Rabu, 08 Mei 2024

HAK ISTRI DALAM RUMAH TANGGA ISLAM

Edisi Rabu, 8 Mei 2024 M / 29 Syawal 1445 H.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memiliki cara memuliakan istri. Beliau mampu bersikap dan bertindak yang terbaik dalam kondisi apapun. Sebagai hamba yang diberi amanah untuk menyebarkan sumber syariat Islam, beliau menjalankannya dengan semangat, kesabaran, dan tekad yang teguh demi agama Allah.

Di medan perang ketika berjuang membela Islam dan menjalankan hukum mempertahankan hak dalam Islam, beliau menjadi sosok pemimpin yang menguasai strategi dan mampu mengalahkan musuh dengan jalan yang lurus tanpa kecurangan atau cara yang jahat. Di tengah masyarakat beliau menjadi sosok teman, sahabat, guru yang berwibawa.

Dan di rumah pun, Rasulullah menjadi sosok penyayang dan kepala rumah tangga yang adil dan mampu memberikan rasa aman serta kebahagiaan bagi istrinya misalnya apapun sikap aisyah kepada rasulullah selalu mendapat kasih sayang dan kesabaran. Tidak salah jika beliau dijadikan sebagai teladan bagi seluruh umat Islam.

Sebagai umat mukmin yang mengikuti ajaran Rasul dan menjalankan hukum beradab dengan Rasulullah, hendaknya kita mengikuti teladan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dalam menyayangi istri, bagaimana Rasulullah selalu membahagiakan istrinya dan bagaimana Rasulullah selalu bertutur kata lembut serta memperlakukan istrinya dengan baik. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjadi teladan untuk para suami juga segenap laki laki yang nantinya akan menjadi seorang suami tentang cara memberikan hak sepenuhnya untuk istri dalam keseharian atau rumah tangga.

Berikut ini beberapa hak istri dalam rumah tangga Islam :

1. Mendapat Perlakuan Romantis 

Cara pertama yang dilakukan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam untuk menyayangi istrinya ialah beliau selalu memperlakukan istrinya dengan romantis dan penuh kasih sayang sebagai cara rasulullah memanjakan istri. Rasulullah sering mencium istrinya, “Rasulullah sering mencium Aisyah dan itu tidak membatalkan puasa”. (HR Nasai). 

Penjelasan dari hadits tersebut ialah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mencium istrinya karena ingin memberikan kesenangan dan kebahagiaan, bukan semata karena hawa nafsu.

2. Mendapat Kata Lembut 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengekspresikan kasih sayang dengan cara yang sederhana dan bersahaja. Beliau pernah bersabda “Aku diberi rezeki berupa rasa cinta kepada engkau wahai istriku”. (HR Muslim). 

Kalimat tersebut sederhana tanpa berisi kalimat pujian yang berlebihan, tetapi sangat berkesan mendalam bukan? Seorang istri tentu akan bahagia jika mendengar kalimat tersebut dari suaminya.

3. Dipanggil dengan Panggilan yang Indah 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam selalu memanggil istrinya dengan panggilan indah yang disukai. Aisyah dipanggil dengan panggilan “Ya Humaira” (Wahai wanita yang pipinya kemerah merahan).

4. Dimanjakan 

Dari Anas berkata : “Kemudian kami pergi menuju Madinah. Aku lihat Rasulullah menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah (salah satu istri Rasulullah) kemudian beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut beliau dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau sehingga ia bisa menaiki unta tersebut”. (HR Bukhari). 

Hadits tersebut menceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memanjakan istri dengan memberi pelayanan dan memberikan kenyamanan untuk istrinya.

5. Diberi Hadiah 

Sebagai keinginan untuk membahagiakan istrinya, Rasulullah pernah memberi istrinya hadiah. “Rasulullah memberi kepada masing masing istrinya satu botol minyak kasturi”. (HR Ahmad). 

Hadiah tersebut bukan sesuatu yang bertujuan untuk berlebihan atau menimbulkan sifat bermewah mewahan, tetapi hal sederhana yang bermanfaat dan disukai oleh istrinya.

6. Mendapat Waktu dari Suami untuk Makan Berdua 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sering bersikap manis dengan makan atau minum berdua bersama istrinya, beliau tidak menampakkan perasaan jijik atau sejenisnya, melainkan dengan sikap bahagia sebab menerima istrinya apa adanya.

Dari Aisyah Radhiyallahu'anhuma “Aku biasa makan bubur bersama Rasulullah dalam wadah yang sama, aku minum air dengan gelas dan beliau meletakkan mulut beliau di gelas tersebut lalu beliau minum”. (HR Abdurrozaq dan Said bin Manshur).

7. Dibujuk dengan Lembut Ketika Marah 

Dalam kehidupan rumah tangga tentu pernah mengalami suatu perselisihan, entah karena masalah kesalahpahaman dalam berkata kata, faktor kesibukan, cemburu, atau diantara satu sama lain merasa kurang diperhatikan.

Ketika istri Rasulullah marah atau merasa tidak nyaman dalam hatinya, Rasulullah tidak menanggapi dengan kalimat yang kasar atau bersikap kaku pada istrinya, melainkan mendinginkan hati istrinya tersebut dengan cara yang manis dan lembut. “Rasulullah memijit hidung Aisyah jika ia marah dan berkata : Ya Humaira, bacalah doa : Wahai Tuhanku, ampunlah dosa dosa ku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindunglah aku dari fitnah yang menyesatkan”. (HR Ibnu Sunni).

8. Tidak dimarahi dan diperlakukan kasar 

Hak istri dalam Islam tidak boleh dimarahi sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam  tidak pernah menanggapi kemarahan istri dengan amarah apalagi dengan memukul istrinya, diriwayatkan oleh Aisyah, “Rasulullah tidak pernah memukul istrinya walau sekalipun”. (HR Muslim).

9. Dicium Ketika Hendak Bepergian atau Baru Pulang 

Dari Aisyah Radhiyallahu'anha “Rasulullah selalu mencium istrinya sebelum keluar untuk shalat, kemudian keluar menunaikan shalat tanpa berwudhu dahulu”. (HR Ahmad). 

Hal tersebut merupakan hal yang sangat berarti untuk istri, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berusaha memberikan ketenangan pada istrinya selama beliau bepergian dengan cara menciumnya terlebih dahulu agar tidak timbul prasangka buruk pada hati istri sebab suami telah meminta izin dan berpamitan dengan baik.

10. Mendapat Kelembutan 

Hal ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa istri nya tersebut saat dibutuhkan dan disayangi oleh Rasulullah, beliau bersandar pada pangkuan istrinya dengan tujuan saling berkasih sayang. “Beliau (Rasulullah mendekat kepadanya (Aisyah) dan ia ada di kamarnya, lalu ia menyisir beliau, padahal ia sedang haid”. (HR Muslim).

11. Melakukan Aktivitas Rumah Tangga Bersama 

Dalam sebuah riwayat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mandi bersama Aisyah dalam satu kamar mandi dengan bak yang sama “Aku (Aisyah) pernah mandi dari jinabat bersama Rasulullah dengan satu tempat air, tangan kami selalu bergantian mengambil air, dan tangan kami bersentuhan”. (HR Mutafaqun ‘Alaih).

12. Mandi bersama istri 

Aisyah radhiyallahu 'anha berkata,“Aku biasa mandi berdua bersama  dari satu bejana.” (HR. Al-Bukhari)

Mandi bersama istri bukanlah tindakan tercela atau sesuatu yang dilarang dalam islam, sepasang suami istri memiliki hak sepenuhnya dalam kasih sayang dan pelayanan untuk satu sama lain. Rasulullah melakukan hal tersebut untuk melayani dan memberikan kegembiraan bagi istrinya.

13. Didengarkan Keluhannya 

Ketika mendengar keluhan dari istrinya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mendengar keluh kesah istrinya tersebut dengan sabar dan memberi tanggapan dengan baik. Beliau melakukan hal tersebut untuk memberikan hak pada istrinya bahwa salah satu tugas seorang suami ialah menjadi pemimpin dan pemberi keputusan ketika istrinya dilanda kebingungan. Dari Aisyah radhiyallahu'anhuma “Rasulullah adalah orang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit”. (HR Bukhari).

14. Diajak Bepergian 

Aisyah radhiyallahu'anha berkata : “Rasulullah jika hendak melakukan perjalanan, beliau melakukan undian diantara para istri, barang siapa yang keluar namanya, maka dialah yang ikut pergi bersama beliau”. (HR Bukhari).

15. Dibantu dalam Pekerjaan Rumah Tangga 

Hal ini pernah diutarakan oleh Aisyah ketika ada yang bertanya padanya mengenai urusan apa saja yang biasa dilakukan oleh Rasulullah ketika beliau berada di rumah, Aisyah menjawab : “Rasulullah membantu melaksanakan pekerjaan keluarga”. (HR Bukhari).

Ketika ditanya oleh Aisyah “Ya Rasulullah bukankah engkau telah dijamin surga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini?. Beliau menjawab “Ya Humaira, apakah aku tak boleh menjadi hamba Nya yang bersyukur?”. (HR Bukhari).

Hadits tersebut menjalaskan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersedia membantu pekerjaan rumah tangga walaupun lelah atau berat untuk dilakukan sebagai wujud syukur kepada Allah telah diberi seorang istri dan wujud nyata dalam mensyukuri nikmat tersebut dengan cara memperlakukan istrinya dengan sangat baik.

16. Dibelai 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memberi kasih sayang pada istrinya dengan rutin membelai dan memenuhi nafkah batin yang merupakan hak istrinya, “Setiap hari Rasulullah membelai semua istrinya seorang demi seorang. Beliau menghampiri dan membelai dengan tidak mencampuri hingga beliau singgah ke tempat istri yang beliau gilir waktunya lalu beliau bermalam di tempatnya”. (HR Ahmad).

17. Tidak Dibebani 

Dalam sebuah kisah diriwayatkan bahwa Aisyah menunggu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam  karena belum pulang hingga tengah malam, Aisyah menunggu beliau pulang hingga tertidur di dekat pintu rumah. Ketika Rasulullah sampai rumah dan menyadari hari sudah larut malam, beliau ingin mengetuk pintu tetapi khawatir akan mengganggu Aisyah yang barangkali telah terlelap tidur.

Beliau lalu menggelar sorban di depan pintu dan tidur di atasnya. Walaupun dalam keadaan lelah beliau tidak ingin mengganggu atau membebani istrinya. Dan malam itu tanpa saling mengetahui mereka tertidur di depan pintu.

Pagi hari ketika Aisyah membuka pintu ia kaget karena melihat Rasulullah tidur di luar dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam berkata “Aku pulang larut malam. Karena khawatir mengganggu tidurmu, aku tak tega mengetuk pintu. Itulah sebabnya aku tidur di depan pintu”. (HR Muslim). 

Kisah tersebut terjadi karena tingginya rasa kasih sayang diantara keduanya.

Demikian artikel tausiah mengenai 17 cara Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam  menyayangi istri, perlu dipahami bahwa Rasulullah melakukan hal tersebut bukan karena untuk merayu tetapi melakukannya dengan niat membahagiakan istri dan ibadah kepada Allah.

Memang sebagai manusia biasa kita tidak akan mungkin sepenuhnya mampu meniru Rasulullah sebab beliau memang sosok yang paling sempurna di antara semua manusia, tetapi ada baiknya kita selalu melakukan dan meniru teladan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dengan sebaik dan semampu kita, agar timbul kasih sayang dan kehidupan rumah tangga yang lebih indah.

Semoga bermanfaat....


ONE DAY ONE HADITS 

Rabu, 8 Mei 2024 M / 29 Syawal 1445 H.

Hak istri dari Suami 

عن معاوية بن حيدة رضي الله عنه قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُول الله، مَا حق زَوجَةِ أَحَدِنَا عَلَيهِ؟ قَالَ: ((أنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طعِمْتَ، وَتَكْسُوهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ، وَلا تَضْرِبِ الوَجْهَ، وَلا تُقَبِّحْ، وَلا تَهْجُرْ إلا في البَيْتِ)). حديثٌ حسنٌ رواه أَبُو داود، وَقالَ: معنى ((لا تُقَبِّحْ)): لا تقل: قبحكِ الله.

Dari Mu'awiyah bin Haidah radhiyallahu'anha katanya: "Saya bertanya: "Ya Rasulullah, apakah haknya isteri seseorang suami dari kita itu atas suaminya?" Beliau Shallallahu alaihi wasallam menjawab: "Yaitu hendaklah engkau memberi isteri makan, jikalau engkau makan, engkau memberi pakaian ia jikalau engkau berpakaian, jangan memukul wajahnya, jangan mengolok-oloknya, juga jangan meninggalkan ia - ketika tidak taat pada suaminya, kecuali dalam rumah saja - yakni dalam seketiduran." 

Hadits hasan yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan ia berkata: "Erti laatuqabbih: jangan mengolok-oloknya yaitu jangan mengucapkan: Semoga Allah memburukkan engkau."

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits : 

1- Para sahabat bertanya kepada rasulullah tidak hanya sekedar ingin tahu urusan-urusan agama tapi juga mengamalkannya. Tidak seperti orang sekarang, bertanya hanya ingin tahu saja sedikit yang mau mengamalkannya. Padahal besok akan dipertanggungjawabkan sebagai hujjah diakhirat. 

2- Sebagai contoh, dimana sahabat Mu'awiyah bertanya kepada Nabi tentang, "apakah haknya isteri seseorang suami dari kita itu atas suaminya?" Beliau Shallallahu alaihi wasallam menjawab: "Yaitu hendaklah engkau memberi isteri makan, jikalau engkau makan, engkau memberi pakaian ia jikalau engkau berpakaian, jangan memukul wajahnya, jangan mengolok-oloknya, juga jangan meninggalkan ia - ketika tidak taat pada suaminya, kecuali dalam rumah saja - yakni dalam seketiduran." 

3- Suami wajib memberikan nafkah kepada istrinya sebagaimana kepada dirinya sendiri. 

4- Suami dilarang memukul wajah istrinya dan mengolok-olok. 

5- Apabila suami melihat istrinya berbuat nusuz, dimana istri tidak melakukan kewajibannya maka dinasihati lalu dipisahkan dari tempat tidurnya lalu dipukul kalau itu memang haknya dengan tidak menyakiti dan supaya dihindari itu wajah karena wajah merupakan kemuliaan yang dimiliki manusia. 

Kalaupun memukul yaitu, pundak, lengan, dan punggung. 

6- Mengolok-olok yaitu dengan mengatakan, "jelek kamu", atau dengan mengatakan, " semoga Allah menjelekkan kamu,"atau dasar dari keturunan orang yang jelek dll. 

7- Tidak meninggalkan istri kecuali berada dirumahnya artinya, tidak meninggalkan keluar rumah sehingga orang lain tahu. 

Tema hadits yang berkaitan dengan al quran : 

1- Kebanyakan sahabat bertanya kepada rasulullah urusan-urusan agama, semua sahabat radhiAllah anhum ingin mengetahui hukum -hukum Allah sekaligus ingin mentatbiqkannya pada diri dan keluarganya. 

- يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ 

Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan(QS. Al Baqoroh : 215).

-  وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْيَتَامَى

Mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim (QS. Al Baqoroh : 220).

2- Lelaki itu adalah pengurus wanita, yakni pemimpinnya, kepalanya, yang menguasai, dan yang mendidiknya jika menyimpang. Karena kaum laki-laki lebih afdal daripada kaum wanita, seorang lelaki lebih baik daripada seorang wanita, karena itulah maka nubuwwah (kenabian) hanya khusus bagi kaum laki-laki dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. 

Berupa mahar (mas kawin), nafkah, dan biaya-biaya lainnya yang diwajibkan oleh Allah atas kaum laki-laki terhadap kaum wanita, melalui kitab-Nya dan sunnah Rasul-Nya.

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا 

kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu, maka wanita yang saleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri di balik pembelakangan suaminya oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kalian khawatiri nusuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah diri dari tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaati kalian, maka janganlah kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.(QS. An Nisa :34).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.