Edisi Rabu, 19 Juni 2024 M / 12 Dzulhijjah 1445 H.
Cinta adalah perasaan yang pasti dimiliki setiap manusia. Cinta ini bisa muncul untuk lawan jenis, kepada orang tua, sahabat, saudara, bahkan orang yang tak dikenal. Dan tentunya cinta sejati dalam Islam adalah cinta kepada Allah serta RasulNya. Selain itu, juga cinta kepada malaikat, nabi-nabi, sahabat serta keluarga rasul.
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran yang artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu sekalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu sekalian saling mengenal. Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allah ialah orang-orang yang paling takwa di antara kamu sekalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-Hujurat:13).
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah Ta’ala menciptakan manusia itu berbeda-beda. Ada laki-laki dan adapula perempuan. Suku serta bangsa pun juga beragam. Tujuan penciptaan semuanya adalah agar kita bisa saling mengenal dan mencintai. Nah, dibawah ini beberapa cara mencintai seseorang menurut islam yang benar. Diantaranya yakni:
1. Mendoakan
Cara mengekpresikan cinta menurut Islam kepada seseorang yang belum halal adalah lewat doa. Begitupun untuk keluarga dan teman-teman. Apabila kita mencintai mereka maka sebaiknya didoakan kebaikan terhadap diri mereka. Dengan demikian, Allah Ta’ala pastilah menjaga mereka.
2. Menikah
Apabila kita mencintai lawan jenis yang baik akhlak serta agamanya, maka lebih baik kita menikahinya saja. Dengan begitu perasaan kita diridhoi oleh Allah. Selain itu, menikah juga bagian dari ibadah. Bermesraan dengan pasangan sesudah menikah bisa mendatangkan pahala berlipat ganda. Jatuh cinta dalam Islam tidak boleh diekspresikan lewat pacaran. Larangan berpacaran dalam islam sudah sangat jelas disebutkan dalam dalil-dalil Al-quran, hadits dan pendapat ulama.
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Rum ayat 21).
3. Menunjukkan Sikap yang Baik
Cinta juga harus diwujudkan dengan perbuatan. Apabila kita cinta kepada seseorang (teman atau keluarga) maka sudah seharusnya kita menunjukkan sikap yang baik. Dari sahabat Nu’man bin Basyir, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :
“Permisalan kaum mukminin dalam sikap saling mencintai, dan saling kasih sayang mereka sebagaimana satu badan. Apabila satu anggota badan sakit, seluruh anggota badan ikut merasakan, dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Muslim).
4. Saling Menolong Dalam Kebaikan
Mencintai juga berarti saling membantu. Apabila ada teman, keluarga atau sanak saudara kesusahan maka sebaiknya ditolong bila kita mampu. Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah:2).
Dalam hadits juga disebutkan: “Barangsiapa melapangkan seorang mukmin dari satu kesusahan dunia, Allah akan melapangkannya dari salah satu kesusahan di hari kiamat. Barang siapa meringankan penderitaan seseorang, Allah akan meringankan penderitaannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba selama hamba itu mau menolong saudaranya.” (H.R. Muslim dari Abu Hurairah).
5. Menutupi Aibnya
Bentuk cinta selanjutnya adalah lewat menutupi aib saudara. Jika kita mengetahui keburukan orang lain maka janganlah diumbar. Jangan jadikan keburukannya sebagai bahan gosip. Apabila kita mampu menutupi aib orang lain maka Allah Ta’ala juga akan menutupi aib kita.
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhu bahwasahnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: ” Muslim yang satu adalah saudara muslim yang lain; oleh karena itu ia tidak boleh menganiaya dan mendiamkannya. Barang siapa memperhatikan kepentingan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kepentingannya. Barang siapa membantu kesulitan seorang muslim, maka Allah akan membantu kesulitannya dari beberapa kesulitannya nanti pada hari kiamat. Dan barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutupi (aib)nya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari).
6. Menebarkan Senyum
Walaupun tampaknya sepele, namun senyum kita kepada sesama muslim bisa mendatangkan kebahagiaan . Senyum itu menghangatkan perasaan dan dapat mempererat persaudaraan. Namun demikian kepada lawan jenis sebaiknya jangan suka menebarkan senyum manja .
Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu, dia berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
7. Mengucapkan Salam Saat Bertemu
Cara mencintai seseorang menurut islam selanjutnya adalah lewat ucapan salam saat bertemu. Mengucapkan salam tidak hanya mempererat persaudaraan tapi juga mendatangkan rahmat dari Allah Azza wa Jalla.
Dari Abu Huraira radhiyallahu 'anhu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian kerjakan kalian akan saling mencinta? Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim).
8. Bersikap Rendah Hati
Jika memang kita mencintai seseorang maka kita juga harus menjaga hatinya. Caranya dengan tidak bersikap sombong. Melainkan harus tawadhu’. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Al-Quran:
“Dan Rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman” (QS. Asy Syuara: 215).
“Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al Israa’ 37).
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18).
9. Menghindari Sikap Saling Bermusuhan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu. Dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian saling mendengki, saling menipu, saling membenci, saling menjauhi dan janganlah membeli barang yang sedang ditawar orang lain. Dan jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lain, maka tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, mendustainya dan menghinakannya. Taqwa itu ada di sini (seraya menunjuk dada beliau tiga kali). Seseorang telah dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim haram darahnya bagi muslim yang lain, demikian juga harta dan kehormatannya”. (HR. Muslim).
10. Memanggil dengan Sebutan yang Baik
Allah Azza wa Jalla berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS.Al-Hujurat:11).
11. Berbicara Baik dan Tidak Menyakiti
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah sosok yang lembut dalam bertutur kata dan sopan sikapnya. Sebagai umat muslim tentunya kita harus meneladani perbuatan rasul. Dalam kehidupan bersosialisasi ataupun berhubungan dengan keluarga sikap kita haruslah lunak. Dengan demikian, orang juga akan senang berada di dekat kita. Sebaliknya jika kita memiliki watak keras maka orang lain pun cenderung menghindar.
“Karena disebabkan rahmat Allah lah engkau dapat bersikap lemah lembut dan lunak kepada mereka. Sekiranya engkau itu adalah seorang yang kaku, keras lagi berhati kasar, tentu mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali ‘Imran: 159).
12. Memaafkan Kesalahan Orang Lain
Memaafkan bukanlah perkara yang mudah. Namun bila kita benar-benar mencintai seseorang maka seharusnya kita mampu memaafkannya. Sebagaimana Allah Ta’ala yang senantiasa memaafkan dosa-dosa hamba-Nya.
“Maukah aku ceritakan kepadamu mengenai sesuatu yang membuat Allah memuliakan bangunan dan meninggikan derajatmu? Para sahabat menjawab: tentu. Rasul pun bersabda, ‘Kamu harus bersikap sabar kepada orang yang membencimu, kemudian memaafkan orang yang berbuat dzalim kepadamu, memberi kepada orang yang memusuhimu dan juga menghubungi orang yang telah memutuskan silaturahmi denganmu.”(HR. Thabrani).
“Tidak halal apabila seorang Muslim menjauhi kawannya lebih dari tiga hari. Apabila telah lewat waktu tiga hari tersebut maka berbicaralah dengannya dan beri salam. Jika ia menjawab salam maka keduanya akan mendapat pahala dan jika ia tidak membalasnya maka sungguhlah dia kembali dengan membawa dosanya, sementara orang yang memberi salah akan keluar dari dosa.”(HR. Muslim).
Cara Mencintai Pasangan Hidup (Suami atau Istri)
Cinta akan semakin terasa saat kita menjalani kehidupan sebagai suami istri. Dibawah naungan Kasih sayang Allah Subhanahu WaTa'ala, sepasang suami istri bisa memperkokoh cinta mereka sesuai syariat Allah Subhanahu WaTa'ala. Berikut ini ada beberapa cara mencintai suami istri yang benar, antara lain:
13. Melayani dengan Baik
“Jika seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidur, kemudian si istri tidak mendatanginya, dan suami tidur dalam keadaan marah, maka para malaikat akan melaknatnya sampai pagi.” (HR. Bukhari Muslim).
14. Istri Taat kepada Suami
Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam yang artinya “Apabila seorang istri telah mendirikan sholat lima waktu dan berpuasa bulan Ramadhan dan memelihara kehormatannya dan mentaati suaminya, maka diucapkan kepadanya: Masuklah Surga dari pintu surga mana saja yang kamu kehendaki.” (HR. Ahmad dan Thabrani).
15. Suami Bersikap Lemah Lembut Terhadap Istri
Kriteria calon suami menurut Islam adalah seseorang yang memiliki pribadi lemah lembut. Sebagaimana Rasul yang selalu bersikap baik terhadap keluarganya.
“Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya” (HR At-Thirmidzi dan Ibnu Majah).
“Dan bergaullah dengan mereka (para istri) dengan cara yang baik.” (QS. An-Nisa: 19).
16. Mengutamakan Keluarga
Sebelum kita menunjukkan cinta kepada masyarakat, teman kerja atau pimpinan kita, maka terlebih dahulu harus mencintai keluarga. Bagaimanapun keluarga tetap nomor satu dan harus diprioritaskan. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Hadits:
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya (istrinya). Dan aku adalah yang paling baik diantara kalian terhadap keluargaku (istriku).” (HR At-Thirmidzi dan Ibnu Majah).
17. Saling Menjaga dan Melindungi
Bentuk cinta kepada pasangan yang terakhir adalah saling menjaga dan melindungi. Suami harus bisa menjaga istrinya dari keburukan, menjaga perasaannya, dan menjaga kesehatannya. Begitupun sebaliknya. Dengan begitu akan terbentuk rumah tangga bahagia dalam Islam, keluarga sakinah dalam Islam, keluarga harmonis menurut Islam, keluarga sakinah, mawaddah, warahmah.
Demikianlah beberapa cara mencintai seseorang menurut islam. Semoga kita bisa menjadi sosok yang penuh perasaan cinta, terhindar dari penyakit hati, dan senantiasa beriman serta takwa kepada Allah Ta’ala. Aamiin ya Rabbal'alamiin...
Semoga bermanfaat....
ONE DAY ONE HADITS
Rabu, 19 Juni 2024 M / 12 Dzulhijjah 1445 H.
Empat Sumber Kebahagiaan Seseorang
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
أَرْبَعٌ مِنْ سَعَادَةِ اْلمَرْءِ أَنْ تَكُوْنَ زَوْجَتُهُ صَالِحَةً وَأَوْلاَدُهُ أَبْرَارًا وَخُلَطَائُهُ صًالِحِيْنَ وَأَنْ يَكُوْنَ رِزْقُهُ فِى بَلَدِهِ . رواه الديلمى
Rasullullah shallallah alaihi wa salam bersabda,
“Ada empat perkara dari kebahagiaan seseorang, yaitu : pasangan hidup yang shalihah, anak – anak yang baik / berbakti, pergaulannya adalah dengan orang – orang yang sholeh dan rizkinya di negerinya sendiri". (HR Dailami).
Pelajaran yang terdapat di dalam hadits:
1- Setiap orang tentu ingin memperoleh kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.
2- Dari riwayat hadits tersebut Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam mengemukakan empat faktor yang membuat manusia bahagia diantara sekian banyak faktor. Empat faktor itu adalah sebagai berikut :
a- Istri yang shalehah.
Kalau dunia ini adalah kesenangan maka kesenangan dunia yang paling pol adalah isteri yang solihah. Sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam :
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ رواه مسلم
Dunia ini adalah kesenangan. Dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah isteri yang sholihah.
b- Anak-anak yang baik/berbakti.
Seorang anak yang sholih/shalehah yang tekun beribadah, apalagi menjadi ahli Al-Qur'an adalah merupakan investasi pahala bagi kedua orang tuanya yang terus mengalir, yang akan membuat bangga di dunia dan di akhirat.
c- Pergaulannya adalah orang-orang shaleh. Dengan pergaulan orang-orang yang baik akan membantu, mendukung azam baik dan wasilah masuk surga.
d- Mencari rezeki di negeri sendiri.
Meskipun yang diperoleh banyak, apabila rezeki itu diperoleh di tempat yang jauh dari keluarga, tetap saja lebih menyenangkan bila rezeki itu diperoleh di negeri sendiri. Namun bila orang harus merantau, bila lebih baik maka bawalah keluarga ke tempat rantau, karena kehadiran suami isteri atau bapak ibu menjadi penting bagi keluarga.
Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran :
1- Bahagia didunia dan akhirat.
Inilah puncak kebahagiaan. Inilah yang selalu dimohon oleh hamba-hamba Allâh Azza wa Jalla yang shalih
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، أُولَٰئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا ۚ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Dan di antara mereka ada orang yang berdo’a, “Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akherat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. Mereka itulah orang-orang yang mendapat bagian dari (amal) yang mereka usahakan; dan Allâh sangat cepat perhitungan-Nya [QS. al-Baqarah/2: 201-202].
2- Do’a dan permohonan Nabi Musa Alaihissallam dan kaumnya yang shalih
وَاكْتُبْ لَنَا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ إِنَّا هُدْنَا إِلَيْكَ
(Mereka juga berdo’a), “Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada-Mu [QS. al-A’râf/7: 156].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.