Edisi Kamis, 13 Juni 2024 M / 6 Dzulhijjah 1445 H.
Idul Adha adalah salah satu hari raya dalam agama Islam yang di dalamnya menyimpan berbagai peristiwa monumental dari peradaban kehidupan di bumi. Peristiwa tersebut selanjutnya diabadikan dalam sebuah ritual ibadah. Dua ibadah yang sangat identik dengan Hari Raya Idul Adha adalah ibadah qurban dan haji. Kedua ibadah ini mengandung nilai keteguhan dan keimanan dan menjadi bukti pengorbanan yang di dasari dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
Dalam ibadah haji para jamaah melakukan rangkaian ibadah sebagai upaya membersihkan diri dari dosa seraya mengharapkan ampunan, rahmat, dan ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Mereka juga melatih kesabaran dengan kedisiplinan rangkaian ibadah sekaligus melupakan urusan dunia yang sering membuat hati manusia lalai mengingat Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Dengan hanya mengenakan kain ihram berwarna putih, para jamaah diingatkan dengan kain kafan ciri khas dari kematian yang pasti akan datang kepada setiap yang bernyawa. Kita berasal dari Allah dan hanya kepada-Nyalah kita akan kembali. Kita pasti akan berpisah dengan semua yang kita cintai dan berpisah dengan yang mencintai kita. Semua akan kembali kepada sang pemilik yang hakiki, Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Berikut ini adalah beberapa hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam yang berkaitan dengan ibadah Qurban, haji dan umroh :
1. Disunnahkan untuk berqurban
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِىِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُتِبَ عَلَىَّ النَّحْرُ وَلَمْ يُكْتَبْ عَلَيْكُمْ
Dari Ibnu Abbas, dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam beliau bersabda : Diwajibkan kepadaku berqurban dan tidak diwajibkan atas kamu. (H.R. Ahmad no. 2974, Baihaqi no. 19504 dan lainnya).
2. Anjuran untuk berqurban
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا
Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Barang siapa yang mempunyai kemampuan tetapi ia tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati (menghampiri) tempat shalat kami. (H.R. Ahmad no. 8496, Ibnu Majah no. 3242).
3. Tidak sah menyembelih qurban sebelum shalat idul adha
عَنْ جُنْدَبِ بْنِ سُفْيَانَ قَالَ شَهِدْتُ اْلأَضْحَى مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا قَضَى صَلاَتَهُ بِالنَّاسِ نَظَرَ إِلَى غَنَمٍ قَدْ ذُبِحَتْ فَقَالَ مَنْ ذَبَحَ قَبْلَ الصَّلاَةِ فَلْيَذْبَحْ شَاةً مَكَانَهَا وَمَنْ لَمْ يَكُنْ ذَبَحَ فَلْيَذْبَحْ عَلَى اسْمِ اللهِ
Dari Jundab bin Sufyan berkata : Aku mengalami hari raya Adha bersama Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam Setelah beliau selesai shalat bersama orang-orang, beliau melihat seekor kambing telah disembelih. Beliau bersabda : Barang siapa menyembelih sebelum shalat, hendaknya ia menyembelih seekor kambing lagi sebagai gantinya, dan barang siapa belum menyembelih, hendahnya ia menyembelih dengan nama Allah. (H.R. Muslim no. 5177).
4. Sapi dan unta untuk tujuh orang
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ نَحَرْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الْحُدَيْبِيَةِ الْبَدَنَةَ عَنْ سَبْعَةٍ وَالْبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ.
Dari Jabir bin Abdullah ia berkata : Kami telah menyembelih kurban bersama-sama Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam pada tahun Hudaibiyah, seekor unta untuk tujuh orang dan seekor sapi untuk tujuh orang. (H.R. Muslim no. 3247).
5. Qurban tidak diwajibkan
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمِرْتُ بِالنَّحْرِ وَلَيْسَ بِوَاجِبٍ
Dari Ibnu Abbas ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Aku diperintahkan berqurban, tetapi tidak diwajibkan. (H.R. Daruqthni no. 4812).
6. Empat jenis yang tidak bisa dijadikan hewan qurban
عُبَيْدَ بْنَ فَيْرُوْزَ قَالَ قُلْتُ لِلْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ حَدِّثْنِى بِمَا كَرِهَ أَوْ نَهَى عَنْهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الْأَضَاحِىِّ. فَقَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَكَذَا بِيَدِهِ وَيَدِى أَقْصَرُ مِنْ يَدِهِ أَرْبَعٌ لاَ تُجْزِئُ فِى الأَضَاحِىِّ الْعَوْرَاءُ الْبَيِّنُ عَوَرُهَا وَالْمَرِيْضَةُ الْبَيِّنُ مَرَضُهَا وَالْعَرْجَاءُ الْبَيِّنُ ظَلْعُهَا وَالْكَسِيْرَةُ الَّتِى لاَ تُنْقِى
Ubaid bin Fairuz berkata, Saya berkata kepada Al-Barra' bin Azib, Bacakanlah kepadaku hadits tentang apa yang dibenci atau dilarang oleh Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam dari hewan kurban! Al-Barra' menjawab, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda seperti ini -sambil memperagakan dengan tangannya, dan tanganku lebih pendek dari tangan beliau- beliau katakan: Empat jenis yang tidak bisa dijadikan hewan kurban; hewan yang matanya buta sebelah dan kebutaannya itu nampak jelas, hewan yang jelas-jelas sakit, yang jelas-jelas pincangnya dan yang patah sumsumnya (kurus). (H.R. Ibnu Majah no. 3264, Nasa'i no. 4381 dan lainnya).
7. Wanita Yang Ihram Tidak Pakai Cadar Dan Sarung Tangan
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ مَاذَا تَأْمُرُنَا أَنْ نَلْبَسَ مِنَ الثِّيَابِ فِى اْلإِحْرَامِ فَقَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ تَلْبَسُوا الْقَمِيْصَ وَلاَ السَّرَاوِيْلاَتِ وَلاَ الْعَمَائِمَ، وَلاَ الْبَرَانِسَ إِلَّا أَنْ يَكُوْنَ أَحَدٌ لَيْسَتْ لَهُ نَعْلاَنِ، فَلْيَلْبَسِ الْخُفَّيْنِ، وَلْيَقْطَعْ أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ، وَلاَ تَلْبَسُوْا شَيْئًا مَسَّهُ زَعْفَرَانٌ، وَلَا الْوَرْسُ، وَلاَ تَنْتَقِبِ الْمَرْأَةُ الْمُحْرِمَةُ وَلاَ تَلْبَسِ الْقُفَّازَيْنِ
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu berkata, seorang laki-laki datang lalu berkata : Wahai Rasulullah, pakaian apa yang baginda perintahkan untuk kami ketika ihram? Nabi Shallallahu alaihi Wasallam menjawab : Janganlah kalian mengenakan baju, celana, sorban, mantel (pakaian yang menutupi kepala) kecuali seseorang yang tidak memiliki sandal, hendaklah dia mengenakan sapatu tapi dipotongnya hingga berada dibawah mata kaki dan jangan pula kalian memakai pakaian yang diberi minyak wangi atau wewangian dari daun tumbuhan. Dan wanita yang sedang ihram tidak boleh memakai cadar (penutup wajah) dan sarung tangan. (H.R. Bukhari no. 1838).
8. Orang Yang Ihram Tidak Boleh Menikah
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ يَنْكِحُ الْمُحْرِمُ وَلاَ يُنْكَحُ وَلاَ يَخْطُبُ
Dari Utsman bin Affan bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Orang yang sedang dalam keadaan ihram tidak boleh menikah, tidak boleh menikahkan, dan tidak boleh pula meminang. (H.R. Muslim no. 3514).
9. Boleh Menggantikan haji dan Umrah Orang Yang Sudah Tua
عَنْ أَبِى رَزِينٍ الْعُقَيْلِىِّ أَنَّهُ أَتَى النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ أَبِى شَيْخٌ كَبِيْرٌ لاَ يَسْتَطِيْعُ الْحَجَّ وَلاَ الْعُمْرَةَ وَلاَ الظَّعْنَ. قَالَ حُجَّ عَنْ أَبِيْكَ وَاعْتَمِرْ
Dari Abu Razin Al-Uqaili bahwa Ia datang kepada Nabi Shallallahu alaihi Wasallam lalu ia bertanya : Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku sangat tua, tidak mampu melakukan haji dan umrah, juga naik di atas kendaraan. Nabi bersabda : Lakukan haji dan umrah untuk bapak mu (H.R. Tirmidzi no. 942, Nasa'i no. 2636, Ibnu Majah no. 3018).
10. Berbakti kepada orang tua laksana haji, umrah dan jihad
عَنْ أَنَسٍ قَالَ أَتَى رَجُلٌ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّيْ أَشْتَهِي الْجِهَادَ وَلَا أَقْدِرَ عَلَيْهِ قَالَ هَلْ بَقِيَ مِنْ وَالِدَيْكَ أَحَدٌ ؟ قَالَ أُمِّيْ قَالَ قَاتِلُ لِلهِ فِي بِرَّهَا فَإِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ فَأَنْتَ حَاجٌّ وَمُعْتَمِرٌ وَ مُجَاهِدٌ
Dari Anas, ia berkata : Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam lalu berkata : Sesungguhnya aku ingin berjihad, namun tenagaku tidak mampu. Beliau bersanda : Apakah salah satu di antara kedua orang tuamu masih hidup? Lelaki itu menjawab : Ibuku. Baliu bersabda : Berperanglah untuk Allah dalam memperbaikinya. Bila kamu melakukan yang demikian itu maka kamu laksana orang yang haji, umrah dan orang yang berjihad. (H.R. Abu Ya'la no. 2760).
11. Boleh Menghajikan Untuk Orang Yang Telah Meninggal
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ امْرَأَةً مِنْ جُهَيْنَةَ جَاءَتْ إِلَى النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ إِنَّ أُمِّى نَذَرَتْ أَنْ تَحُجَّ، فَلَمْ تَحُجَّ حَتَّى مَاتَتْ أَفَأَحُجُّ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ . حُجِّى عَنْهَا، أَرَأَيْتِ لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكِ دَيْنٌ أَكُنْتِ قَاضِيَةً اقْضُوا اللهُ، فَااللهُ أَحَقُّ بِالْوَفَاءِ
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu bahwasanya seorang perempuan dari Juhainah datang kepada Nabi Shallallahu alaihi Wasallam, lalu dia berkata : Sesungguhnya ibuku telah bernadzar untuk melaksanakan ibadah haji, tapi dia meninggal dunia sebelum melaksanakannya, bolehkah aku melakukan haji untuknya? Beliau menjawab : Ya, hajikan untuknya. bagaimana pendapatmu jika ibumu mempunyai tanggungan hutang, kamu wajib membayarnya bukan? Bayarlah kepada Allah, karena hak Allah lebih berhak dipenuhi. (H.R. Bukhari no. 1852).
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ جَاءَتِ امْرَأَةٌ مِنْ خَثْعَمَ، عَامَ حَجَّةِ الْوَدَاعِ، قَالَتْ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ فَرِيْضَةَ اللهِ عَلَى عِبَادِهِ فِى الْحَجِّ أَدْرَكَتْ أَبِى شَيْخًا كَبِيرًا، لاَ يَسْتَطِيْعُ أَنْ يَسْتَوِىَ عَلَى الرَّاحِلَةِ فَهَلْ يَقْضِى عَنْهُ أَنْ أَحُجَّ عَنْهُ قَالَ نَعَمْ
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata : Telah datang seorang perempuan dari Khats'am pada tahun haji wada', ia bertanya : Ya Rasulullah sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berhaji, aku dapati ayah saya sudah tua renta, ia tidak mampu lagi duduk di atas kendaraan, bolehkah aku melakukan haji untuknya? Beliau menjawab : ya, boleh. (H.R. Bukhari no 1854).
12. Boleh Membadalkan Haji Untuk Orang Lain
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ رَجُلاً يَقُوْلُ لَبَّيْكَ عَنْ شُبْرُمَةَ. قَالَ مَنْ شُبْرُمَةَ. قَالَ أَخٌ لِى أَوْ قَرِيبٌ لِى. قَالَ حَجَجْتَ عَنْ نَفْسِكَ. قَالَ لاَ. قَالَ حُجَّ عَنْ نَفْسِكَ ثُمَّ حُجَّ عَنْ شُبْرُمَةَ
Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi Wasallam pernah mendengar seseorang berkata : Labbaika 'an Syubrumah (Aku memenuhi panggilan-Mu untuk Syubrumah). Nabi bertanya : Siapakah Syubrumah itu? Ia menjawab : Saudaraku atau kerabatku. Nabi bertanya : Sudahkah engkau berhaji untukmu? Ia menjawab : Belum. Beliau bersabda : Hajilah untuk dirimu, kemudian hajikanlah untuk Syubrumah. (H.R. Abu Daud no. 1813, Ibnu Majah no. 3015, Baihaqi no. 8936).
13. Pahala Berqurban
عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ قَالَ قَالَ أَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا هَذِهِ الْأَضَاحِىُّ قَالَ سُنَّةُ أَبِيْكُمْ إِبْرَاهِيمَ. قَالُوْا فَمَا لَنَا فِيْهَا يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ بِكُلِّ شَعَرَةٍ حَسَنَةٌ. قَالُوْا فَالصُّوْفُ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ بِكُلِّ شَعَرَةٍ مِنَ الصُّوْفِ حَسَنَةٌ
Dari Zaid bin Arqam ia bekata, para sabagat Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bertanya : Wahai Rasulullah, untuk apakah hewan kurban ini? Beliau menjawab : Yaitu sunnah bapak kalian Ibrahim. Mereka bertanya lagi : Lalu kebaikan apakah yang akan kami peroleh darinya? beliau menjawab : Setiap helai dari bulunya adalah kebaikan. Mereka bertanya lagi : Bagaimana dengan domba? beliau menjawab : Setiap helai bulu domba itu adalah bernilai satu kebaikan. (H.R. Ibnu Majah no. 3247, Ahmad no. 19804).
14. Boleh Berqurban dengan Hewan yang Dikebiri
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ ذَبَحَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الذَّبْحِ كَبْشَيْنِ أَقْرَنَيْنِ أَمْلَحَيْنِ مُوْجَأَيْنِ
Dari Jabir bin Abdillah, ia telah berkata : Pada hari raya kurban Nabi Shallallahu alaihi Wasallam pernah berkurban dua ekor kibasy (domba jantan) yang bertanduk, menarik (putih warnanya) dan telah dikebiri. (H.R. Abu Daud no. 2797).
15. Anjuran Berqurban dengan Hewan yang Gemuk dan Bertanduk
عَنْ عَائِشَةَ أَوْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحَّى بِكَبْشَيْنِ سَمِيْنَيْنِ عَظِيْمَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ مُوْجَأَيْنِ
Dari Aisyah atau Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam telah berkurban dengan dua ekor kibasy yang gemuk-gemuk, besar-nesar, menarik (putih warnanya), bertanduk dan yang dikebiri. (H.R. Ahmad no. 25788, Hakim no. 7654).
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يُضَحِّىَ اشْتَرَى كَبْشَيْنِ عَظِيْمَيْنِ سَمِيْنَيْنِ أَقْرَنَيْنِ أَمْلَحَيْنِ مَوْجُوْءَيْنِ
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam apabila hendak berkurban, beliau membeli dua ekor kibasy yang besar-besar, gemuk, bertanduk menarik (putih warnanya) dan yang dikebiri (H.R. Ibnu Majah no. 3241).
16. Larangan Memotong Rambut dan Kuku bagi yang Berqurban
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا دَخَلَتِ الْعَشْرُ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّىَ فَلاَ يَمَسَّ مِنْ شَعَرِهِ وَبَشَرِهِ شَيْئًا
Dari Ummu Salamah bahwa Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Jika telah tiba sepuluh (dzul Hijjah) dan salah seorang dari kalian hendak berkurban, maka janganlah mencukur rambut atau memotong kuku sedikitpun. (H.R.Muslim no. 5232).
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ تَرْفَعُهُ قَالَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ وَعِنْدَهُ أُضْحِيَّةٌ يُرِيْدُ أَنْ يُضَحِّىَ فَلاَ يَأْخُذَنَّ شَعْرًا وَلاَ يَقْلِمَنَّ ظُفُرًا
Dari Ummu Salamah dan dimarfu'kan kepada Nabi Shallallahu alaihi Wasallam, beliau bersabda : Jika (Salah seorang) telah masuk sepuluh (Dzul Hijjah), sedangkan ia memiliki hewan kurban yang hendak dikurbankan, maka jangan sekali-kali ia mencukur rambut atau memotong kuku. (H.R.Muslim no. 5233).
17. Melafalkan Niat Umrah Dalam Ibadah Haji
عَنْ عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ يَقُوْلُ سَمِعْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِوَادِى الْعَقِيْقِ يَقُوْلُ أَتَانِى اللَّيْلَةَ آتٍ مِنْ رَبِّى فَقَالَ صَلِّ فِى هَذَا الْوَادِى الْمُبَارَكَ وَقُلْ عُمْرَةً فِى حَجَّةٍ
Dari Umar radhiyallahu anhu ia berkata : Aku mendengar Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda ketika berada di lembah Al-Aqiq : Malaikat yang diutus oleh Rabbku datang kepadaku dan berkata : Shalatlah di lembah yang penuh barakah ini dan katakanlah : Aku berniat melaksanakan umrah dalam ibadah haji ini. (H.R. Bukhari no. 1534).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا وَالْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi Wasallam berkata: "Umrah dan 'umrah berikutnya menjadi penghapus dosa antara keduanya dan haji mabrur tidak ada balasannya kecuali surga". (H.R. Bukhari no. 1773).
Semoga bermanfaat....
ONE DAY ONE HADITS
Kamis, 13 Juni 2024 M / 6 Dzulhijjah 1445 H.
Kurban Kolektif
عن جابربن عبدالله رضي اللَّه عنه قال :
نَحَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الْحُدَيْبِيَةِ الْبَدَنَةَ عَنْ سَبْعَةٍ ، وَالْبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ .
Dari riwayat Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma berkata:
“Kami berkurban bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun perjanjian Hudaibiyah dengan badanah (unta gemuk) untuk tujuh orang, dan sapi juga untuk tujuh orang.” (HR. Muslim).
Pelajaran yang terdapat di dalam hadits :
1- Yang diajarkan, unta dan sapi dibolehkan maksimal untuk tujuh orang. Setiap tujuh orang itu boleh meniatkan untuk dirinya sendiri dan anggota keluarganya.
2- Jika untuk satu sapi boleh bergabung maksimal tujuh orang, maka lebih dibolehkan lagi jika yang bergabung kurang dari tujuh orang, artinya kelebihannya adalah sedekah dari mereka. Begitupula seandainya yang menyembelih seekor sapi hanya satu orang saja, walaupun baginya cukup satu ekor kambing.”
Imam Syafii berkata:
وإذا كانوا أقل من سبعة أجزأت عنهم ، وهم متطوعون بالفضل ، كما تجزي الجزور (البعير) عمن لزمته شاة ، ويكون متطوعا بفضلها عن الشاة
“Jika mereka kurang dari tujuh, tetap sah bagi mereka, berarti kelebihannya dianggap sebagai tambahan sukarela dari mereka, sebagaimana sah juga ketika seseorang berkurban onta sementara baginya hanya dituntut dengan seekor kambing, kelebihannya dianggap tambahan sukarela darinya.” (Al-Umm, 2/244).
3- Seekor kambing hanya untuk qurban satu orang dan boleh pahalanya diniatkan untuk seluruh anggota keluarga meskipun jumlahnya banyak.
كَانَ الرَّجُلُ فِي عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُضَحِّى بِالشَّاةِ عَنْهُ وَعَنْ أَهْلِ بَيْتِهِ
”Pada masa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam ada seseorang (suami) menyembelih seekor kambing sebagai qurban bagi dirinya dan keluarganya.”(Tirmidzi no. 1505, Ibnu Majah no. 3138).
Dari penjelasan ini, maka kita bisa ambil beberapa pelajaran :
1- Seorang pelaku qurban dengan seekor kambing boleh mengatasnamakan qurbannya atas dirinya dan keluarganya.
2- Qurban dengan sapi atau unta boleh dipikul maksimal oleh tujuh orang.
3- Yang dimaksud kambing untuk satu orang, sapi dan unta untuk tujuh orang adalah dalam masalah orang yang menanggung pembiayaannya.
4- Tidak sah berqurban dengan seekor kambing secara kolektif/urunan lebih dari satu orang lalu diniatkan atas nama jama’ah, sekolah, RT atau desa. Kambing yang disembelih dengan cara seperti ini merupakan daging kambing biasa dan bukan daging qurban.
Tema hadits yang berkaitan dengan al-qur'an :
1- Hewan qurban harus dari jenis Bahimah Al-An’am (hewan ternak). Yaitu unta, sapi, domba, kambing. Kerbau termasuk dari jenis sapi.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ
“Dan bagi setiap umat Kami berikan tuntunan berqurban agar kalian mengingat nama Allah atas rezki yang dilimpahkan kepada kalian berupa hewan-hewan ternak (bahiimatul an’aam).” (QS. Al Hajj: 34).
2- Dari setiap jenis hewan kurban yang paling utama adalah yang paling mahal harganya dan paling gemuk.
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj: 32).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.