulaiman, Saba’ merupakan wilayah pemerintahan Ratu Balqis. Wilayah ini merupakan tempat yang subur, memiliki perkebunan luas yang ditumbuhi buah-buahan yang beraneka ragam. Pada mulanya, Saba’ merupakan nama raja pertama di Yaman, yaitu Saba’ bin Yasyjab bin Ya’rib bin Qahthan bin Hud. Nama ini kemudian diabadikan menjadi sebuah nama Kabilah sekaligus nama wilayah. Pada masa sekarang, Saba’ menjadi bagian dari negara Yaman.
Al-Qur’an, selain mengabadikan nama wilayah di suatu negara, juga mengabadikan wilayah yang ditempati oleh pengikut para Nabi. Nama-nama wilayah ini adakalanya berasal dari nama pembesar Kabilah, yang kemudian dijadikan nama sebuah tempat; adakalanya berasal dari nama sebuah lembah atau bukit yang ditempati oleh kaum tertentu.
10. Al-Aikah
Madyan Al-Aikah merupakan sebidang tanah yang ditumbuhi banyak pohon dan terdapat hunian penduduk, letaknya berdekatan dengan Madyan. Ashab al-Aikah adalah kaum Nabi Syuaib. Menurut jumhur ulama, penduduk al-Aikah dan Madyan berasal dari satu kabilah yang sama. Kedua tempat ini terletak di Ma’an (sekarang merupakan salah satu kota di Yordania Selatan) perbatasan antara Syam dan Hijaz. Masa kedua kabilah ini berdekatan dengan masa kaum Nabi Luth. Dalam Al-Qur’an, kata al-Aikah disebut 4 kali, yaitu pada surat Al-Hijr 78, al-Syu’ara 176, Shad 13 dan Qaf 14.
وَإِنْ كَانَ أَصْحَابُ الْأَيْكَةِ لَظَالِمِينَ (78)
كَذَّبَ أَصْحَابُ الْأَيْكَةِ الْمُرْسَلِينَ (176)
وَأَصْحَابُ الْأَيْكَةِ أُولَئِكَ الْأَحْزَاب (13)
وَأَصْحَابُ الْأَيْكَةِ وَقَوْمُ تُبَّعٍ كُلٌّ كَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَ وَعِي(14)
11. Madyan
Sementara kata Madyan disebut hingga 10 kali, pada surat al-A’raf 85, at-Taubah 70, Hud 84 dan 95, Taha 40, al-Hajj 44, al-Qashas 22, 23 dan 45, dan al-Ankabut 36.
وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ فَأَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (85)
أَلَمْ يَأْتِهِمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَقَوْمِ إِبْرَاهِيمَ وَأَصْحَابِ مَدْيَنَ وَالْمُؤْتَفِكَاتِ أَتَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُون (70)
وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ وَلَا تَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِنِّي أَرَاكُمْ بِخَيْرٍ وَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ مُحِيطٍ (84)
كَأَنْ لَمْ يَغْنَوْا فِيهَا أَلَا بُعْدًا لِمَدْيَنَ كَمَا بَعِدَتْ ثَمُودُ (95)
فَلَبِثْتَ سِنِينَ فِي أَهْلِ مَدْيَنَ ثُمَّ جِئْتَ عَلَى قَدَرٍ يَا مُوسَى (40) وَأَصْحَابُ مَدْيَنَ وَكُذِّبَ مُوسَى فَأَمْلَيْتُ لِلْكَافِرِينَ ثُمَّ أَخَذْتُهُمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِير (44)
وَلَمَّا تَوَجَّهَ تِلْقَاءَ مَدْيَنَ قَالَ عَسَى رَبِّي أَنْ يَهْدِيَنِي سَوَاءَ السَّبِيلِ (22)
وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأَتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ (23)
وَمَا كُنْ ثَاوِيًا فِي أَهْلِ مَدْيَنَ تَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا وَلَكِنَّا كُنَّا مُرْسِلِين(45)
وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَارْجُوا الْيَوْمَ الْآخِرَ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ (36)
12. Al-Hijr
Al-Hijr merupakan wilayah kaum Tsamud. Menurut Imam Qatadah, ia sebuah kota yang terletak di antara Mekkah dan Tabuk, yaitu sebuah lembah yang ditempati oleh kaum Tsamud yang mengingkari kerasulan Nabi Shaleh. Menurut Al-Thabari, al-Hijr adalah sebuah kota yang berada di antara Hijaz dan Syam. Wilayah ini diabadikan menjadi salah satu nama surat dan sebutkan satu kali, yaitu pada ayat 80.
وَلَقَدْ كَذَّبَ أَصْحَابُ الْحِجْرِ الْمُرْسَلِينَ
13. Al-Judiy
Al-Judiy adalah gunung utara di Iraq yang dekat dengan kota Mosul. Riwayat lain mengatakan bahwa ia adalah gunung yang terdapat di Syam. Gunung ini merupakan tempat berlabuhnya perahu yang naiki oleh Nuh dan kaumnya yang beriman. Nama gunung ini diabadikan dalam Al-Qur’an pada surat Hud 44.
وَقِيلَ يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
14. Al-Kahf
Merupakan nama gua yang ditempati oleh para pemuda beriman yang lari dari kejaran raja yang zalim. Para pemuda ini tinggal di dalam gua selama tiga ratus sembilan tahun dalam keadaan tidur. Menurut para sejarawan, tempat ini berada di kota ar-Rajib, sebuah kota di Oman, Yordania. Gua ini sampai sekarang masih terawat dengan baik sebagai “atsar” peninggalan zaman dahulu. Al-Kahfi disebutkan sebanyak enam kali dalam Al-Qur’an, semuanya tertera dalam surat al-Kahfi. Terdapat dua redaksi untuk menyebutkan tempat ini; pertama, dua redaksi tanpa alif dan lam (كَهْفِهِمْ) terdapat pada ayat ke 17 dan 25. Kedua, empat redaksi disertai alif dan lam (الْكَهْفِ) terdapat pada ayat 9, 10, 11 dan 16.
15. Al-Raqim
Al-Raqim, terdapat perbedaan pendapat; sebagian ulama mengatakan bahwa al-Raqim adalah nama anjing milik pemuda ashhabu al-Kahfi, sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa ia adalah nama gunung atau lembah yang ditempati oleh pemuda ashhab al-Kahfi, dan sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa ia adalah nama desa yang ditinggalkan oleh para pemuda tersebut. Menurut Syekh Thanthawi dalam tafsirnya mengatakan bahwa pendapat yang mendekati kebenaran adalah bahwa al-Raqim merupakan papan tulis yang mencatat nama, nasab dan kisah mereka. (Tafsir al-Wasith li Al-Qur’an al-Karim/8/474).
Pendapat di atas sesuai dengan pendapat Said bin Jubair yang menyatakan bahwa ia adalah papan yang terbuat dari batu, tempat mencatat kisah para pemuda tersebut, yang kemudian diletakkan di atas pintu gua. (Tafsir Ibnu Katsir/5/139).
16. Iram
Iram adalah nama sebuah kabilah kaum Aad, yang kemudian dikenang sebagai nama tempat. Menurut al-Suddi, Iram adalah hunian kerajaan kaum Aad yang memiliki bangunan yang sangat besar berlapis emas dan perak. Tidak pernah dijumpai di negara manapun yang mampu menyamai kemegahan bangunan ini. Sebagian ulama mengatakan bahwa wilayah ini berada di Damaskus, sebagian yang lain mengatakan berada di Iskandariyah/Alexandria Mesir. Menurut Ibnu Katsir, ayat tentang Iram ini hanya mengisahkan tentang kehancuran wilayah kaum Aad tersebut, sebagai pelajaran bagi umat Islam. Mengenai kaum Aad, kisahnya telah termaktub sangat rapi dalam beberapa surat Al-Qur’an, namun nama wilayahnya hanya disebutkan satu kali dalam surat al-Fajr, ayat 7 :
إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ
17. Rass
Rass merupakan nama sebuah sumur yang menurut Ibnu Abbas berada di negara Azarbaijan. Menurut Ikrimah, Rass adalah sumur tempat penguburan para Nabi kaum Rass. Menurut Sayyid Thanthawi, sumur ini berada di Turki, tepatnya di Antakya. Nama tempat ini disebutkan dua kali dalam Al-Qur’an, keduanya selalu bersamaan dengan penyebutan Aad dan Tsamud.
وَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ وَقُرُونًا بَيْنَ ذَلِكَ كَثِيرًا (38) كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَأَصْحَابُ الرَّسِّ وَثَمُودُ (12) وَعَادٌ
Menurut Ibnu Jarir al-Thabari antara kaum Rass dan kaum Ukhdud adalah sama. Ukhdud adalah nama sebuah galian bulat besar di tanah yang digunakan untuk mengubur para Nabi dan kaum yang berimana kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Nama-nama tempat atau wilayah yang tersebut di atas diabadikan dalam Al-Qur’an karena memiliki peristiwa yang penting untuk dapat diambil pelajaran (ibrah) bagi generasi setelahnya. Jika sejarah kaum tersebut memiliki peristiwa yang kelam, maka kita dapat mengambil pelajarann untuk menjauhi keburukan yang dilakukan. Mengetahui sisi kelam sejarah suatu kaum, bukan untuk diikuti tapi untuk menjaga diri. Sebaliknya, jika sejarah tersebut memiliki peristiwa yang baik, maka seyogyanya kita contoh dan teladani dalam kehidupan. Sejarah adalah cerminan untuk menatap masa depan yang lebih baik.
Semoga bermanfaat....
ONE DAY ONE HADITS
Rabu, 5 Juni 2024 M / 27 Dzulqa'idah 1445 H.
Islam Tidak Memandang Manusia dari Asal Bangsanya
عن جابرُ بنُ عبدِ اللهِ رضِيَ اللهُ عنهما أنَّ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ خَطَبَ أصحابَه في حَجَّةِ الْوَداعِ في أوْسَطِ أيَّامِ التَّشْريقِ:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى، أَبَلَّغْتُ ؟ قَالُوا: بَلَّغَ رَسُولُ اللَّه
Dari Jabir bin Abdullah semoga Allah meridhai keduanya, sesungguhnya nabi shallallahu alaihi wa sallam berkhutbah dihadapan pengunjung haji wada' diwaktu hari tasyriq:
“Wahai umat manusia, ingatlah bahwa Tuhan kalian adalah satu, dan nenek moyang kalian juga satu. Tidak ada kelebihan bangsa Arab atas bangsa non-Arab, juga bangsa non-Arab atas bangsa Arab; bangsa berkulit putih atas bangsa kulit hitam, juga bangsa kulit hitam atas bangsa kulit putih, kecuali karena ketakwaannya. Apakah aku sudah menyampaikan?” Mereka [para sahabat] menjawab, “Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam telah menyampaikan.” (HR. Ahmad).
Pelajaran yang terdapat di dalam hadits :
1- Ini adalah penegasan Nabi Shallallahu alaihi Wassalam saat khutbah Haji Wada’. Dengan tegas Nabi Shallallahu alaihi Wassalam menyatakan bahwa identitas ketakwaan atau Islam itulah satu-satunya identitas yang ada; sementara identitas kesukuan, etnis dan bangsa semuanya telah dilebur dalam identitas keislaman. Karena itu meski suku, etnis dan bangsa tertentu jumlahnya banyak, itu tidak menentukan kedudukannya di dalam Islam. Yang menentukan adalah kualitas ketakwaan atau keislamannya.
2- Dengan demikian aspek dan faktor kesukuan, etnis dan bangsa yang menjadi penyebab lahirnya kelompok mayoritas dan minoritas jelas telah dihapus oleh Islam. Sebabnya, siapapun sama kedudukannya di dalam Islam. Inilah yang juga ditunjukkan oleh Nabi Shallallahu alaihi Wassalam ketika beliau mengangkat Muhammad bin Maslamah untuk menjadi pimpinan sementara di Madinah, selama Nabi Shallallahu alaihi Wassalam tidak berada di tempat saat berperang. Padahal Muhammad bin Maslamah bukan dari suku Quraisy. Begitu juga Abu Bakar yang dari suku Quraisy menjadi Khalifah, menggantikan Nabi Shallallahu alaihi Wassalam meski suku Quraisy di Madinah merupakan suku minoritas karena yang menjadi pertimbangan bukan faktor kesukuan, tetapi keislamannya.
3- Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam datang salah satunya juga dalam rangka menghapus dan menenggelamkan superioritas suku dan kaum tertentu. Bagaimana tidak? hal ini terlihat dari fakta historis yang mengungkap bahwa aspek kesukuan pada masa itu masih sangat kental.
4- Juga islam datang salah satu juga dalam rangka menghapus adanya perbudakan dan penjajahan. Bagaimana tidak? hal ini terlihat dari fakta ajarannya dan perjalanan sejarah membuktikan, diantara sebagai cirihas ajaranya yaitu: Alinsan wal musawah (persamaan harkat dan martabat). Karomatul insan (memuliakan kehidupan manusia), kemerdekaan yang bertanggung jawab. Al wahdah wal ukhuwah (persatuan dan persaudaraan). Fakta sejarah, dengan berjalannya waktu secara berangsur-angsur perbudakan lenyap dari negeri-negeri islam. Dan dalam sejarah islam dan umatnya tidak pernah menjadi penjajah.
Tema hadits yang berkaitan dengan Al Qur'an :
-Standar kemuliaan di sisi Allah adalah ketakwaan. Semakin tinggi tingkat takwa seseorang maka semakin mulia pula dirinya di hadapan Allah. Merupakan hal yang disepakati dalam syariat bahwa yang membedakan antara seseorang dengan yang lainnya adalah ketakwaan.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Kami (Allah) menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan kami jadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kalian saling mengenali. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling takwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Teliti.” (QS. Al-Hujurat : 13).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.