Rabu, 31 Juli 2024

KUMPULAN HADITS YANG BERKAITAN DENGAN AHLAQ YANG BAIK

Edisi Rabu, 31 Juli 2024 M / 24 Muharram 1446 H.

Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam di utus dengan bekal akhlak yang mulia dan menjadi teladan yang luhur. Tidak lain hal ini karena memang Rasulullah di utus di bumi untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak manusia. Menata dan meningkatkan peradaban hidup manusia. Rasulullah bersabda:

 إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ

Artinya: "Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan budi pekerti yang luhur." (HR. al-Baihaqi). 

Perintah dan anjuran berbudi pekerti mulia tertuang sangat jelas dalam beberapa sabda Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam. Sangat banyak sekali kita temukan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam yang menenkankan pentingnya berperilaku dengan akhlak yang mulia, menjaga segala tingkah laku sesuai dengan norma dan etika, baik etika kita pada Allah, maupun terhadap sesama. Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda:

 اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Artinya: "Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada. Susullah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka ia dapat menghapusnya. Dan bergaullah dengan manusia dengan perilaku dan akhlak yang baik." (HR. at-Tirmidzi). 

Berikut ini adalah beberapa hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam yang berkaitan dengan ahlaq yang baik :

1. Kejujuran itu Akan Membimbing Pada Kebaikan 

عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُوْرِ وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

Dari Abdullah dia berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Sesungguhnya kejujuran itu akan membimbing pada kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya bohong itu akan mengantarkan pada kejahatan. Dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Seseorang yang memelihara kebohongan, maka ia akan dicatat sebagai pembohong (pendusta).  (H.R. Muslim no. 6705, Tirmidzi no. 2099 dan lainnya). 

2. Bila Hati Baik Maka Baiklah Seluruh Badan 

عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ وَأَهْوَى النُّعْمَانُ بِإِصْبَعَيْهِ إِلَى أُذُنَيْهِ إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِى الْحَرَامِ كَالرَّاعِى يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

Dari An-Nu'man bin Basyir dia berkata, saya mendengar dia berkata : Saya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda (Nu'man sambil menujukkan dengan dua jarinya kearah telinganya) : Sesungguhnya yang halal telah nyata (jelas) dan yang haram telah nyata. Dan di antara keduanya ada perkara yang tidak jelas (subhat), yang tidak diketahui kebanyakan orang, maka barang siapa menjaga dirinya dari melakukan perkara yang meragukan, maka selamatlah agama dan harga dirinya, tetapi siapa yang terjatuh dalam perkara syubhat, maka dia terjatuh kepada keharaman. Tak ubahnya seperti gembala yang menggembala di tepi pekarangan, dikhawatirkan ternaknya akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah, setiap raja itu memiliki larangan, dan larangan Allah adalah sesuatu yang diharamkannya. Ketahuilah, bahwa dalam setiap tubuh manusia terdapat segumpal daging, jika segumpal daging itu baik maka baik pula seluruh badannya, namun jika segumpal daging tersebut rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah ia adalah hati. (H.R. Muslim no. 4178, Tirmidzi no. 1246).

3. Niat Baik Dicatat Satu Kebaikan 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا هَمَّ عَبْدِي بِسَيِّئَةٍ فَلَا تَكْتُبُوْهَا عَلَيْهِ فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوْهَا سَيِّئَةً وَإِذَا هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا فَاكْتُبُوْهَا حَسَنَةً فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوْهَا عَشْرًا

Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Allah berfirman : Apabila hamba-Ku berkeinginan untuk kejelekan maka janganlah kamu mencatatnya, namun jika dia mengamalkannya maka tulislah sebagai satu kejelekan. Dan apabila dia berkeinginan untuk kebaikan namun belum melakukannya maka tulislah ia sebagai satu kebaikan, maka jika dia melakukannya maka tulislah ia sebagai sepuluh kebaikan. (H.R. Muslim no. 349).

4. Perintah Taat Kepada Pemimpin 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَإِنْ اسْتُعْمِلَ حَبَشِيٌّ كَأَنَّ رَأْسَهُ زَبِيبَةٌ

Dari Anas bin Malik, dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam, beliau bersabda : Dengar dan taatlah kalian, sekalipun yang memimpin kalian adalah seorang budak Habasyi yang berambut keriting seperti buah kismis. (H.R. Bukhari no. 693).

5. Anjuran Mengatakan Insya Allah 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ لأُطِيْفَنَّ اللَّيْلَةَ عَلَى سَبْعِيْنَ امْرَأَةً تَلِدُ كُلُّ امْرَأَةٍ مِنْهُنَّ غُلاَمًا يُقَاتِلُ فِى سَبِيْلِ اللهِ فَقِيْلَ لَهُ قُلْ إِنْ شَاءَ اللهُ فَلَمْ يَقُلْ. فَأَطَافَ بِهِنَّ فَلَمْ تَلِدْ مِنْهُنَّ إِلاَّ امْرَأَةٌ وَاحِدَةٌ نِصْفَ إِنْسَانٍ. قَالَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ قَالَ إِنْ شَاءَ اللهُ لَمْ يَحْنَثْ وَكَانَ دَرَكًا لِحَاجَتِهِ

Dari Abu Hurairah dia berkata, Sulaiman bin Daud pernah berkata, Sungguh aku akan menggilir tujuh puluh isteriku dalam semalam, yang nantinya masing-masing mereka akan melahirkan anak yang akan berjuang di jalan Allah, maka dikatakan kepadanya : Ucapkanlah Insya Allah. Namun dia tidak mengucapannya, dan dia tetap menggilir mereka semua. Ternyata tidak ada seorang pun dari mereka yang melahirkan kecuali satu orang yang melahirkan anak yang cacat (setengah manusia). Abu Hurairah melanjutkan, Maka Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam  bersabda : Seandainya dia mengucapkan Insya Allah, maka dia tidak akan melanggar sumpahnya dan akan mendapatkan apa yang dihajatkannya. (H.R. Muslim no. 4378).

6. Cintailah Sekedarnya dan Bencilah Sekedarnya 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْبِبْ حَبِيْبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُوْنَ بَغِيْضَكَ يَوْمًا مَا، وَأَبْغِضْ بَغِيْضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُوْنَ حَبِيْبَكَ يَوْمًا مَا

Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda :  Cintailah orang yang kamu cintai sekedarnya saja, boleh jadi orang yang sekarang kamu cintai suatu hari nanti kamu akan membencinya. Dan bencilah orang yang kamu benci sekedarnya saja, boleh jadi orang yang sekarang kamu benci suatu hari nanti kamu akan mencintainya. (H.R. Thabrani no. 643, Tirmidzi no. 2128).

7. Janganlah mencari-cari kesalahan 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلَا تَحَسَّسُوْا وَلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا تَنَافَسُوْا وَلَا تَحَاسَدُوْا وَلَا تَبَاغَضُوْا وَلَا تَدَابَرُوْا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Jauhilah berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah mencari-cari isu, janganlah mencari-cari kesalahan, janganlah saling bersaing, janganlah saling mendengki, janganlah saling memarahi, dan janganlah saling membelakangi (memusuhi). Tetapi, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. (H.R. Muslim no. 6701).

8. Anjuran berziarah kubur 

عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَزُوْرُوْهَا

Dari Ibnu Buraidah dari ayahnya ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Dulu aku melarang kamu berziarah kubur, akan tetapi sekarang berziarahlah kubur. (H.R. Muslim no. 2305).

9. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara 

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَحَاسَدُوْا وَلَا تَبَاغَضُوْا وَلَا تَقَاطَعُوْا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا

Dari Anas bahwa Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Janganlah kalian jangan saling dengki, saling marah, dan jangan pula saling memutuskan hubungan satu sama lain. Tetapi jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. (H.R. Muslim no. 6696).

10. Janganlah saling memarahi dan saling mendengki 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَبَاغَضُوْا وَلَا تَحَاسَدُوْا وَلَا تَدَابَرُوْا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثٍ

Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Janganlah saling memarahi, saling mendengki, saling membelakangi, tetapi jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang muslim untuk mendiamkan saudaranya sesama muslim lebih dari tiga hari. (H.R. Muslim no. 6690).

11. Ajarilah orang yang akan meninggal dengan La ilaha illallah 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِّنُوْا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ

Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Ajarilah olehmu kepada orang yang akan meninggal diantara kalian La ilaha illallah (Tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah). (H.R. Muslim no. 2164, Ibnu Majah no. 1511 dan lainnya). 

12. Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya 

 عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : الْمُؤْمِنُ آلِفٌ مَأْلُوفٌ ، وَلَا خَيْرَ فِيمَنْ لَا يَأْلَفُ وَلَا يُؤْلَفُ ، وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ.

Dari Jabir radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bahwasanya belia bersabda : Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah, dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. (H.R. Thabrani no. 5949 ). 

13. Sembuhkanlah penyakitmu dengan shadaqah 

عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَصِّنُوْا أَمْوَالَكُمْ بِالزَّكَاةِ وَدَاوُوْا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ وَأَعِدُّوْا لِلْبَلاءِ الدُّعَاءَ.

Dari Abdullah ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Bersihkanlah hartamu dengan zakat, sembuhkanlah penyakitmu dengan shadaqah, dan persiapkanlah doa untuk (menolak) balak. (H.R. Thabrani no. 10044, dalam Mu'jam Al-Kabir). 

14. Anjuran Mendinginkan Deman dengan Air 

عَنْ عَبَايَةَ بْنِ رِفَاعَةَ عَنْ جَدِّهِ رَافِعِ بْنِ خَدِيْجٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اَلْحُمَّى مِنْ فَوْحِ جَهَنَّمَ فَابْرُدُوْهَا بِالْمَاءِ

Dari Abayah bin Rifa'ah dari kakeknya Rafi' bin Khadij dia berkata, saya mendengar Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Demam berasal dari hembusan nerakan Jahannam maka dinginkanlah ia dengan air. (H.R. Bukhari no. 5726).

15. Membersihkan Tempat Tidur Bila Mau Tidur 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَوَى أَحَدُكُمْ إِلَى فِرَاشِهِ فَلْيَنْفُضْ فِرَاشَهُ بِدَاخِلَةِ إِزَارِهِ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي مَا خَلَفَهُ عَلَيْهِ ثُمَّ يَقُوْلُ بِاسْمِكَ رَبِّ وَضَعْتُ جَنْبِي وَبِكَ أَرْفَعُهُ إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِي فَارْحَمْهَا وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Dari Abu Hurairah dia berkata, Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Apabila seseorang dari kalian hendak tidur, maka hendaklah ia mengibaskan di atas tempat tidurnya dengan kain sarungnya, karena ia tidak tahu apa yang terdapat di atas kasurnya. Lalu mengucapkan doa : BISMIKA RABBII WADHA'TU JANBII WABIKA ARFA'UHU, IN AMSAKTA NAFSII FARHAMHAA, WAIN ARSALTAHAA FAHFAHZH-HAA BIMAA TAHFAZHU BIHI 'IBAADAKASHSHAALIHIIN (Dengan nama-Mu Wahai Tuhanku, aku baringkan punggungku dan atas nama-Mu aku mengangkatnya, dan jika Engkau menahan diriku, maka rahmatilah daku, dan jika Engkau melepaskannya, maka jagalah sebagaimana Engkau menjaga hamba-Mu yang shalih). (H.R. Bukhari no. 6320).

16. Tidak Memberi Pelajaran Tiap Hari Supaya Tidak Bosan 

عَنْ أَبِي وَائِلٍ قَالَ كَانَ عَبْدُ اللهِ يُذَكِّرُ النَّاسَ فِي كُلِّ خَمِيْسٍ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ لَوَدِدْتُ أَنَّكَ ذَكَّرْتَنَا كُلَّ يَوْمٍ قَالَ أَمَا إِنَّهُ يَمْنَعُنِي مِنْ ذَلِكَ أَنِّي أَكْرَهُ أَنْ أُمِلَّكُمْ وَإِنِّي أَتَخَوَّلُكُمْ بِالْمَوْعِظَةِ كَمَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا بِهَا مَخَافَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا

Dari Abu Wa'il berkata : bahwa Abdullah memberi pelajaran kepada orang-orang setiap hari Kamis, kemudian seseorang berkata : Wahai Abu Abdurrahman, sungguh aku ingin kalau anda memberi pelajaran kepada kami setiap hari, dia berkata : Sungguh aku enggan melakukannya, karena aku takut membuat kalian bosan, dan aku ingin memberi pelajaran kepada kalian sebagaimana Nabi Shallallahu alaihi Wasallam memberi pelajaran kepada kami karena khawatir kebosanan akan menimpa kami. (H.R. Bukhari no. 70).

17. Anjuran Sujud Syukur 

عَنْ أَبِى بَكْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا جَاءَهُ أَمْرُ سُرُوْرٍ أَوْ بُشِّرَ بِهِ خَرَّ سَاجِدًا شَاكِرًا لِلهِ

Dari Abu Bakrah dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam, bahwa apabila terdapat perkara yang menyenangkan atau beliau dibei kabar gembira maka beliau bersujud untuk bersyukur kepada Allah. (H.R. Abu Daud no. 2776).

Semoga bermanfaat....


ONE DAY ONE HADITS

Rabu, 31 Juli 2024 M / 24 Muharram 1446 H.

Ahlaq Yang Baik

عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ “

[رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح]

Dari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu’az bin Jabal radhiallahu anhuma dari Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam  beliau bersabda : Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “

(Riwayat Turmuzi, dia berkata haditsnya hasan, pada sebagian cetakan dikatakan hasan shahih).

Pelajaran yang terdapat dalam hadits :

1- Takwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala merupakan kewajiban setiap muslim dan dia merupakan asas diterimanya amal shaleh.

2- Bersegera melakukan ketaatan setelah keburukan secara langsung, karena kebaikan akan menghapus keburukan.

3- Bersungguh-sungguh menghias diri dengan akhlak yang baik.

4- Menjaga pergaulan yang baik merupakan kunci kesuksesan, kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan akhirat. Hal tersebut dapat menghilangkan dampak negatif pergaulan.

Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran :

1- Takwa, bekal disetiap tempat dan waktu 

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الألْبَابِ

Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal.(QS. Al-Baqarah:197).

2- Takwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala merupakan kewajiban setiap muslim dan dia merupakan asas diterimanya amal shaleh.

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Maidah: 27).

3- Akhlak mulia

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ 

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (QS. Al-Qolam:4).

Selasa, 30 Juli 2024

KEUTAMAAN SHALAT DHUHA DAN DALILNYA

Edisi Selasa, 30 Juli 2024 M / 23 Muharram 1446 H.

Shalat dhuha merupakan sholat yang dilakukan setelah terbit matahari hingga menjelang masuk waktu dzuhur. Waktunya dimulai saat matahari nampak terlihat kurang lebih setinggi tombak dan berakhir hingga tergelincir matahari (waktu Dzuhur). Untuk jam nya sekitar pukul 06.00 sd 12.00 waktu setempat. Menurut KH Yahya Zainul Ma’arif sholat dhuha yang paling afdhol dilakukan ketika terik matahari telah terasa panas atau seperempat siang yang dihitung dari 3 jam setelah matahari terbit. Hukum sholat dhuha adalah sunah muakkad.

Diriwayatkan dari Ismail bin Ubaidillah, dari Abdullah bin Amr, ia berkata: ‘Aku bertemu dengan Abu Dzar radliyallahu ‘anh, lalu berkata: ‘Wahai Paman, beritahukanlah diriku pada suatu kebaikan.’ Lalu ia menjawab: ‘Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sebagaimana Kamu bertanya kepadaku. 

Lalu beliau bersabda: ‘Bila kamu sholat dhuha dua rakaat maka tidak akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang lalai; bila kamu sholat dhuha empat rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang berbuat baik; bila kamu sholat dhuha enam rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang taat; 

bila kamu sholat dhuha delapan rakaat maka akan dicatat sebagai bagian dari kaum yang beruntung; bila Kamu shalat Dhuha 10 rakaat maka pada hari itu tidak akan dicatatkan dosa bagimu; dan bila Kamu shalat Dhuha 12 rakaat maka akan dibangunkan untukmu sebuah rumah di surga’,” (HR al-Baihaqi).

Oleh karena itu, siapa saja yang ingin mendapatkan pahala dan keutamaannya atau mendapat keutamaan shalat dhuha yang luar biasa, silahkan mengerjakan sholat dhuha. Kalau pun tidak mengerjakannya, maka tidak akan berdosa. Ada banyak sekali keutamaan sholat dhuha. Semua keutamaan tersebut bisa anda temukan di beberapa hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.  Adapun 17 Keutamaan Shalat Dhuha adalah sebagai berikut :

1. Bentuk Sedekah 

Rasulullah pernah menjelaskan bahwa sholat dhuha merupakan salah satu bentuk sedekah orang muslim dimana terdapat hikmah sedekah dalam islam. Penjelasannya ini terdapat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Bunyi haditsnya adalah sebagai berikut.

“Setiap ruas dari anggota tubuh di antara kalian pada pagi hari, harus dikeluarkan sedekahnya. Setiap tasbih merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, menyuruh kebaikan merupakan sedekah, dan mencegah kemungkaran merupakan sedekah. Dan semua itu bisa disetarakan dengan mengerjakan Sholat Dhuha dua rakaat”. (H.R Muslim dari Abu Dzar).

2. Sebagai simpanan amal 

Sholat dhuha bisa dijadikan sebagai simpanan amal cadangan yang bisa anda dapat pahalanya di hari akhir dima kita harus percaya sebab terdapat hukum tidak percaya pada hari akhir yang merupakan perbuatan dosa. Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam menjelaskan dalam haditsnya; “Sesungguhnya yang pertama kali dihisab pada diri hamba pada hari kiamat dari amalannya adalah sholatnya. Jika benar (sholatnya) maka ia telah lulus dan beruntung, dan jika rusak (sholatnya) maka ia akan kecewa dan rugi.

Jika terdapat kekurangan pada sholat wajibnya, maka Allah berfirman, ‘Perhatikanlah, jikalau hamba Ku memiliki sholat sunah maka sempurnakanlah dengan sholat sunahnya sekadar apa yang menjadi kekurangan pada sholat wajibnya. Jika selesai urusan sholat, barulah amalan lainnya.” (H.R. Ash habus Sunan dari Abu Hurairah Radhiyalahu'anhu).

3. Mendapatkan keuntungan dunia akherat 

Sholat dhuha memiliki keutamaan salah satunya adalah di dalamnya terdapat keuntungan yang besar dan lebih utama jika dijalankan pada waktu shalat dhuha yang baik menurut islam. Hal ini terlihat dari penjelasan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam yang berbunyi “Barangsiapa sholat Dhuha 2 rakaat, ia tidak akan termasuk golongan pelupa/lalai. Barangsiapa sholat Dhuha 4 rakaat, akan dimasukkan kepada golongan orang orang yang taubat (kembali kepada Allah).

Barangsiapa sholat Dhuha 6 rakaat, akan dicukupi kebutuhannya hari itu. Barangsiapa sholat Dhuha 8 rakaat, termasuk golongan hamba hamba yang patuh. Dan barangsiapa sholat Dhuha 12 rakaat maka Allah akan membangun baginya rumah di surga”. (H.R. Thabrani dari Abu Darda’).

4. Mendapat kelapangan rezeki 

Orang yang rajin mengerjakan sholat dhuha karena Allah akan diberikan kelapangan rezeki oleh Nya. Dalam hadits Qudsi dari Abu Darda’ Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan bahwa Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman: “Wahai anak Adam, rukuklah (sholatlah) karena Aku pada awal siang (sholat Dhuha) empat rakaat, maka Aku akan mencukupi (kebutuhan)mu sampai sore hari”. (H.R. Tirmidzi).

5. Pahala seperti haji dan umrah 

Keutamaan lain dari sholat dhuha adalah memperoleh pahala haji dan umrah bagi siapa saja yang mengerjakannya. Dalam hadits dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa yang sholat shubuh berjamaah kemudian duduk berzikir untuk Allah hingga matahari terbit kemudian (dilanjutkan dengan) mengerjakan sholat dhuha dua rakaat, maka baginya seperti memperoleh pahala haji dan umrah, sepenuhnya, sepenuhnya, sepenuhnya”. (H.R. Tirmidzi).

6. Mendapat ampunan dosa 

Orang yang sering mengerjakan sholat dhuha, Allah akan mengampuni semua dosanya walaupun sebanyak buih di laut. Dalam hadits yang bersumber dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang menjaga sholat dhuha, maka dosa dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan”. (H.R. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).

7. Mendapat rumah di surga 

Keutamaan yang terdapat dalam sholat dhuha sangatlah banyak dan istimewa. Adapun salah satu keutamaannya adalah Allah akan membangunkan istana di surga bagi orang yang sering mengerjakan sholat dhuha. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa sholat Dhuha dua belas rakaat, maka Allah akan membangun baginya istana dari emas di surga”. (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

8. Menjadi hamba yang sholeh 

“Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha Mu, keagungan adalah keagungan Mu, keindahan adalah keindahan Mu, kekuatan adalah kekuatan Mu, penjagaan adalah penjagaan Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi, maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha Mu, kekuasaan Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba hambaMu yang soleh”.

9. Mengikuti teladan Rasulullah 

Dari Ummu Hani’ binti Abi Thalib , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengerjakan sholat dhuha sebanyak delapan rakaat. Pada setiap dua rakaat, beliau mengucap salam (HR. Abu Dawud; shahih).

10. Merupakan wasiat dari Rasulullah 

Shalat dhuha diwasiatkan Rasulullah kepada Abu Hurairah untuk menjadi amal harian. “Kekasihku –Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mewasiatkan tiga hal padaku: berpuasa tiga hari setiap bulannya, melaksanakan shalat dhuha dua raka’at dan shalat witir sebelum tidur.” (Muttafaq ‘alaih).

11. Dicatat sebagai orang yang taat 

Shalat dhuha adalah shalat awwabin, yakni shalatnya orang orang yang taat. Merutinkan shalat dhuha menjadikan seseorang dicatat sebagai orang orang yang taat. Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu  berkata: “Kekasihku (Muhammad) mewasiatkan kepadaku tiga perkara yang aku tidak meninggalkannya: agar aku tidak tidur kecuali setelah melakukan shalat witir, agar aku tidak meninggalkan dua rakaat shalat Dhuha karena ia adalah shalat awwabin serta agar aku berpuasa tiga hari setiap bulan” (HR. Ibnu Khuzaimah; shahih).

12. Mendapatkan kebaikan sepanjang hari 

Dari Abu Darda’ radhiyalahuanhu, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam berkata: Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al Jami: 4339).

13. Mencegah terjerumus dalam dosa 

Penulis ‘Aunul Ma’bud –Al ‘Azhim Abadi  menyebutkan, “bahwa shalat Dhuha akan menyelematkan pelakunya dari berbagai hal yang membahayakan. Bisa juga dimaksudkan bahwa shalat Dhuha dapat menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa atau ia pun akan dimaafkan jika terjerumus di dalamnya. Atau maknanya bisa lebih luas dari itu.” (‘Aunul Ma’bud, 4: 118).

14. Dimudahkan urusannya 

At Thibiy berkata, “Yaitu  engkau akan diberi kecukupan dalam kesibukan dan urusanmu, serta akan dihilangkan dari hal hal yang tidak disukai setelah engkau shalat hingga akhir siang. Yang dimaksud, selesaikanlah urusanmu dengan beribadah pada Allah di awal siang (di waktu Dhuha), maka Allah akan mudahkan urusanmu di akhir siang.” (Tuhfatul Ahwadzi, 2: 478).

15. Tanda Iman 

Dalam hadits yang lain, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan kembali bahwa sholat dhuha adalah sedekah. “Dalam diri manusia terdapat tiga ratus enam puluh ruas tulang, hendaklah ia mengeluarkan satu sedekah untuk setiap ruas itu. Para sahabat bertanya, ‘Siapa yang mampu mengerjakan hal tersebut wahai Nabi Allah?’ Nabi berkata, ‘Dahak di masjid yang engkau pendam, suatu aral yang engkau singkirkan dari jalan. Jika kamu tidak mendapatkan sesuatu yang sepadan, maka cukuplah bagimu sholat Dhuha dua rakaat”. (H.R. Abu Daud dan Ahmad dari Abu Buraidah).

16. Terhindar dari sifat lalai 

Tak hanya itu, melakukan shalat dhuha pun bisa menjadi tanda bahwa seseorang bukan termasuk orang yang lalai. Seperti hadits yang berbunyi:“Barangsiapa yang shalat Dhuha dua rakaat, maka dia tidak ditulis sebagai orang yang lalai. Barangsiapa yang mengerjakannya sebanyak empat rakaat, maka dia ditulis sebagai orang yang ahli ibadah. Barangsiapa yang mengerjakannya enam rakaat, maka dia diselamatkan di hari itu. Barangsiapa mengerjakannya delapan rakaat, maka Allah tulis dia sebagai orang yang taat. Dan barangsiapa yang mengerjakannya dua belas rakaat, maka Allah akan membangun sebuah rumah di surga untuknya,” (HR. At-Thabrani).

17. Menjadi orang yang beruntung 

Siapa yang tidak ingin menjadi orang yang beruntung disetiap urusannya? Orang yang beruntung tentunya adalah orang yang sudah diridhai setiap langkahnya oleh Allah. Tidak semua orang bisa mendapat keuntungan ini. Namun, Anda bisa mendapatkan keberuntungan dengan melakukan shalat dhuha. Hal ini tercantum dalam sebuah hadits, “Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih al-Targhib: 666).

Hal itu menjelaskan, bahwasanya siapa saja yang melakukan shalat dhuha, di masjid, maka ia akan dekat sekali dengan ghanimah atau keberuntungan.

Setelah sholat dhuha dianjurkan berdoa.

Berikut doa setelah sholat dhuha:

اَللّٰهُمَّ إِنَّ الضَّحَآءَ ضَحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَــالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللّٰهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِيْ فِي السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ، وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ، وَإِنْ كَانَ مُعْسَرًا فَيَسِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ، وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ، بِحَقِّ ضَحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِيْ مَآ أَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ   

Allâhumma innad dlahâ’a dlahâ’uka, wal bahâ’a bahâ’uka, wal jamâla jamâluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. Allâhuma in kâna rizqî fis samâ’i fa anzilhu, wa inkâna fil ardhi fa akhrijhu, wa inkâna mu’siran (mu‘assaran) fa yassirhu, wa in kâna harâman fa thahhirhu, wa inkâna ba‘îdan fa qarribhu, bi haqqi dlahâ’ika wa bahâ’ika wa jamâlika wa quwwatika wa qudratika, âtinî mâ atayta ‘ibâdakas shâlihîn.  

Artinya: “Wahai Tuhanku, sungguh dhuha ini adalah dhuha-Mu, keagungan ini adalah keagungan-Mu, keindahan ini adalah keindahan-Mu, kekuatan ini adalah kekuatan-Mu, dan penjagaan ini adalah penjagaan-Mu. Wahai Tuhanku, jika rejekiku berada di atas langit, maka turunkanlah; jika berada di dalam bumi, maka keluarkanlah; jika dipersulit, mudahkanlah; jika (tercampur tanpa sengaja dengan yang) haram, sucikanlah; jika jauh, dekatkanlah; dengan hak dhuha, keelokan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, datangkanlah kepadaku apa yang Engkau datangkan kepada para hamba-Mu yang saleh.”

Banyak kisah nyata terkait keajaiban sholat dhuha. Berangkat dari keutamaan yang telah dipaparkan di atas, keajaiban ini umumnya terkait dengan rezeki. Bahwa siapa yang melaksanakan sholat sunnah ini, rezekinya dimudahkan Allah sehingga menjadi lancar dan berkah.

Semoga bermanfaat...


ONE DAY ONE HADITS

Selasa, 30 Juli 2024 M / 23 Muharram 1446 H. 

Shalat Sunah Rawatib dan Keutamaannya

عن أم حبيبة رضي الله عنهما زوجة النبي صلى الله عليه وسلم أمهات المؤمنين أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال :

« مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ

Dari Ummu Habibah radhiyallahu ‘anhuma–istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ummahatul mukminin–, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Barangsiapa mengerjakan shalat sunnah dalam sehari-semalam sebanyak 12 raka’at, maka karena sebab amalan tersebut, ia akan dibangun sebuah rumah di surga.” (HR. Muslim, no. 728).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits : 

1- Yang dimaksudkan dengan shalat sunnah dua belas rakaat dalam sehari dijelaskan dalam riwayat At-Tirmidzi, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنَ السُّنَّةِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ

“Barangsiapa merutinkan shalat sunnah dua belas rakaat dalam sehari, maka Allah akan membangunkan bagi dia sebuah rumah di surga. Dua belas rakaat tersebut adalah empat rakaat sebelum Zhuhur, dua rakaat sesudah Zhuhur, dua rakaat sesudah Maghrib, dua rakaat sesudah ‘Isya, dan dua rakaat sebelum Shubuh.” (HR. Tirmidzi, no. 414).

2- Shalat rawatib adalah shalat yang mengiringi shalat wajib, ada shalat qabliyah dan ada shalat bakdiyah.

3- Shalat rawatib itu ada dua macam:

Shalat rawatib muakkad (yang sangat ditekankan), ada 10 rakaat dalam sehari.Shalat rawatib ghairu muakkad (tidak terlalu ditekankan), ada 12 rakaat dalam sehari.

Shalat rawatib muakkad, ada 10 rakaat dalam sehari:

1- 2 rakaat qabliyah Shubuh

2- 2 rakaat qabliyah Zhuhur

3- 2 rakaat bakdiyah Zhuhur

4- 2 rakaat bakdiyah Magrib

5- 2 rakaat bakdiyah Isya

Shalat rawatib ghairu muakkad, ada 12 rakaat dalam sehari:

1- 2 rakaat qabliyah Zhuhur

2- 2 rakaat bakdiyah Zhuhur

3- 4 rakaat qabliyah Ashar

4- 2 rakaat qabliyah Magrib

5- 2 rakaat qabliyah Isya

Kaidah di atas menunjukkan bahwa:

4- Menunaikan shalat sunah bisa menjadi cara untuk menyempurnakan shalat wajib. Begitu banyak sholat sunah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Shallallâhu alaihi wasallam, salah satunya yang beliau utamakan ialah sunah rawatib.

Shalat qabliyah adalah shalat sunnah yang dilakukan sebelum atau sesudah shalat wajib yang penting masih di waktunya. Shalat bakdiyah adalah shalat sunnah yang dilakukan sesudah shalat wajib, tidak boleh sebelum sebelum shalat wajib, yang penting masih di waktunya.

Tema hadits yang berkaitan dengan al quran : 

1- Disyari’atkannya Shalat Sunnah

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mensyari’atkan shalat sunnah untuk meningkatkan amal manusia dan menutupi segala kekurangan dan kelalaian yang ada, sebagaimana hal itu diperintahkan oleh Allah dalam Kitab-Nya yang agung, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ ۚ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ

“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada sebagian permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” [QS. Huud/11: 114].

2- Apabila kamu telah merampungkan urusan-urusan duniamu dan kesibukannya dan telah kamu selesaikan semua yang berkaitan dengannya, maka bulatkanlah tekadmu untuk ibadah dan bangkitlah kamu kepadanya dalam keadaan bersemangat. Curahkanlah hatimu dan ikhlaskanlah niatmu dalam beribadah kepada-Nya dan berharap kepada-Nya.

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ

“Apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Rabb-mulah hendaknya kamu berharap.” [QS. Al-Insyirah/94: 7-8]

Senin, 29 Juli 2024

CARA MENGOBATI PENYAKIT FUTUR

Edisi Senin, 29 Juli 2024 M / 22 Muharram 1446 H.

Para pakar bahasan Arab mendefisikan futur ke dalam beberapa defenisi, diantaranya: loyo dan lemah, tumpul setelah tajam, dan lemah setelah kuat atau tegas. Jadi, futur adalah malas atau menunda-nunda setelah sebelumnya semangat dan tepat waktu dalam melakukan perbuatan. Penyakit futur ini menimpa orang-orang yang telah bergerak. Ia tidak menimpa orang yang tidak atau belum bergerak.

Futur akan menimpa seseorang dari waktu ke waktu, baik dalam urusan agama maupun dunia. Ia akan menimpa para da’i, pencari ilmu, murabbi, ustadz, ahli ibadah, dan orang-orang yang menempuh jalan kebaikan. Setiap amal kebaikan ada waktu semangat dan jenuhnya. Orang yang bersungguh-sungguh dalam beribadah, berinfak, membaca Al-Qur’an, qiyamul lail, mengkaji ilmu, shalat dhuha, berdakwah dan ibadah lainnya, suatu saat akan mengalami kejenuhan (futur).

Ketika kejenuhan (futur) dalam beramal kita alami, maka hendaklah kejenuhan itu kita menej dengan baik agar tetap di atas sunnah, sehingga mendatangkan kebaikan. Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda,

إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ فَمَنْ كَانَتْ شِرَّتُهُ إِلَى سُنَّتِي فَقَدْ أَفْلَحَ وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ

“Sesungguhnya setiap amalan itu ada waktu semangatnya, dan setiap masa semangat ada masa jenuhnya, maka barangsiapa semangatnya cenderung kepada sunahku dia beruntung, dan barangsiapa masa jenuhnya cenderung kepada selain itu maka ia celaka.” (HR. Ahmad, 6473)

Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam memohon perlindungan kepada Allah dari futur, sebagaimana yang disebutkan dalam banyak hadits beliau, diantaranya:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكَسَلِ وَالْهَرَمِ وَالْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa malas, kepikunan, kesalahan dan terlilit hutang.” (HR. al-Bukhari, 5891).

Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, karena Allah tidak menurunkan penyakit melainkan Dia juga menurunkan obatnya. Demikian pula dengan futur, orang yang mengetahui ilmunya, dia bisa mengatasinya. Sedangkan orang yang tidak mengetahui ilmunya, dia akan tetap menyelami gelapnya lautan futur. Berikut ini beberapa cara untuk mengatasi futur, yaitu:

1. Selalu menjaga dan memperbaharui iman 

Sesungguhnya menjaga dan memperbaharui iman –dengan izin Allah- dapat menjaga seseorang dari berbagai macam penyakit, termasuk futur.

Diantara hal yang dapat menjaga iman seseorang adalah banyak beribadah, menjaga ibadah-ibadah sunnah dan rawatib, qiyamul lail, puasa sunnah, dan tidak meninggalkan witir baik sedang mukim atau safar.

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya iman benar-benar bisa menjadi usang di dalam tubuh seseorang dari kalian sebagaimana usangnya pakaian. Maka memohonlah kepada Allah supaya memperbarui iman di hati kalian.” (HR. Hakim dan Thabrani).

2. Muraqabatullah dan banyak mengingat Allah. 

Hakikat muraqabah adalah engkau menyembah Allah seolah-olah melihatNya, dan jika engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.

Diantara hal yang harus adalah dalam muraqabutullah adalah takut kepada Allah, memuliakan dan mengagungkanNya, beriman secara mutlak bahwa Dia Maha Mengetahui segala sesuatu, menguasai dan maha kuasa, cinta dan berharap kepadanya.

Membaca Al-Qur’an merupakan dzikir yang paling utama. Oleh karena itu, hendaklah Al-Qur’an menjadi wirid atau bacaan seorang muslim setiap hari, dan janganlah ia termasuk orang yang menjauhi Al-Qur’an.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: sesungguhnya dzikir akan memberikan kekuatan kepada orang yang berdzikir, bahkan dengan dzikir seseorang mampu melakukan sesuatu yang tidak sanggup dilakukan oleh orang yang tidak berdzikir.”

3. Ikhlas dan takwa. 

Lemah keikhlasan akan menyebabkan futur. Jika keikhlasan kuat, maka dia akan menjaga seseorang dari futur. Oleh karena itu, hendaklah seseorang selalu menjaga dan memperbaharui keikhlasannya.

Allah akan mengaruniakan cahaya dan pembeda (furqan) ke dalam hati orang yang ikhlas, sebagaimana dalam firmanNya, “Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan kepada kalian.” (Qs. al-Anfal: 29).

4. Tashfiyah (membersihkan) hati. 

Membersihkan hati dari segala noda hasad, dengki, benci, dan buruk sangka merupakan bagian terbesar datangnya ketenangan hati. Tidak ada sesuatu yang paling keras bagi seseorang daripada hati yang dipenuhi dengan kebencian, dengki, hawa nafsu, dan segala dosa lainnya.

Tashfitul qalb (membersihkan hati) dapat dilakukan dengan selalu berkomunikasi dengan orang-orang yang berdakwah di jalan Allah, membalas keburukan dengan kebaikan, mendengar nasihat kebaikan, atau membaca kisah sahabat yang dijamin masuk surga karena tidak pernah dengki kepada orang lain.

5. Belajar ilmu syar’i dan mengikuti majelis ilmu. 

Ilmu adalah cahaya yang akan mengangkat pelakunya kepada derajat yang mulia. “Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu diantara kalian beberapa derajat.” (Qs. al-Mujadalah: 11). 

Semakin bertambah ilmu seseorang, maka akan semakin bertambah pula amalnya.

Keutamaan orang berilmu atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas semua bintang-bintang. Ilmu bisa didapat dengan cara mengikuti majelis-majelis ilmu yang mengajarkan kebaikan. Orang yang selalu menghadiri majelis ilmu tersebut akan bertambah keilmuannya dan terdorong untuk lebih maju.

6. Memahami fiqih prioritas. 

Seorang muslim yang memahami fiqih prioritas dan apa yang harus dilakukan sesuai dengan kemampuannya, maka dia akan terhindar dari segala bentuk futur dan malas selama ada iman dan Islam di dalam hatinya.

Seorang da’i yang mengetahui realita dan keadaan umatnya, tidak mungkin memberikan tempat futur di dalam hatinya. Ini tidak mungkin. Kecuali orang yang rela dengan kehinaan dan kasih sayang hilang dari dirinya. “Barangsiapa yang dihinakan oleh Allah, maka tidak seorang pun yang memuliakannya.” (Qs. al-Hajj: 18).

7. Memiliki manhaj yang benar. 

Yang tidak boleh dilupakan oleh seseorang adalah manhaj yang benar. manhaj yang benar akan menjaga seseorang dari bingung dan ragu. Ia akan memberikan ketenangan dan ketenteraman kepada pelakunya. Jika manhaj seseorang salah, maka hal itu akan menghalangi dirinya untuk dapat merealisasikan tujuan-tujuan syariat yang hendak dicapai.

Mengikuti manhaj ahlus sunnah wal jama’ah dan berjalan diatas petunjuk salafus shalih akan memberikan pengaruh besar dalam amal seseorang, istiqamah, dan memberikan ketenangan dan ketenteraman di dalam hatinya.

8. Realistis dalam beramal (wasathiyah). 

Wasathiyah merupakan ciri dari umat ini. Allah berfirman, “Dan demikian pula, Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) umat yang adil dan pilihan (wasathiyah).” (Qs. al-Baqarah: 143).

Wasathiyah dapat dilakukan dalam akidah atau amal. Sedangkan orang-orang yang berlebihan (ghuluw) mereka akan mudah mengalami futur, apalagi mereka ghuluw dalam beramal seperti ibadah, thalabul ilmi, atau berdakwah kepada Allah.

Banyak sekali nash-nash Al-Qur’an yang menerangkan tentang wasathiyah dan perintah untuk menjauhi ghuluw dan berlebihan. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam melarang umatnya berbuat ghuluw di dalam sabdanya, “Jauhilah oleh kalian berlebih-lebihan (ghuluw), karena umat sebelum kalian binasa karena ghuluw.” (HR. Bukhari).

9. Memenej waktu dengan baik dan muhasabah diri. 

Diantara hal yang dapat membantu seseorang melakukan ibadah adalah mengatur waktu dengan baik. Perhatikanlah bagaimana Allah mengatur waktu-waktu shalat wajib begitu rapi dan indah! Hal itu untuk memberikan peluang kepada manusia untuk memenej waktunya dengan baik.

Selain itu, hendaklah seseorang melakukan muhasabah setiap selesai melakukan aktivitas apapun. Apa yang harus diperbaiki dan dihindari, sehingga ia mendapatkan hasil yang maksimal.

10. Berjama’ah. 

Diantara nasihat yang diberikan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam kepada Hudzaifah radhiyallahu anhu ketika terjadi fitnah adalah bergabung dengan jama’ah kaum muslimin. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memerintahkan agar hidup berjama’ah dan melarang berpecah belah. Menyendiri berpotensi untuk berbelok arah karena tidak ada kawan yang menguatkan untuk bersabar dan istiqamah di atas ketaatan atau tidak ada yang mengingatkan di saat lalai.

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Hendaklah kalian hidup berjama’ah dan menjauhi perpecahan, karena setan selalu bersama orang yang sendirian sedangkan terhadap dua orang dia lebih jauh. Barangsiapa yang menginginkan kekayaan surga (buhbuhatul jannah), hendaklah dia menetapi al-Jama’ah.” (HR. Tirmidzi)

Yang dimaksud al-Jama’ah disini adalah ahlus sunnah wal jama’ah, karena ia merupakan kelompok yang selamat atau thaifah manshurah, bukan golongan atau ormas tertentu.

11. Beragam dalam melakukan ibadah. 

Jiwa memiliki sifat jenuh dan bosan, dan mencintai pembaruan dan keragaman. Memerhatikan kondisi jiwa merupakan perintah syariat. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memiliki banyak cara dalam menasihati para sahabat agar mereka tidak bosan dan jenuh.

Syaidinna Ali bin Abi Thalib berkata: sesungguhnya jiwa memiliki semangat dan kejenuhan. Apabila semangat, hendaklah engkau kekang dengan tekad yang kuat, dan apabila jenuh, hendaklah engkau kekang dengan kewajiban.”

Yang dimaksud beragam dalam beramal adalah tidak berlebihan dan tidak membebani diri dengan sesuatu yang tidak sanggup dilakukannya. Karena membebani diri dengannya akan menimbulkan futur. Bacaan shalat saja, Nabi kita mengajarkan bacaan yang bervariasi, misal bacaan sujud atau ruku’ada yang panjang ada yang simpel. Demikian pula do’a dan amal-amal lainnya.

12. Berteman dengan orang shalih. 

Teman yang shalih akan memberikan pengaruh luar biasa bagi diri sahabatnya. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memerintahkan agar berteman dengan orang shalih dan menjauhi teman yang buruk. Teman yang shalih akan selalu mengingatkan sahabatnya degan akhirat dan menjauhkannya dari perbuatan dosa dan maksiat.

Hendaklah kita menjadi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sebagai teladan utama, karena beliau adalah pemimpin orang-orang shalih. Allah berfirman, “Sungguh, pada diri Rasul itu telah ada suri tauladan yang baik bagi kalian.” (Qs. al-Ahzab: 21).

13. Berdoa dan memohon pertolongan kepada Allah. 

Doa adalah ibadah. Ia merupakan sarana penghubung seorang hamba dengan Rabbnya. Doa menampakkan kelemahan makhluk dan kemahakuasaan sang Khaliq.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah berjanji akan mengambulkan orang yang berdoa kepadaNya, “Berdoalah kepadaKu, niscaya Aku kabulkan doa kalian.” (Qs. Ghafir: 60). Futur merupakan ujian dalam agama, maka hendaklah seseorang selalu mendekat dan berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Ketika futur, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memerintahkan kita untuk berdoa kepada Allah, “Sesungguhnya iman benar-benar bisa menjadi usang di dalam tubuh seseorang dari kalian sebagaimana usangnya pakaian. Maka memohonlah kepada Allah supaya memperbarui iman di hati kalian.” (HR. Hakim dan Thabrani).

Beliau Shallallahu alaihi wasallam selalu memohon perlindungan kepada Allah dari futur. Disebutkan dalam hadits dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wasallam berdoa,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَرَمِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْبُخْلِ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat malas, dan berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut, dan berlindung kepada-Mu dari sifat pikun dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir.” (HR. Bukhari)

14. Mencari guru yang baik. 

Guru yang baik akan senantiasa menasihati muridnya untuk berjalan di atas jalan kebenaran dan menjauhi segala bentuk perbuatan tidak baik, termasuk futur. Ia akan mengajarkan kepada muridnya keutamaan orang-orang yang dekat dengan Allah dan jauh dari maksiat, menceritakan kepadanya akibat buruk dari orang-orang yang jauh dariNya, dan memotivasinya untuk senantiasa seimbang dan realistis dalam beramal dan melakukan ketaatan kepada Allah.

15. Menjauhi dari perbuatan kemaksiatan 

Melakukan maksiat, kemungkaran dan makan harta haram.

Dosa dan maksiat merupakan beban maknawi di dunia dan hissi  di akhirat. Di dunia, jiwa dan hati pelaku merasa terbebani, dan di akhirat mendapatkan siksa. Allah berfirman, “Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan.” (Qs. al-Ankabut: 13).

Kemaksiatan tidak hanya menimbulkan fatur saja, bahkan ia akan mengantarkan pelakukan kepada penyimpangan. Terkadang seorang muslim rajin dalam beribadah, berdakwah atau menuntut ilmu, tetapi dia meremehkan sebagian maksiat, khususnya dosa-dosa kecil, atau tidak maenjauhkan dirinya dari syubhat, atau bahkan makan makanan yang haram. Maka, lambat laun futur akan menimpa dirinya.

 وَلَا تَطْغَوْا فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي ۖ وَمَنْ يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِي فَقَدْ هَوَىٰ

“Dan janganlah kamu melampaui batas yang menyebabkan kemurkaan –Ku menimpamu. Dan barang siapa di timpa musibah oleh kemurkaan-Ku, makabinasalah ia”. (QS. Toha;81).

16. Tekun mengamalkan amalan siang dan malam. 

وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا

Dan orang-orang yang melalui malam harinya dengan bersujud dan berdiri untuk Robb mereka”. (QS. Al-Furqon:64).

Dalam beramal, hendaklah seseorang memulainya dari yang kecil atau yang mudah ia lakukan, dan ia sanggup melakukannya terus-menerus. Inilah yang dinasihatkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kepada Handzalah radhiyallahu anhu.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala lebih menyukai amalan yang dilakukan terus menerus meskipun sedikit (kecil). Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan terus menerus meskipun sedikit.” (HR. Bukhari).

17. Mengenal kendala yang akan menghadang 

وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ 

Dan beberapa banyak Nabi yang berperang bersama mereka sebagian besar karena bencana yang menimpa di jalan Allah, dan tidak pula lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang orang yang sabar. (QS. Ali- Imran :146).

Kita memohon kepada Allah agar senatiasa mengaruniakan keistiqamahan dalam beribadah kepadaNya dan menjauhkan kita dari segala perbuatan tidak baik, termasuk futur.

Semoga bermanfaat....


ONE DAY ONE HADITS 

Senin, 29 Juli 2024 M / 22 Muharram 1446 H.

Mengobati Penyakit Futur 

عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ دَخَلْتُ أَنَا وَيَحْيَى بْنُ جَعْدَةَ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ مِنْ أَصْحَابِ الرَّسُولِ قَالَ ذَكَرُوا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَوْلاَةً لِبَنِى عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَقَالَ إِنَّهَا قَامَتِ اللَّيْلَ وَتَصُومُ النَّهَارَ. قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَكِنِّى أَنَا أَنَامُ وَأُصَلِّى وَأَصُومُ وَأُفْطِرُ فَمَنِ اقْتَدَى بِى فَهُوَ مِنِّى وَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً ثُمَّ فَتْرَةً فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى بِدْعَةٍ فَقَدْ ضَلَّ وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّةٍ فَقَدِ اهْتَدَى »

Dari Mujahid, ia berkata, aku dan Yahya bin Ja’dah pernah menemui salah seorang Anshor yang merupakan sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, para sahabat Rasul membicarakan bekas budak milik Bani ‘Abdul Muthollib. Ia berkata bahwa ia biasa shalat malam (tanpa tidur) dan biasa berpuasa (setiap hari tanpa ada waktu luang untuk tidak puasa). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Akan tetapi aku tidur dan aku shalat malam. Aku pun puasa, namun ada waktu bagiku untuk tidak berpuasa. Siapa yang mencontohiku, maka ia termasuk golonganku. Siapa yang benci terhadap ajaranku, maka ia bukan termasuk golonganku. Setiap amal itu ada masa semangat dan ada masa malasnya. Siapa yang rasa malasnya malah menjerumuskan pada bid’ah, maka ia sungguh telah sesat. Namun siapa yang rasa malasnya masih di atas ajaran Rasul, maka dialah yang mendapat petunjuk.” (HR. Ahmad 5: 409).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits: 

1- Secara bahasa Futur berarti putusnya kegiatan setelah kontinyu bergerak. Juga dapat berarti dalam diam setelah bergerak. Atau : malas, lamban dan santai setelah sungguh-sungguh. Penyakit futur ini menimpa orang-orang yang telah bergerak. Ia tidak menimpa orang yang tidak atau belum bergerak.

2- Riwayat di atas menunjukkan bahwa setiap orang akan semangat dalam sesuatu, dan waktu ia kendor semangatnya. Dan di antara sebab mudah futur (malas dalam ibadah) adalah karena terlalu berlebihan dalam suatu amalan. Sehingga sikap yang bagus adalah pertengahan dalam amalan atau belajar, tidak meremehkan dan tidak berlebihan.

3- Untuk mengobati penyakit futur ini, beberapa ulama memberikan beberapa resep.

1- Jauh dari kemaksiatan

2-Tekun mengamalkan amalan siang dan malam

3- Mengagendakan amalan yang ia kerjakan.

4-Menjauhi hal-hal yang berlebihan.

Berlebihan dalam kebaikan bukan merupakan tindakan bijaksana. Apalagi berlebihan

dalam keburukan

5- Melazimi Jamaah

“ Jamaah itu rahmat. Sehingga terhindarlah ia dari kebosanan dan kerutinan".

6- Mengenal kendala yang akan menghadang.

7- Memilih teman yang shalih

8- Menghibur diri dengan hal yang mubah.

9- Mengingat mati, syurga dan neraka

10- Muhasabah (menghisab) diri.

Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran: 

1- Jauh dari kemaksiatan

 وَلَا تَطْغَوْا فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي ۖ وَمَنْ يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِي فَقَدْ هَوَىٰ

“Dan janganlah kamu melampaui batas yang menyebabkan kemurkaan –Ku menimpamu. Dan barang siapa di timpa musibah oleh kemurkaan-Ku, makabinasalah ia”. (QS. Toha;81)

2- Tekun mengamalkan amalan siang dan malam.

وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا

Dan orang-orang yang melalui malam harinya dengan bersujud dan berdiri untuk Robb mereka”. (QS. Al-Furqon:64).

3-Menjauhi hal-hal yang berlebihan.

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ 

Maka bertaqwalah kamu kepada Allah sesuai dengan kesanggupanmu !

(QS. At-Taghobun:16).


4- Mengenal kendala yang akan menghadang


وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ 


Dan beberapa banyak Nabi yang berperang bersama mereka sebagian besar karena bencana yang menimpa di jalan Allah, dan tidak pula lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang orang yang sabar. (QS. Ali- Imran :146).

Minggu, 28 Juli 2024

KUMPULAN HADITS YANG BERKAITAN DENGAN KEMATIAN DAN JENAJAH (BAGIAN 3)

Edisi Ahad, 28 Juli 2024 M / 21 Muharram 1446 H.

Mengenai kematian tak sedikit mereka yang meninggal masih dalam usia produktif. Mereka menjadi tulang punggung bagi keluarga yang ditinggalkannya. Bagi kelompok ini, kematian tiba-tiba menjadi pukulan berat. Bagi yang ditinggalkannya, kematian adalah sebuah persoalan baru bagaimana melanjutkan kehidupan. Saat masih hidup saja, keluarga yang ditinggalkan masih dalam kondisi pas-pasan, bagaimana bila penopang inti keluarga meninggal dunia, sementara di sisi lain dukungan sosial dari keluarga terdekat dan komunitas menurun karena semuanya menghadapi persoalan yang sama.

Berapa banyak anak-anak yang harus ditinggal orang tuanya saat masih membutuhkan perhatian, masih dalam masa pertumbuhan, dan mesti menjalani proses pendidikan yang panjang. Situasi ini menimbulkan dampak jangka panjang ketika potensi anak-anak tidak berkembang sebagaimana mestinya karena pendidikan yang terbatas, pertumbuhan fisik yang tidak sempurna karena malnutrisi, kemampuan emosional yang rendah, dan lainnya.

Agama dapat menjadi faktor yang menguatkan dalam mengatasi penyakit, yang mengingatkan umat beragama untuk lebih dekat kepada sang pencipta; untuk memahami bahwa tidak ada yang lebih berkuasa selain Dia; untuk tetap berusaha optimis dan mencari solusi bahwa setiap penyakit ada obatnya. Namun, pemaknaan yang tidak tepat terhadap ajaran agama misalnya bisa menghambat penyelesaian pandemi Covid-19. 

Sebagai contoh, sebuah meme berbahasa Jawa beredar luas di medsos wis ojo podho kuatir soal Corona, Malaikat Izroil wis dhue daftar ora bakal kliru…. (Tidak perlu khawatir soal Corona, Malaikat Izrail sudah punya daftar [orang yang akan dicabut nyawanya] tidak mungkin keliru). Pandangan seperti ini akhirnya mengabaikan sikap berhati-hati, bahwa kita diwajibkan untuk berusaha mencegah dari paparan penyakit.

Berikut ini adalah beberapa hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam yang berkaitan dengan kematian dan Jenajah :

1. Mayit Mendengar Suara Sandal Orang Yang Mengantarkannya 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمَيِّتَ لَيَسْمَعُ خَفْقَ نِعَالِهِمْ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِيْنَ

Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Bahwa sesungguhnya mayit itu mendengar suara sandal-sandal orang yang mengantarkanya ke kuburan apabila mereka beranjak pergi meninggalkan kuburan. (H.R. Ibnu Hibban no. 3183, Ahmad no. 9993, dan lainnya). 

2. Bacakanlah Surat Yasin kepada orang yang meninggal diantara kalian 

عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِقْرَءُوْا يس عَلَى مَوْتَاكُمْ

Dari Ma'qil bin Yasar ia berkata, Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Bacakanlah Surat Yasin kepada orang yang meninggal diantara kalian (H.R. Abu Daub no. 3123, Ibnu Majah no. 1515, Ahmad no. 20837, Ibnu Hibban no. 3002 Hakim no. 2028, Baihaqi no. 6839 dan lainnya). 

3. Larangan Mengapur Kuburan 

عَنْ جَابِرٍ قَالَ نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ

Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam telah melarang mengapur kuburan, duduk di atasnya, dan mendirikan bangunan di atasnya. (H.R. Muslim no. 2289).

4. Perintah Meratakan Kuburan 

عَنْ أَبِى الْهَيَّاجِ اْلأَسَدِىِّ قَالَ قَالَ لِى عَلِىُّ بْنُ أَبِى طَالِبٍ أَلاَّ أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِى عَلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ لاَ تَدَعَ تِمْثَالًا إِلاَّ طَمَسْتَهُ وَلاَ قَبْرًا مُشْرِفًا إِلاَّ سَوَّيْتَهُ

Dari Abi Hayyaj Al-Asadi, ia berkata : Sayyida Ali berkata (berpesan) kepada saya : Ingat, aku mengutus kamu sebagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam mengutus aku, yaitu kamu tidak boleh membiarkan patung, melainkan kamu harus menghancurkannya, dan tidak boleh membiarkan kuburan yang tinggi, melainkan kamu harus meratakannya.  (H.R. Muslim no. 2287).

5. Anjuran berziarah kubur 

عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَزُوْرُوْهَا

Dari Ibnu Buraidah dari ayahnya ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Dulu aku melarang kamu berziarah kubur, akan tetapi sekarang berziarahlah kubur. (H.R. Muslim no. 2305).

6. Ajarilah orang yang akan meninggal dengan La ilaha illallah 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِّنُوْا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ

Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Ajarilah olehmu kepada orang yang akan meninggal diantara kalian La ilaha illallah (Tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah). (H.R. Muslim no. 2164, Ibnu Majah no. 1511 dan lainnya). 

7. Bila menghadapi orang mati, hendaklah kamu tutupkan matanya 

عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَضَرْتُمْ مَوْتَاكُمْ فَأَغْمِضُوا الْبَصَرَ فَإِنَّ الْبَصَرَ يَتْبَعُ الرُّوْحَ وَقُوْلُوْا خَيْرًا فَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تُؤَمِّنُ عَلَى مَا قَالَ أَهْلُ الْبَيْتِ

Dari Syaddad bin Aus ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Apabila kamu menghadapi orang mati, hendaklah kamu tutupkan matanya, karena sesungguhnya mata itu mengikutkan roh. Dan hendahlah kamu mengucapkan yang baik (mendoakan), karena sesungguhnya para malaikat mengamini apa yang diucapkan oleh ahlinya. (H.R. Ibnu Majah no. 1522, Ahmad no. 17600).

8. Boleh mencium orang yang telah meninggal 

عَنْ عَائِشَةَ قَبَّلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عُثْمَانَ بْنَ مَظْعُوْنٍ وَهُوَ مَيِّتٌ حَتَّى رَأَيْتُ الدُّمُوْعَ تَسِيْلُ عَلَى وَجْهِهِ

Dari Aisyah : Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam telah mencium Usman bin Ma'zun ketika ia telah meninggal, sehingga aku lihat air mata mengalir di muka beliau. (H.R. Ahmad no. 24894, Abu Daud no. 3165 dan lainnya). 

9. Membawa jenazah dipanggul pada empat sisinya keranda 

قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنُ مَسْعُوْدٍ مَنِ اتَّبَعَ جِنَازَةً فَلْيَحْمِلْ بِجِوَانِبِ السَّرِيْرِ كُلِّهَا فَإِنَّهُ مِنَ السُّنَّةِ ثُمَّ إِنْ شَاءَ فَلْيَتَطَوَّعْ وَإِنْ شَاءَ فَلْيَدَعْ

Abdullah bin Mas'ud berkata : Barang siapa mengiring jenazah, maka hendaklah ia panggul pada setiap sisinya (empat penjuru keranda) karena hal itu termasuk sunnah. Kemudian jika  mau memanggulnya hendaklah ia lakukan, dan jika tidak ia boleh meninggalkannya (H.R. Ibnu Majah no. 1545, Baihaqi no. 7082).

10. Mengiringi jenazah dianjurankan berjalan di depannya 

عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ يَمْشُوْنَ أَمَامَ الْجَنَازَةِ

Dari Salim dari ayahnya, ia berkata : Aku melihat Nabi, Abu Bakar dan Umar berjalan di depan jenazah. (H.R. Abu Daud no. 3181, Ahmad no. 4637 dan lainnya). 

11. Anjuran berdiri bila melihat jenazah 

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ مَرَّ بِنَا جَنَازَةٌ فَقَامَ لَهَا النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقُمْنَا بِهِ. فَقُلْنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّهَا جَنَازَةُ يَهُودِىٍّ . قَالَ إِذَا رَأَيْتُمُ الْجَنَازَةَ فَقُوْمُوْا

Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhu ia berkata : Di hadapan kami telah lewat jenazah, lalu Nabi  Shallallahu alaihi Wasallam berdiri, kamipun berdiri pula, lantas kami katakan kepada beliau bahwa jenazah itu jenazah seorang Yahudi. Beliau bersabda : Apabila kamu melihat jenazah, hendaklah kamu berdiri.  (H.R. Bukhari no. 1311).

12. Meninggal karena Sakit Lepra adalah syahid 

حَدَّثَتْنِى حَفْصَةُ بِنْتُ سِيْرِيْنَ قَالَتْ قَالَ لِى أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ يَحْيَى بِمَا مَاتَ قُلْتُ مِنَ الطَّاعُونِ. قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الطَّاعُوْنُ شَهَادَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ

Telah menceritakan kepadaku Hafshah binti Sirin dia berkata, Anas bin Malik ra bertanya kepadaku : Sebab apakah Yahya meninggal dunia? Jawabku : Karena menderita lepra. Anas berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : (mati) karena menderita lepra adalah syahid bagi setiap Muslim. (H.R. Bukhari no. 5732).

13. Anak yang Mati Akan Menjadi Hijab (Pembatas) dari Api Neraka 

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النِّسَاءَ قُلْنَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اجْعَلْ لَنَا يَوْمًا فَوَعَظَهُنَّ وَقَالَ أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَ لَهَا ثَلَاثَةٌ مِنْ الْوَلَدِ كَانُوا حِجَابًا مِنَ النَّارِ قَالَتِ امْرَأَةٌ وَاثْنَانِ قَالَ وَاثْنَانِ

Dari Abu Sa'id radhiyallahu anhu bahwa para wanita pernah berkata, kepada Nabi Shallallahu alaihi Wasallam : Sediakanlah satu hari untuk kami. Maka kemudian beliau memberikan pelajaran untuk mereka dan bersabda : Siapa saja dari wanita yang ditinggal mati oleh tiga orang anaknya melainkan mereka akan menjadi hijab (pembatas) dari api neraka. Seorang wanita berkata : Bagaimana kalau ditinggal mati oleh dua orang anak? Beliau menjawab : Dan juga oleh dua orang. (H.R. Bukhari no. 1249).

14. Istri Boleh Berkabung Bila Ditinggal Mati Suaminya 

عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ أَبِي سَلَمَةَ قَالَتْ لَمَّا جَاءَ نَعْيُ أَبِي سُفْيَانَ مِنَ الشَّأْمِ دَعَتْ أُمُّ حَبِيْبَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا بِصُفْرَةٍ فِي الْيَوْمِ الثَّالِثِ فَمَسَحَتْ عَارِضَيْهَا وَذِرَاعَيْهَا وَقَالَتْ إِنِّي كُنْتُ عَنْ هَذَا لَغَنِيَّةً لَوْلَا أَنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ لَا يَحِلُّ لِامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ أَنْ تُحِدَّ عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ ثَلَاثٍ إِلَّا عَلَى زَوْجٍ فَإِنَّهَا تُحِدُّ عَلَيْهِ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا

Dari Zainab binti Abu Salamah berkata: Ketika kabar kematian Abu Sufyan sampai dari negeri Syam, Ummu Habibah radhiyallahu anha meminta wewangian pada hari ketiga lalu memakainya untuk bagian sisi badannya dan lengannya dan berkata : Sungguh bagiku ini sudah cukup seandainya aku tidak mendengar Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Tidak halal bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk berkabung melebihi tiga hari kecuali bila ditinggal mati suaminya yang saat itu dia boleh berkabung sampai empat bulan sepuluh hari. (H.R. Bukhari no. 1280).

15. Hadits keutamaan mengurus jenazah 

أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلَّى عَلَيْهَا فَلَهُ قِيْرَاطٌ وَمَنْ شَهِدَهَا حَتَّى تُدْفَنَ فَلَهُ قِيرَاطَانِ. قِيْلَ وَمَا الْقِيْرَاطَانِ قَالَ مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيْمَيْنِ

Bahwasanya Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Barang siapa yang mengurus jenazah sehingga ia melakukan shalat atas jenazah itu, maka ia akan mendapatkan pahala satu qirat, dan barang siapa yang mengurus jenazah hingga dikuburkan, ia mendapat pahala dua qirat. Ditanyakan : Berapakan dua qirat itu? Beliau menjawab : Menyamai dua gunung yang besar. (H.R. Muslim no. 2242).

16. Tidak wajib mandi, jika telah memandikan jenazah 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ عَلَيْكُمْ فِى مَيِّتِكُمْ غُسْلٌ إِذَا غَسَّلْتُمُوْهُ وَإِنَّ مَيِّتَكُمْ لَيْسَ بِنَجَسٍ فَحَسْبُكُمْ أَنْ تَغْسِلُوَا أَيْدِيَكُمْ

Dari Ibnu Abbas ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Tidak wajib atas kamu mandi, jika telah memandikan jenazah. Sesungguhnya jenazah kamu bukanlah najis, maka cukuplah bagikamu mencuci tanganmu. (H.R. Hakim no. 1377, Daruquthni no. 1861 dan lainnya). 

17. Wanita yang meninggal dan suaminya ridha, maka ia masuk surga 

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ

Dari Ummi Salamah ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Wanita mana saja yang meninggal dan suaminya ridha dengannya, maka ia masuk surga (H.R. Tirmidzi no. 1194, Ibnu Majah no. 1927).

Semoga bermanfaat...


ONE DAY ONE HADITS 

Ahad, 28 Juli 2024 M / 21 Muharram 1446 H. 

Manusia Pasti Akan Mati

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا مُرَبَّعًا وَخَطَّ خَطًّا فِي الْوَسَطِ خَارِجًا مِنْهُ وَخَطَّ خُطَطًا صِغَارًا إِلَى هَذَا الَّذِي فِي الْوَسَطِ مِنْ جَانِبِهِ الَّذِي فِي الْوَسَطِ وَقَالَ هَذَا الْإِنْسَانُ وَهَذَا أَجَلُهُ مُحِيطٌ بِهِ أَوْ قَدْ أَحَاطَ بِهِ وَهَذَا الَّذِي هُوَ خَارِجٌ أَمَلُهُ وَهَذِهِ الْخُطَطُ الصِّغَارُ الْأَعْرَاضُ فَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا وَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا

"Dari Abdullah, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis segi empat, dan Beliau membuat garis di tengahnya keluar darinya. Beliau membuat garis-garis kecil kepada garis yang ada di tengah ini dari sampingnya yang berada di tengah. Beliau bersabda,”Ini manusia, dan ini ajal yang mengelilinginya, atau telah mengelilinginya. Yang keluar ini adalah angan-angannya. Dan garis-garis kecil ini adalah musibah-musibah. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya.” [HR Bukhari, no. 5.938].

Beberapa Pelajaran yang terdapat dalam Hadits :

1- Janganlah seseorang selalu menunda dalam berbuat amal sholeh karena kesibukan duniawinya. Karena, selama manusia masih hidup, ia tidak akan lepas dari kesibukan. Orang yang berakal akan mengutamakan urusan akhirat yang pasti datang, dan mengalahkan urusan dunia yang pasti ditinggalkan. 

2- Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلآ أَوْلاَدُكُمْ عَن ذِكْرِ اللهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْ لآ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ وَلَن يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَآءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya, Rabbku. Mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang sholeh”. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan." [QS.Al Munafiqun: 9-11].

3- Oleh karena itu, seseorang hendaklah memanfaatkan hidupnya dengan sebaik-baiknya, mengisinya dengan amal sholeh sebelum datang kematian. Imam Bukhari meriwayatkan:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma, dia berkata: Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang pundakku, lalu bersabda,”Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah seorang yang asing, atau seorang musafir.” Dan Ibnu Umar mengatakan: “Jika engkau masuk waktu Subuh, maka janganlah engkau menanti sore. Jika engkau masuk waktu sore, maka janganlah engkau menanti Subuh. Ambillah dari kesehatanmu untuk sakitmu. Dan ambillah dari hidupmu untuk matimu.” [HR Bukhari, no. 5.937].

4- Hendaklah setiap orang waspada terhadap angan-angan panjang umur, sehingga menangguhkan amal sholeh. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَكْبَرُ ابْنُ آدَمَ وَيَكْبَرُ مَعَهُ اثْنَانِ حُبُّ الْمَالِ وَطُولُ الْعُمُرِ

Anak Adam semakin tua, dan dua perkara semakin besar juga bersamanya: cinta harta dan panjang umur. [HR Bukhari, no. 5.942, dari Anas bin Malik].

5- Sesungguhnya, masa 60 tahun bagi seseorang sudah merupakan waktu yang panjang hidup di dunia ini, cukup bagi seseorang merenungkan tujuan hidup, sehingga tidak ada udzur bagi orang yang telah mencapai umur tersebut.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَعْذَرَ اللَّهُ إِلَى امْرِئٍ أَخَّرَ أَجَلَهُ حَتَّى بَلَّغَهُ سِتِّينَ سَنَةً

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda: “Allah meniadakan alasan seseorang yang Dia telah menunda ajalnya sehingga mencapai 60 tahun. [HR Bukhari, no. 5.940].

6- Hamid Al Qaishari, menyatakan sebagai berikut: “Kita semua telah meyakini kematian, tetapi kita tidak melihat orang yang bersiap-siap menghadapinya! Kita semua telah meyakini adanya surga, tetapi kita tidak melihat orang yang beramal untuknya! Kita semua telah meyakini adanya neraka, tetapi kita tidak melihat orang yang takut terhadapnya! Maka terhadap apa kamu bergembira? Kemungkinan apakah yang kamu nantikan? Kematian! Itulah perkara pertama kali yang akan datang kepadamu dengan membawa kebaikan atau keburukan. Wahai, saudara-saudaraku! Berjalanlah menghadap Penguasamu (Allah) dengan perjalanan yang bagus”. 

7- Betapa penting mempersiapkan diri menghadapi kematian, yang merupakan masalah besar yang dihadapi setiap insan. Imam Ibnu Majah meriwayatkan:

عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جِنَازَةٍ فَجَلَسَ عَلَى شَفِيرِ الْقَبْرِ فَبَكَى حَتَّى بَلَّ الثَّرَى ثُمَّ قَالَ يَا إِخْوَانِي لِمِثْلِ هَذَا فَأَعِدُّوا

Dari Al Bara’, dia berkata: Kami bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu jenazah, lalu Beliau duduk di tepi kubur, kemudian Beliau menangis sehingga tanah menjadi basah, lalu Beliau bersabda: “Wahai, saudara-saudaraku! Maka persiapkanlah untuk yang seperti ini,!” [HR Ibnu Majah, no. 4.190].

8- Demikian sedikit tentang dzikrul maut, semoga bermanfaat. Terakhir kami katakan: Wahai, saudara-saudaraku! Persiapkanlah dirimu menghadapi kematian!”

Tema Hadits yang Berkaitan dengan Al-Qur'an:

Allah Azza wa Jalla berfirman : 

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلآ أَوْلاَدُكُمْ عَن ذِكْرِ اللهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْ لآ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ وَلَن يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَآءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya, Rabbku. Mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih”. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan." [QS.Al Munafiqun: 9-11].

Sabtu, 27 Juli 2024

KUMPULAN HADITS YANG BERKAITAN DENGAN KEMATIAN DAN JENAJAH (BAGIAN 2)

Edisi Sabtu, 27 Juli 2024 M / 20 Muharram 1446 H.

Setiap hari, berita duka meninggalnya saudara, kerabat, kolega, dan teman-teman muncul di grup WhatsApp atau lini masa media sosial. Kematian seolah bukan lagi sesuatu yang menimbulkan empati mendalam kepada keluarga almarhum. Sudah tampak seperti antrean yang hanya menunggu giliran saja, siapa yang duluan. Besok entah siapa lagi, lusa akan ada lagi, dan seterusnya.

Mereka yang memiliki orang tua atau kerabat yang berusia di atas 60 tahun atau memiliki penyakit bawaan akan selalu hidup dalam kekhawatiran. “Jangan-jangan orang tua atau kerabat saya giliran selanjutnya.”

Ketika berita kematian menjadi informasi sehari-hari, maka hal ini telah menjadi sebuah kenormalan. Sesuatu yang dulunya luar biasa kini menjadi hal yang sangat biasa. Ada kesedihan, tapi secukupnya saja. Ada ucapan duka cita kepada keluarga, tapi kesannya sudah seperti rutinitas yang hampir-hampir otomatis dilakukan. Sekadar menyalin template yang digunakan di grup-grup WA atau media sosial lainnya.

 Namun, bagi keluarga yang ditinggalkan, kematian tetaplah peristiwa besar yang menimbulkan dampak emosional dan finansial. Banyak yang meninggal karena usia lanjut atau menderita komplikasi penyakit yang sudah bertahun-tahun dideritanya, yang harus terbaring di kamar tidur, bolak-balik ke rumah sakit, atau harus rutin minum obat tertentu untuk tetap bisa bertahan. Bagi kelompok seperti ini, perpisahannya dengan dunia tinggal soal waktu.

Berikut ini adalah beberapa hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam yang berkaitan dengan kematian dan Jenajah :

1. Sembilan Puluh Sembilan Sebab Kematian 

عَنْ مُطَرِّفِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ الشِّخِّيْرِ عَنْ أَبِيْهِ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ ابْنِ آدَمَ وَإِلَى جَنْبِهِ تِسْعٌ وَتِسْعُوْنَ مَنِيَّةً إِنْ أَخْطَأَتْهُ الْمَنَايَا وَقَعَ فِى الْهَرَمِ حَتَّى يَمُوْتَ.

Dari Mutharrif bin Abdullah bin Asy-Syikhkhir dari bapaknya dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam beliau bersabda : Anak keturunan adam diciptakan sementara di sisinya (menghadang) sembilan puluh sembilan Maniyyah (sebab sebab kematian), jika selamat dari Maniyyah itu, maka dia akan terkena pada penyakit pikun sampai meninggal. (H.R. Tirmidzi no. 2303).

2. Terjadi Kebinasaan Jika Mengingkari Takdir 

 عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَكُوْنُ فِى أُمَّتِى خَسْفٌ وَمَسْخٌ وَذَلِكَ فِى الْمُكَذِّبِيْنَ بِالْقَدَرِ

Dari Ibnu Umar dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Akan terjadi pada umatku, yaitu kebinasaan. Dan hal itu akan terjadi pada orang-orang yang mengingkari takdir. (H.R. Tirmidzi no. 2306).

3. Tata Cara Bila Mengikuti Jenazah 

 عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اتَّبَعْتُمْ جَنَازَةً فَلاَ تَجْلِسُوا حَتَّى تُوضَعَ ».

Dari Abu Sa'id ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Jika kalian mengikuti jenazah, maka janganlah kalian duduk hingga jenazah itu diletakkan. (H.R. Muslim no. 2264).

4. Dalil Shalat Ghaib 

 عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى عَلَى أَصْحَمَةَ النَّجَاشِى فَكَبَّرَ عَلَيْهِ أَرْبَعًا

Dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam shalat (ghaib) atas kematian raja An-Najasyi, maka beliau pun bertakbir atasnya sebanyak empat kali takbir. (H.R. Muslim no. 2250).

5. Tiga hal yang mengikuti mayat 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ يَقُوْلُ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ

Dari Anas bin Malik menuturkan, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: Tiga hal yang mengikuti mayat, yang dua akan kembali sedang yang satu terus menyertainya, ia diiringi oleh keluarganya, hartanya dan amalnya. Harta dan keluarganya akan kembali, sedang amalnya akan terus tetap bersamanya. (H.R. Bukhari no. 6514).

6. Hanya Allah Yang Tahu di Bumi Mana Manusia Meninggal 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَفَاتِيْحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ اللهُ، لاَ يَعْلَمُ مَا تَغِيْضُ الْأَرْحَامُ إِلاَّ اللهُ ، وَلاَ يَعْلَمُ مَا فِى غَدٍ إِلاَّ اللهُ ، وَلاَ يَعْلَمُ مَتَى يَأْتِى الْمَطَرُ أَحَدٌ إِلاَّ اللهُ ، وَلاَ تَدْرِى نَفْسٌ بِأَىِّ أَرْضٍ تَمُوْتُ إِلاَّ اللهُ ، وَلاَ يَعْلَمُ مَتَى تَقُوْمُ السَّاعَةُ إِلاَّ اللهُ

Dari Ibn Umar radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam beliau bersabda : Kunci keghaiban ada lima; tidak mengetahuinya selain Allah, tidak ada yang mengetahui kandungan yang mengempes (gugur, berkurang) selain Allah, tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi esok hari selain Allah, tidak ada yang mengetahui kapan hujan datang selain Allah, dan tidak ada siapapun manusia yang tahu di bumi mana berada akan meninggal selain Allah, dan tidak ada yang mengetahui kapan kiamat terjadi selain Allah. (H.R. Bukhari no.7379). 

7. Wanita boleh berziarah kubur 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِيْ مَلِيْكَةَ  أَنَّ عَائِشَةَ أَقْبَلَتْ ذَاتَ يَوْمٍ مِنَ الْمَقَابِرِ فَقُلْتُ لَهَا: يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ، مِنْ أَيْنَ أَقْبَلْتِ؟ قَالَتْ: مِنْ قَبْرِ أَخِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ، فَقُلْتُ لَهَا: أَلَيْسَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ،كَانَ قَدْ نَهَى، ثُمَّ أُمِرَ بِزِيَارَتِهَا. (اَلْمُسْتَدْرَكْ عَلَى الصَّحِيْحَيْنِ لِلْحَكِمِ وَاْلبَيْهَقِيُّ )

Dari Abdullah bin Malikah, bahwasanya suatu hari aku bertemu dengan Aisyah pulang dari pemakaman, kemudian aku bertanya; Wahai Ummul Mu'minin, anda dari mana?, beiau menjawab; "Dari kuburan saudaraku, Abdurrahman bin Abu Bakar, aku bertanya lagi padanya; Bukankah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam telah melarang ziarah kubur? beliau menjawab; Benar, beliau memang dulu melarangnya kemudian beliau memerintahkannya. (Mustadrak 'alash shahihaini lil hakim  no.1341 dan Baihaqi no. 7458).

8. Wanita diperkenankan ziarah kubur bila dapat bersabar 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ مَرَّ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِامْرَأَةٍ تَبْكِى عِنْدَ قَبْرٍ فَقَالَ  اتَّقِى اللهَ وَاصْبِرِى. قَالَتْ إِلَيْكَ عَنِّى ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَبْ بِمُصِيْبَتِى ، وَلَمْ تَعْرِفْهُ . فَقِيلَ لَهَا إِنَّهُ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَأَتَتْ بَابَ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ تَجِدْ عِنْدَهُ بَوَّابِينَ فَقَالَتْ لَمْ أَعْرِفْكَ . فَقَالَ  إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, dia berkata : Nabi Shallallahu alaihi Wasallam pernah berjalan melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi makam. Maka Beliau berkata,: Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah. Wanita itu berkata,: Kamu tidak mengerti keadaan saya, karena kamu tidak mengalami mushibah seperti yang aku alami. Wanita itu tidak mengetahui jika yang menasehati itu Nabi Shallallahu alaihi Wasallam Lalu diberi tahu padanya : Sesungguhnya orang tadi adalah Nabi Shallallahu alaihi Wasallam Spontan wanita tersebut mendatangi rumah Nabi Shallallahu alaihi Wasallam namun dia tidak menemukannya. Setelah bertemu dia berkata; Maaf, tadi aku tidak mengetahui anda. Maka Beliau bersabda: Sesungguhnya sabar itu pada kesempatan/pukulan pertama (saat datang mushibah). (H.R. Bukhari no. 1283).

9. Nabi pernah menolak menshalati jenazah yang punya hutang 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُؤْتَى بِالرَّجُلِ الْمَيِّتِ عَلَيْهِ الدَّيْنُ فَيَسْأَلُ هَلْ تَرَكَ لِدَيْنِهِ مِنْ قَضَاءٍ. فَإِنْ حُدِّثَ أَنَّهُ تَرَكَ وَفَاءً صَلَّى عَلَيْهِ وَإِلاَّ قَالَ صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ. فَلَمَّا فَتَحَ اللهُ عَلَيْهِ الْفُتُوحَ قَالَ أَنَا أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِيْنَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ فَمَنْ تُوُفِّىَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ فَعَلَىَّ قَضَاؤُهُ وَمَنْ تَرَكَ مَالاً فَهُوَ لِوَرَثَتِهِ.

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam didatangkan seorang laki-laki yang meninggal yang hutangnya belum dibayar. Lalu beliau bertanya : Apakah ia meninggalkan seorang yang bisa melunasi hutangnya? Jika ada yang bisa menanggung dan melunasinya, maka beliau menshalati jenazahnya, dan jika tidak ada, beliau bersanda : Shalatilah jenazah teman kalian. Ketika Allah telah membuka berbagai kemenangan (dalam banyak perang) bagi Rasulullah, beliau bersabda : Aku lebih dekat dengan orang-orang beriman dari pada diri mereka sendiri. Maka berang siapa yang meninggal dan mempunyai hutang belum terbayar, maka kuajibankulah yang melunasinya. Dan barang siapa yang meninggalkan harta, maka itu adalah untuk ahli warisnya. (H.R. Muslim no. 4242).

10. Termasuk dosa besar adalah orang mati masih mempunyai hutang 

أَبِى مُوْسَى اَلْأَشْعَرِىَّ يَقُوُلُ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ رَسُوٍلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  أَنَّهُ قَالَ إِنَّ أَعْظَمَ الذُّنُوْبِ عِنْدَ اللهِ أَنْ يَلْقَاهُ بِهَا عَبْدٌ - بَعْدَ الْكَبَائِرِ الَّتِى نَهَى اللهُ عَنْهَا - أَنْ يَمُوْتَ رَجُلٌ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ لاَ يَدَعُ لَهُ قَضَاءً

Abu Musa Al-Asy'ari berkata dari ayahnya, dari Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bahwa beliau bersabda: Sesungguhnya dosa terbesar di sisi Allah yang akan dibawa seorang hamba bertemu dengan-Nya setelah dosa-dosa besar yang telah Allah larang adalah seseorang meninggal dalam keadaan menanggung hutang yang tidak mampu ia lunasi. (H.R. Abu Daud no. 3344).

11. Dosa bagi orang yang mati sahid akan diampuni kecuali hutang 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُغْفَرُ لِلشَّهِيْدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ

Dari Abdullah bin Amr bin Ash bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Seluruh dosa bagi orang yang mati sahid akan diampuni kecuali hutang. (H.R. Muslim no. 4991).

12. Anjuran memohonkan ampun bagi jenazah yang baru dikubur 

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا فَرَغَ مِنْ دَفْنِ الْمَيِّتِ وَقَفَ عَلَيْهِ فَقَالَ اسْتَغْفِرُوْا لِأَخِيْكُمْ وَسَلُوْا لَهُ التَّثْبِيْتَ فَإِنَّهُ اْلآنَ يُسْأَلُ

Dari Utsman radhiyallahu anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam apabila telah selesai mengubur mayit, beliau berdiri di atas kubur dan bersabda : Mohonkanlah ampunan untuk saudaramu dan mintakan ketetapan iman, karena ia sekarang sedang ditanya. (H.R. Abu Daud no. 3223, Baihaqi no. 7315).

13. Anjuran mempercepat mengubur jenazah 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَسْرِعُوْا بِالْجِنَازَةِ، فَإِنْ تَكُ صَالِحَةً فَخَيْرٌ تُقَدِّمُونَهَا إِلَيْهِ، وَإِنْ يَكُ سِوَى ذَلِكَ فَشَرٌّ تَضَعُوْنَهُ عَنْ رِقَابِكُمْ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam, beliau bersabda : Cepatkanlah kamu mengubur jenazah. Sekitranya jenazah itu baik maka kamu memajukan jenazah yang baik pada kebaikan dan sekiranya ia tidak baik, maka kamu meletakkan kejelekan dari lehermu. (H.R. Bukhari no. 1315, Muslim no. 2229 dan lainnya). 

14. Cara mengkafani orang meninggal dalam keadaan berihram 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً وَقَصَهُ بَعِيْرُهُ ، وَنَحْنُ مَعَ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  وَهُوَ مُحْرِمٌ فَقَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِغْسِلُوْهُ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ، وَكَفِّنُوْهُ فِى ثَوْبَيْنِ، وَلاَ تُمِسُّوْهُ طِيْبًا، وَلاَ تُخَمِّرُوْا رَأْسَهُ، فَإِنَّ اللهَ يَبْعَثُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُلَبِّدًا

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, Bahwa ada seorang laki-laki yang sedang berihram dijatuhkan oleh untanya yang saat itu kami sedang bersama Nabi Shallallahu alaihi Wasallam Maka Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Mandikanlah dia dengan air yang dicampur daun bidara dan kafanilah dengan dua helai kain dan janganlah diberi wewangian dan jangan pula diberi tutup kepala (serban) karena dia nanti akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bertalbiyyah.(H.R. Bukhari no. 1267).

15. Mati sahid dalam peperangan tidak usah dimandikan 

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ فِى قَتْلَى أُحُدٍ  لاَ تُغَسِّلُوْهُمْ فَإِنَّ كُلَّ جُرْحٍ أَوْ كُلَّ دَمٍ يَفُوْحُ مِسْكاً يَوْمَ الْقِيَامَةِ. وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْهِمْ

Dari Jabir bin Abdullah dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam beliau bersabda tentang kurban Peperangan Uhud. Janganlah kalian memandikannya, karena setiap luka atau setiap darah akan menyerebak harum pada hari Kiamat. beliau tidak menyolatinya. (H.R. Ahmad no. 14557).

16. Sunnah mandi setelah memandikan mayat 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ مَنْ غَسَّلَ الْمَيِّتَ فَلْيَغْتَسِلْ وَمَنْ حَمَلَهُ فَلْيَتَوَضَّأْ

Dari Abu Hurairah Bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Barang siapa memandikan mayat, hendaklah ia mandi, dan barang siapa membawa mayat, hendaklah ia berwudhu. (H.R. Abu Daud no. 3163, Ahmad no. 10118).

17. Mayat Dalam Kubur Dapat Mendengarkan Sandal Pengantarnya 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ حَدَّثَهُمْ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِى قَبْرِهِ وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ وَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ  

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu bahwasanya menceritakan kepada mereka bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Sesungguhnya seorang hamba apabila telah meninggal dunia ketika diletakkan di dalam kuburnya dan orang-orang yang mengantarkannya telah pergi, sungguh hamba tadi mendengar suara sandal-sandal mereka. (H.R. Bukhari no. 1374, Muslim no. 7397).

Semoga bermanfaat....


ONE DAY ONE HADITS 

Sabtu, 27 Juli 2024 M / 20 Muharram 1446 H. 

Bagaimana Cara Hidupmu Begitu Cara Matimu 

عن جابر رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيهِ)). رواه مسلم. 

Dari Jabir radhiyallahu'anhu, katanya: "Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : "Dibangkitkan setiap hamba itu - dari kuburnya, menurut apa yang ia mati atasnya." (HR. Muslim). 

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits : 

1- Hadits ini menyerukan setiap manusia muslim lagi mu'min agar senantiasa berbuat kebaikan kepada siapapun, mengerjakan apa-apa yang diredhai Allah, menetapi sunnah-sunnahnya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam dalam segala waktu, tempat dan keadaan. Juga menyerukan supaya terus menerus memiliki keikhlasan hati dalam mengamalkan segala hal semata-mata untuk Allah Ta'ala jua, baik dalam ucapan ataupun perbuatan.

2- Kepentingannya ialah agar di saat kita ditemui oleh ajal, maka kematian kita pun menetapi keadaan sebagaimana yang tersebut di atas itu, sehingga pada hari kita diba'ats atau dibangunkan dari kubur nanti, keadaan kita pun sebagaimana halnya apa yang kita tetapi sewaktu kita berada di dunia ini.

3- Semogalah kita memperolehi husnul-khatimah atau penghabisan yang bagus dan terpuji.

4- Bagaimana cara hidup kita begitu cara mati kita.

أَنَّهُ مَنْ عَاشَ عَلَى شَيْءٍ مَاتَ عَلَيْهِ، وَمَنْ مَاتَ عَلَى شَيْءٍ بُعِثَ عَلَيْهِ

“Sesungguhnya barangsiapa menyibukkan diri/hidup bersama sesuatu, ia akan diwafatkan dalam melakukan hal tersebut. Barangsiapa diwafatkan pada sesuatu, ia akan dibangkitkan atasnya”.(Lihat Shohih Tafsir Ibnu Kastir oleh Syaikh Musthofa Al Adawi hafidzahullah hal. 374/I Cetakan Dar Ibni Rojab, Kairo Mesir).

Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran : 

1- Peringatan untuk memperhatikan umur

أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ ۖ ٍ

Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? 

[QS. Fatir : 37].

2- Bagaimana cara hidup seseorang, begitu cara matinya

أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ ۚ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.

[QS. Al-Jathiya : 21].