Edisi Senin, 6 Mei 2024 M / 27 Syawal 1445 H.
Segala puji hanya untuk Allah, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga serta seluruh sahabatnya beliau. Amma ba’du:
Dalam kehidupan ini ada begitu banyak panah musibah yang begitu cepat menembus relung kehidupan kita, di tambah lagi dengan tombak bencana yang menancap kuat bersama lemparan waktu, tapi harus di sadari bahwa sesungguhnya kita sekarang sedang hidup pada sebuah negeri kehidupan yang penuh dengan cobaan dan ujian, negeri yang di dalamnya penuh dengan kepayahan dan kesedihan, serta resah dan kegelisahan, semua menghampiri kita.
Maka manakala sebuah musibah turun menimpa, membikin suasana menjadi gelap gulita, dunia menjadi terasa sempit, maka dalam menangani problematikanya terkadang di butuhkan waktu yang lama serta usaha yang sungguh-sungguh bahkan bisa membutuhkan bantuan dari orang yang di percayai. Tulisan kali ini semuanya berkisar pada keadaan cara mengatasi masalah umumnya kebanyakan manusia, dan setiap keadaan harus di sesuaikan dalam cara penanganannya. Seraya memohon mudah-mudahan Allah memberi taufik dan bimbinganNya.
1. Mengucapkan kalimat istirjaa ketika mendapat musibah
Jika seseorang di timpa musibah, maka pertama kali yang harus dilakukan untuk bisa mengobatinya yaitu kembali kepada Allah Ta’ala dengan mengucapkan:
قال الله تعالى: { إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ } ( سورة البقرة : 156)
“Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali”. (QS al-Baqarah: 156).
Dan kalimat istirjaa ini termasuk bagian dari adab Nabawi yang agung, karena kalimat tersebut akan membuat hati menjadi tenang dan tentram. Sebagaimana telah di riwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya dari haditsnya Umu Salamah semoga Allah meridhoinya, dia mengatakan: “saya mendengar Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اللهم أجرني في مصيبتي وأخلف لي خيرا منها إلا أخلف الله له خيرا منها…”)) (رواه أبو داود والدارقطني وغيره){إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ}قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((ما من مسلم تصيبه مصيبة، فيقول ما أمر الله:
“Tidaklah seorang muslim terkena musibah, kemudian mengucapkan kalimat yang telah di perintahkan oleh Allah Ta’ala dalam (kitabNya) yaitu mengucapkan “inaa lillahi wa inaa ilahi roji’un”, Ya Allah berilah pahala pada musibah yang menimpaku, dan berilah ganti darinya yang lebih baik, melainkan Allah pasti akan menggantinya yang lebih baik darinya”. (HR Muslim).
2. Perlahan dan tidak tergesa-gesa
Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada Aisyah di dalam sabdanya:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((عليك بالرفق وإياك والعنف والفحش، فإن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه، ولا ينزع من شيء إلا شانه”)) (رواه مسلم)
“Berbuatlah dengan lembut lembut dan jauhi olehmu permusuhan dan perbuatan keji, sesungguhnya tidaklah lemah lembut itu di letakan pada suatu perkara melainkan ia pasti akan menghiasinya, dan tidaklah di cabut lemah lembut tersebut dari suatu perkara melainkan akan menjadikan jelek”. (HR Muslim).
Anjuran ini pada asalnya di tujukan pada ibunda kita Aisyah, namun setelahnya langsung mengarah kepada seluruh orang-orang yang beriman. Kita tidak pernah mendengar bahwa sifat mudah marah dan mudah terpancing emosi itu bisa mendatangkan kebaikan (di manapun tempatnya), Betapa indahnya kalau mau berpikir terlebih dahulu sebelum berbuat sambil di hiasi dengan kelemahlembutan dan sikap bijak dalam bertindak.
3. Sabar
Dalam agama, sabar mempunyai kedudukan yang sangat urgen, bahkan ia merupakan bagian dari agama itu sendiri, di mana sabar adalah tempat berteduhnya bagi para penyabar, dan merupakan harta simpanan dari simpanan-simpanan di surga. Yang mana Allah Ta’ala telah menjanjikan bagi orang-orang yang sabar dengan pahala yang sangat besar, hal itu seperti yang di jelaskan dalam firmanNya:
قال الله تعالى: إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ ( سورة الزمر :)
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (QS az-Zumar: 10).
Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((عجبا لأمر المؤمن إن أمره كله له خير، وليس ذلك لأحد إلا للمؤمن، إن أصابته سراء شكر، فكان خيرا له، وإن أصابته ضراء صبر، فكان خيرا له)) (رواه مسلم)
“Sungguh sangat menakjubkan perkaranya seorang mukmin itu, semua perkaranya baik, dan tidak ada pada seorang pun melainkan hanya seorang mukmin, jika dirinya mendapat reziki dia bersyukur, maka itu baik baginya, jika dirinya di timpa musibah lalu bersabar itu juga baik baginya”. (HR Muslim).
4. Berbaik Sangka
Suatu hal yang wajib bagi kita semua yaitu suudhon dhon (berbaik sangka.pent) kepada Allah Azza wa jalla bahwa yang namanya pertolongan dan jalan keluar itu pasti dekat adanya, bahwa kesulitan itu selalu di iringi bersama kemudahan. Demikian juga berbaik sangka kepada orang lain yang punya masalah dengan kita, karena ada kemungkinan disebabkan kesalah pahaman dan pandangan yang berbeda. Oleh karena itu berbaik sangka kepada sesama muslim akan menjadikan hati menjadi tenang, dan biasanya akan mudah memberi udzur (kepada orang tersebut) yang pada akhirnya menjadikan musibah itu terasa ringan, bisa membantu untuk memecahkan masalah tersebut dan menjadikan cara berpikir kita bersih dari hal-hal yang tidak di bolehkan.
5. Diam dan menyembunyikan problem yang sedang di alaminya
Termasuk dari wejangan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada umatnya dalam masalah ini yaitu menyembunyikan musibah yang sedang di alaminya, hal itu sebagaimana yang tercantum dalam sebuah hadits, di mana Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((من البر كتمان المصائب والأمراض والصدقة))
“Termasuk kebaikan adalah menyembunyikan musibah (yang menimpanya), penyakit dan shodaqoh”.
Oleh sebab itu jika musibah yang sedang menimpa mungkin bisa disembunyikan, maka menyembunyikannya adalah termasuk bentuk dari nikmat Allah Azza wa jalla yang lurus. Yang merupakan bagian dari rahasia dari rahasia-rahasia keridhoan pada Allah Ta’ala, yaitu dengan tidak selalu berkeluh kesah dan gelisah.
6. Jadikan sesuai dengan porsinya dan tidak membesar-besarkan masalah
Sebagian orang jika di timpa sebuah permasalahan, atau musibah merasa dunia seperti mau runtuh dan menjadi gelap gulita sambil menyangka bahwa dunia telah berakhir, namun perlu di ingat terkadang ada suatu perkara yang di benci oleh seorang manusia tapi ternyata Allah Ta’ala menjadikan itu adalah kebaikan yang banyak baginya, lihatlah firman Allah Ta’ala ini:
“Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia amat baik bagimu..”. (QS al-Baqarah: 216).
7. Mencari solusinya dengan cara yang baik
Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, diriwayatkan.
: “ليس الشديد بالصرعة، إنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب” متفق عليه.
Datang seorang sahabat kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan kepada beliau,
فقال أوصني قال: “لا تغضب” رددها مرارا، وقال rجاء رجل إلى النبي
“Ya Rasulallah berilah aku wasiat”. Beliau berkata: “Jangan marah”. Orang tersebut masih mengulang-ulang terus, lantas Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bukanlah orang yang kuat itu (yang menang) dalam gulat, tetapi orang yang kuat (adalah) orang yang mampu menguasai dirinya ketika sedang marah”. (Mutafaqun ‘alahi).
8. Seseorang melihat seberapa jauh problem yang sedang di hadapinya sampai dia bisa melihat kalau itu bukan sesungguhnya.
Problematika kehidupan itu beragam dan bertingkat-tingkat adanya, demikian pula hati manusia juga beragam dan bertingkat-tingkat, ada yang kuat menanggung beban, ada yang bisa sabar dan ada lagi yang tabah.
Oleh karena itu supaya bisa untuk berpikir dan melihat dengan jelas sebuah masalah, seseorang melihat jauh kedepan sampai batas akhir musibah tersebut, dan melihat bahaya apa yang paling berat dari dampak musibah itu.
9. Banyak beristighfar
Diantara bentuk kembali kepada Allah Subhanahu wa ta’ala adalah banyak beristighfar. Di mana Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “من أكثر من الاستغفار، جعل الله عز وجل له من كل هم فرجا، ومن كل ضيق مخرجا، ورزقه من حيث لا يحتسب” [رواه أبو داود].
“Barangsiapa yang banyak mengucapkan istighfar, maka Allah Azza wa jalla menjadikan baginya setiap kesedihan jalan keluar, setiap kesempitan di bukakan pintu keluarnya, dan di beri rizki dari arah yang tidak di sangka-sangka”. (HR Abu Dawud).
10. Berdo’a dengan do’a-do’a yang shahih dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam
Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan kepada kita (umatnya) tatkala turun sebuah musibah atau terkena sebuah masalah do’a-do’a untuk menghilangkan kesedihan dan kegelisahan yang ada, adalah beliau jika tertimpa sebuah kesulitan apa pun jenis, beliau mengucapkan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “يا حي يا قيوم برحمتك أستغيث”.
“Wahai Dzat yang Maha Hidup lagi berdiri sendiri, dengan kasih sayangMu saya memohon pertolonganMu”.
11. Tawakal kepada Allah Azza wa jalla
Termasuk dari bentuk nikmat Allah Azza wa jalla tatkala turun bencana maupun musibah, yaitu kita langsung cepat-cepat kembali untuk taat kepada Allah Ta’ala dan beribadah kepadaNya, kita juga bisa merasakan kelezatan manakala kita sedang berdo’a dan memohon kepadaNya supaya di mudahkan segala urusannya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ } [سورة آلِ عِمۡرَانَ : 159] قال الله تعالى:
“Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS al-‘Imran: 159).
12. Berbuat baik pada sesama, baik ucapan, perbuatan, dan segala bentuk kebaikan lainnya
Termasuk dari sebab yang dapat menghilangkan kesusahan, kesedihan dan kegelisahan adalah berbuat baik kepada sesama makhluk, baik itu dengan ucapan atau perbuatan dan segala macam bentuk kebaikan. Allah Ta’ala berfirman:
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhoan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar”. (QS an-Nisaa’: 114).
13. Banyak berdzikir kepada Allah Azza wa jalla
Supaya hati bisa menjadi lapang dan lebih khusus lagi rasa sedih akan segera hilang tatkala turun sebuah musibah yaitu banyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wa ta’ala tanpa mengenal batas setiap waktu dan keadaan, maka kalau mau mempraktekan hal itu dirinya akan menemukan dampak yang luar biasa pada tenang, tentram dan lapangnya hati. Allah Ta’ala berfirman:
Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS ar-Ra’du: 28).
Atau seperti berdzikir sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan dalam ayat ini: “Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung”. (QS al-‘Imran: 173).
14. Jangan sampai mendatangi perkara yang haram
Apabila permasalahan berat dan sulit mencari jalan keluarnya, terlebih lagi di barengi dengan rasa takut dan lemah, maka hindari niat untuk mengerjakan sesuatu yang tidak di bolehkan, seperti misalnya pergi ke paranormal, dukun atau tukang sihir. Jangan anda rusak kehidupanmu dengan berbuat maksiat kepada Allah Azza wa jalla, baik maksiat itu dengan sihir, mengganggu orang lain atau yang lainya.
15. Adakalanya kamu membenci sesuatu padahal itu adalah yang terbaik buat dirimu
Pandangan seseorang itu sangat terbatas sedangkan ilmu dan pemahamannya juga sedikit, tidaklah dirinya melihat pada hari ini di timpa oleh musibah dan bencana yang terkadang pada akhirnya pada masa yang akan datang sebagai bentuk pemberian dan anugrah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
“Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS al-Baqarah: 216).
16. Ingat kematian, kubur, dan hari kiamat
Instropeksi diri sendiri dan ingat kematian maka perkaranya menjadi ringan dan akan menjadikan kita zuhud terhadap dunia, musibah menjadi terasa ringan dan mudah, terbayang pada diri kita apa yang akan di alami nanti pada keadaan yang lebih hebat dan dahsyat dari musibah yang di alami, yaitu pada hari kiamat ketika semua di nampakan di hadapan Allah Azza wa jalla. Umur dunia ini sangatlah pendek di banding dengan kehidupan akhirat nanti yang kekal abadi.
17. Berusaha mencari keridhoan Allah Azza wa jalla
Hendaknya kita mencari ridha Allah dalam mencari solusi setiap permasalahan dan jangan melakukan jalan keluar yang diharamkan. Sedangkan Allah Subhanahu wa ta’ala murka pada orang yang mencari ridho makhlukNya dari pada ridhoNya. Hal sebagaimana yang di katakan oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah sabdanya:
Barangsiapa yang mencari ridho Allah dengan kemarahan manusia maka Allah akan mencukupkan dirinya dari manusia, dan barangsiapa yang mencari ridho manusia dengan kemurkaan Allah maka Allah akan serahkan urusannya pada manusia”. (HR Tirmidzi).
Semoga bermanfaat....
ONE DAY ONE HADITS
Senin, 6 Mei 2024 M / 27 Syawal 1445 H.
Ujian Kehidupan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ عجب. مَا يَقْضِي اللهُ لَهُ مِنْ قَضَاءٍ إِلاَ كَانَ خَيْرًا لَهُ, إِِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Segala keadaan yang dialaminya sangat menakjubkan. Setiap takdir yang ditetapkan Allah bagi dirinya merupakan kebaikan. Apabila dia mengalami kebaikan, dia bersyukur, dan hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia tertimpa keburukan, maka dia bersabar dan hal itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim no.2999, dari sahabat Shuhaib).
Beberapa Pelajaran yang Terdapat dalam Hadits diatas:
1. Saudaraku, dalam menapaki kehidupan dunia yang fana ini, kita senantiasa dihadapkan pada dua keadaan, bahagia atau sengsara. Perubahan keadaan itu bisa terjadi kapan saja sesuai dengan takdir Allah Ta’ala. Sementara semenjak diciptakan, tabiat dasar manusia memang tidak pernah merasa puas. Apabila diberi kesenangan, manusia lalai dan tak menentu. Sebaliknya jika diberi kesulitan, ia akan bersedih dan gundah gulana tak karuan. Padahal sejatinya bagi seorang mukmin, segala yang terjadi pada dirinya, seharusnya tetap menjadi kebaikan bagi dirinya. Begitulah keistimewaan seorang mukmin sejati. Hal ini ditunjukkan dalam sebuah sabda yang diucapkan oleh pemimpin dan suri tauladan bagi orang-orang yang bertakwa.
2. Benarlah, bahwasanya hanya orang yang beriman yang bisa lurus dalam menyikapi silih bergantinya situasi dan kondisi. Hal ini karena ia meyakini keagungan dan kekuasaan Allah Ta’ala serta tahu akan kelemahan dirinya. Tidak dipungkiri memang, musibah dan bencana akan selalu menyisakan kesedihan dan kepedihan. Betapa tidak, orang yang dicinta kini telah tiada, harta benda musnah tak bersisa, berbagai agenda tertunda, bahkan segenap waktu dan perasaan tercurah untuk memikirkannya.
3. Musibah adalah perkara yang tidak disukai yang menimpa manusia. Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan: “Musibah adalah segala apa yang mengganggu seorang mukmin dan yang menimpanya.” (Al-Jami’li Ahkamil Qur’an, 2/175)
4. Pentingnya Istirja’ Ketika Datang Musibah, Istirja’ adalah ucapan إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهَ رَاجِعُونَ yang artinya “Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali.” Shahabiyah Ummu Salamah radhiyallahu’anha menyebutkan sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
:مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيْبُهُ مُصِيْبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللهُ
اللهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا خْلَفَ وَاخْلُفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا؛ إِلاَّ أَ مُصِيْبَتِي إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي
“Tiada seorang muslim yang ditimpa musibah lalu ia mengatakan apa yang diperintahkan Allah (yaitu): ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun, wahai Allah, berilah aku pahala pada (musibah) yang menimpaku dan berilah ganti bagiku yang lebih baik darinya’; kecuali Allah memberikan kepadanya yang lebih baik darinya.” (HR. Muslim no.918).
5. Kalimat istirja’ adalah obat termanjur bagi mereka yang tertimpa musibah dan paling berguna bagi seorang hamba di dunia dan di akhirat karena ia mengandung dua pondasi dasar yang apabila seorang hamba merealisasikan dengan mengetahui dua pondasi tersebut, insya Allah dirinya terhibur dari musibah tersebut.
6. Saudaraku, sesungguhnya musibah yang menimpa, tak lain adalah sarana penggugur dosa seorang hamba, seperti yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Ujian akan terus datang kepada seorang mukmin atau mukminah mengenai jasadnya, hartanya, dan anaknya sehingga ia menghadap Allah tanpa membawa dosa.” (HR. Ahmad, hasan shahih).
Tema Hadits yang Berkaitan dengan Al-Qur'an :
1. Allah Subhanahu WaTa'ala berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّنْ قَبْلِ أَنْ نَّبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. Al-Hadid: 22).
2. Allah Subhanahu WaTa'ala berfirman :
لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
"(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri (QS. Al-Hadid: 23).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.