Edisi Ahad, 28 Juli 2024 M / 21 Muharram 1446 H.
Mengenai kematian tak sedikit mereka yang meninggal masih dalam usia produktif. Mereka menjadi tulang punggung bagi keluarga yang ditinggalkannya. Bagi kelompok ini, kematian tiba-tiba menjadi pukulan berat. Bagi yang ditinggalkannya, kematian adalah sebuah persoalan baru bagaimana melanjutkan kehidupan. Saat masih hidup saja, keluarga yang ditinggalkan masih dalam kondisi pas-pasan, bagaimana bila penopang inti keluarga meninggal dunia, sementara di sisi lain dukungan sosial dari keluarga terdekat dan komunitas menurun karena semuanya menghadapi persoalan yang sama.
Berapa banyak anak-anak yang harus ditinggal orang tuanya saat masih membutuhkan perhatian, masih dalam masa pertumbuhan, dan mesti menjalani proses pendidikan yang panjang. Situasi ini menimbulkan dampak jangka panjang ketika potensi anak-anak tidak berkembang sebagaimana mestinya karena pendidikan yang terbatas, pertumbuhan fisik yang tidak sempurna karena malnutrisi, kemampuan emosional yang rendah, dan lainnya.
Agama dapat menjadi faktor yang menguatkan dalam mengatasi penyakit, yang mengingatkan umat beragama untuk lebih dekat kepada sang pencipta; untuk memahami bahwa tidak ada yang lebih berkuasa selain Dia; untuk tetap berusaha optimis dan mencari solusi bahwa setiap penyakit ada obatnya. Namun, pemaknaan yang tidak tepat terhadap ajaran agama misalnya bisa menghambat penyelesaian pandemi Covid-19.
Sebagai contoh, sebuah meme berbahasa Jawa beredar luas di medsos wis ojo podho kuatir soal Corona, Malaikat Izroil wis dhue daftar ora bakal kliru…. (Tidak perlu khawatir soal Corona, Malaikat Izrail sudah punya daftar [orang yang akan dicabut nyawanya] tidak mungkin keliru). Pandangan seperti ini akhirnya mengabaikan sikap berhati-hati, bahwa kita diwajibkan untuk berusaha mencegah dari paparan penyakit.
Berikut ini adalah beberapa hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam yang berkaitan dengan kematian dan Jenajah :
1. Mayit Mendengar Suara Sandal Orang Yang Mengantarkannya
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمَيِّتَ لَيَسْمَعُ خَفْقَ نِعَالِهِمْ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِيْنَ
Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Bahwa sesungguhnya mayit itu mendengar suara sandal-sandal orang yang mengantarkanya ke kuburan apabila mereka beranjak pergi meninggalkan kuburan. (H.R. Ibnu Hibban no. 3183, Ahmad no. 9993, dan lainnya).
2. Bacakanlah Surat Yasin kepada orang yang meninggal diantara kalian
عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِقْرَءُوْا يس عَلَى مَوْتَاكُمْ
Dari Ma'qil bin Yasar ia berkata, Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Bacakanlah Surat Yasin kepada orang yang meninggal diantara kalian (H.R. Abu Daub no. 3123, Ibnu Majah no. 1515, Ahmad no. 20837, Ibnu Hibban no. 3002 Hakim no. 2028, Baihaqi no. 6839 dan lainnya).
3. Larangan Mengapur Kuburan
عَنْ جَابِرٍ قَالَ نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ
Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam telah melarang mengapur kuburan, duduk di atasnya, dan mendirikan bangunan di atasnya. (H.R. Muslim no. 2289).
4. Perintah Meratakan Kuburan
عَنْ أَبِى الْهَيَّاجِ اْلأَسَدِىِّ قَالَ قَالَ لِى عَلِىُّ بْنُ أَبِى طَالِبٍ أَلاَّ أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِى عَلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ لاَ تَدَعَ تِمْثَالًا إِلاَّ طَمَسْتَهُ وَلاَ قَبْرًا مُشْرِفًا إِلاَّ سَوَّيْتَهُ
Dari Abi Hayyaj Al-Asadi, ia berkata : Sayyida Ali berkata (berpesan) kepada saya : Ingat, aku mengutus kamu sebagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam mengutus aku, yaitu kamu tidak boleh membiarkan patung, melainkan kamu harus menghancurkannya, dan tidak boleh membiarkan kuburan yang tinggi, melainkan kamu harus meratakannya. (H.R. Muslim no. 2287).
5. Anjuran berziarah kubur
عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَزُوْرُوْهَا
Dari Ibnu Buraidah dari ayahnya ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Dulu aku melarang kamu berziarah kubur, akan tetapi sekarang berziarahlah kubur. (H.R. Muslim no. 2305).
6. Ajarilah orang yang akan meninggal dengan La ilaha illallah
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِّنُوْا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Ajarilah olehmu kepada orang yang akan meninggal diantara kalian La ilaha illallah (Tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah). (H.R. Muslim no. 2164, Ibnu Majah no. 1511 dan lainnya).
7. Bila menghadapi orang mati, hendaklah kamu tutupkan matanya
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَضَرْتُمْ مَوْتَاكُمْ فَأَغْمِضُوا الْبَصَرَ فَإِنَّ الْبَصَرَ يَتْبَعُ الرُّوْحَ وَقُوْلُوْا خَيْرًا فَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تُؤَمِّنُ عَلَى مَا قَالَ أَهْلُ الْبَيْتِ
Dari Syaddad bin Aus ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Apabila kamu menghadapi orang mati, hendaklah kamu tutupkan matanya, karena sesungguhnya mata itu mengikutkan roh. Dan hendahlah kamu mengucapkan yang baik (mendoakan), karena sesungguhnya para malaikat mengamini apa yang diucapkan oleh ahlinya. (H.R. Ibnu Majah no. 1522, Ahmad no. 17600).
8. Boleh mencium orang yang telah meninggal
عَنْ عَائِشَةَ قَبَّلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عُثْمَانَ بْنَ مَظْعُوْنٍ وَهُوَ مَيِّتٌ حَتَّى رَأَيْتُ الدُّمُوْعَ تَسِيْلُ عَلَى وَجْهِهِ
Dari Aisyah : Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam telah mencium Usman bin Ma'zun ketika ia telah meninggal, sehingga aku lihat air mata mengalir di muka beliau. (H.R. Ahmad no. 24894, Abu Daud no. 3165 dan lainnya).
9. Membawa jenazah dipanggul pada empat sisinya keranda
قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنُ مَسْعُوْدٍ مَنِ اتَّبَعَ جِنَازَةً فَلْيَحْمِلْ بِجِوَانِبِ السَّرِيْرِ كُلِّهَا فَإِنَّهُ مِنَ السُّنَّةِ ثُمَّ إِنْ شَاءَ فَلْيَتَطَوَّعْ وَإِنْ شَاءَ فَلْيَدَعْ
Abdullah bin Mas'ud berkata : Barang siapa mengiring jenazah, maka hendaklah ia panggul pada setiap sisinya (empat penjuru keranda) karena hal itu termasuk sunnah. Kemudian jika mau memanggulnya hendaklah ia lakukan, dan jika tidak ia boleh meninggalkannya (H.R. Ibnu Majah no. 1545, Baihaqi no. 7082).
10. Mengiringi jenazah dianjurankan berjalan di depannya
عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ يَمْشُوْنَ أَمَامَ الْجَنَازَةِ
Dari Salim dari ayahnya, ia berkata : Aku melihat Nabi, Abu Bakar dan Umar berjalan di depan jenazah. (H.R. Abu Daud no. 3181, Ahmad no. 4637 dan lainnya).
11. Anjuran berdiri bila melihat jenazah
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ مَرَّ بِنَا جَنَازَةٌ فَقَامَ لَهَا النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقُمْنَا بِهِ. فَقُلْنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّهَا جَنَازَةُ يَهُودِىٍّ . قَالَ إِذَا رَأَيْتُمُ الْجَنَازَةَ فَقُوْمُوْا
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhu ia berkata : Di hadapan kami telah lewat jenazah, lalu Nabi Shallallahu alaihi Wasallam berdiri, kamipun berdiri pula, lantas kami katakan kepada beliau bahwa jenazah itu jenazah seorang Yahudi. Beliau bersabda : Apabila kamu melihat jenazah, hendaklah kamu berdiri. (H.R. Bukhari no. 1311).
12. Meninggal karena Sakit Lepra adalah syahid
حَدَّثَتْنِى حَفْصَةُ بِنْتُ سِيْرِيْنَ قَالَتْ قَالَ لِى أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ يَحْيَى بِمَا مَاتَ قُلْتُ مِنَ الطَّاعُونِ. قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الطَّاعُوْنُ شَهَادَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ
Telah menceritakan kepadaku Hafshah binti Sirin dia berkata, Anas bin Malik ra bertanya kepadaku : Sebab apakah Yahya meninggal dunia? Jawabku : Karena menderita lepra. Anas berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : (mati) karena menderita lepra adalah syahid bagi setiap Muslim. (H.R. Bukhari no. 5732).
13. Anak yang Mati Akan Menjadi Hijab (Pembatas) dari Api Neraka
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النِّسَاءَ قُلْنَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اجْعَلْ لَنَا يَوْمًا فَوَعَظَهُنَّ وَقَالَ أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَ لَهَا ثَلَاثَةٌ مِنْ الْوَلَدِ كَانُوا حِجَابًا مِنَ النَّارِ قَالَتِ امْرَأَةٌ وَاثْنَانِ قَالَ وَاثْنَانِ
Dari Abu Sa'id radhiyallahu anhu bahwa para wanita pernah berkata, kepada Nabi Shallallahu alaihi Wasallam : Sediakanlah satu hari untuk kami. Maka kemudian beliau memberikan pelajaran untuk mereka dan bersabda : Siapa saja dari wanita yang ditinggal mati oleh tiga orang anaknya melainkan mereka akan menjadi hijab (pembatas) dari api neraka. Seorang wanita berkata : Bagaimana kalau ditinggal mati oleh dua orang anak? Beliau menjawab : Dan juga oleh dua orang. (H.R. Bukhari no. 1249).
14. Istri Boleh Berkabung Bila Ditinggal Mati Suaminya
عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ أَبِي سَلَمَةَ قَالَتْ لَمَّا جَاءَ نَعْيُ أَبِي سُفْيَانَ مِنَ الشَّأْمِ دَعَتْ أُمُّ حَبِيْبَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا بِصُفْرَةٍ فِي الْيَوْمِ الثَّالِثِ فَمَسَحَتْ عَارِضَيْهَا وَذِرَاعَيْهَا وَقَالَتْ إِنِّي كُنْتُ عَنْ هَذَا لَغَنِيَّةً لَوْلَا أَنِّي سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ لَا يَحِلُّ لِامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ أَنْ تُحِدَّ عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ ثَلَاثٍ إِلَّا عَلَى زَوْجٍ فَإِنَّهَا تُحِدُّ عَلَيْهِ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا
Dari Zainab binti Abu Salamah berkata: Ketika kabar kematian Abu Sufyan sampai dari negeri Syam, Ummu Habibah radhiyallahu anha meminta wewangian pada hari ketiga lalu memakainya untuk bagian sisi badannya dan lengannya dan berkata : Sungguh bagiku ini sudah cukup seandainya aku tidak mendengar Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Tidak halal bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk berkabung melebihi tiga hari kecuali bila ditinggal mati suaminya yang saat itu dia boleh berkabung sampai empat bulan sepuluh hari. (H.R. Bukhari no. 1280).
15. Hadits keutamaan mengurus jenazah
أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلَّى عَلَيْهَا فَلَهُ قِيْرَاطٌ وَمَنْ شَهِدَهَا حَتَّى تُدْفَنَ فَلَهُ قِيرَاطَانِ. قِيْلَ وَمَا الْقِيْرَاطَانِ قَالَ مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيْمَيْنِ
Bahwasanya Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Barang siapa yang mengurus jenazah sehingga ia melakukan shalat atas jenazah itu, maka ia akan mendapatkan pahala satu qirat, dan barang siapa yang mengurus jenazah hingga dikuburkan, ia mendapat pahala dua qirat. Ditanyakan : Berapakan dua qirat itu? Beliau menjawab : Menyamai dua gunung yang besar. (H.R. Muslim no. 2242).
16. Tidak wajib mandi, jika telah memandikan jenazah
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ عَلَيْكُمْ فِى مَيِّتِكُمْ غُسْلٌ إِذَا غَسَّلْتُمُوْهُ وَإِنَّ مَيِّتَكُمْ لَيْسَ بِنَجَسٍ فَحَسْبُكُمْ أَنْ تَغْسِلُوَا أَيْدِيَكُمْ
Dari Ibnu Abbas ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Tidak wajib atas kamu mandi, jika telah memandikan jenazah. Sesungguhnya jenazah kamu bukanlah najis, maka cukuplah bagikamu mencuci tanganmu. (H.R. Hakim no. 1377, Daruquthni no. 1861 dan lainnya).
17. Wanita yang meninggal dan suaminya ridha, maka ia masuk surga
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ
Dari Ummi Salamah ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Wanita mana saja yang meninggal dan suaminya ridha dengannya, maka ia masuk surga (H.R. Tirmidzi no. 1194, Ibnu Majah no. 1927).
Semoga bermanfaat...
ONE DAY ONE HADITS
Ahad, 28 Juli 2024 M / 21 Muharram 1446 H.
Manusia Pasti Akan Mati
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا مُرَبَّعًا وَخَطَّ خَطًّا فِي الْوَسَطِ خَارِجًا مِنْهُ وَخَطَّ خُطَطًا صِغَارًا إِلَى هَذَا الَّذِي فِي الْوَسَطِ مِنْ جَانِبِهِ الَّذِي فِي الْوَسَطِ وَقَالَ هَذَا الْإِنْسَانُ وَهَذَا أَجَلُهُ مُحِيطٌ بِهِ أَوْ قَدْ أَحَاطَ بِهِ وَهَذَا الَّذِي هُوَ خَارِجٌ أَمَلُهُ وَهَذِهِ الْخُطَطُ الصِّغَارُ الْأَعْرَاضُ فَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا وَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا
"Dari Abdullah, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis segi empat, dan Beliau membuat garis di tengahnya keluar darinya. Beliau membuat garis-garis kecil kepada garis yang ada di tengah ini dari sampingnya yang berada di tengah. Beliau bersabda,”Ini manusia, dan ini ajal yang mengelilinginya, atau telah mengelilinginya. Yang keluar ini adalah angan-angannya. Dan garis-garis kecil ini adalah musibah-musibah. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya.” [HR Bukhari, no. 5.938].
Beberapa Pelajaran yang terdapat dalam Hadits :
1- Janganlah seseorang selalu menunda dalam berbuat amal sholeh karena kesibukan duniawinya. Karena, selama manusia masih hidup, ia tidak akan lepas dari kesibukan. Orang yang berakal akan mengutamakan urusan akhirat yang pasti datang, dan mengalahkan urusan dunia yang pasti ditinggalkan.
2- Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلآ أَوْلاَدُكُمْ عَن ذِكْرِ اللهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْ لآ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ وَلَن يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَآءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya, Rabbku. Mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang sholeh”. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan." [QS.Al Munafiqun: 9-11].
3- Oleh karena itu, seseorang hendaklah memanfaatkan hidupnya dengan sebaik-baiknya, mengisinya dengan amal sholeh sebelum datang kematian. Imam Bukhari meriwayatkan:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma, dia berkata: Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang pundakku, lalu bersabda,”Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah seorang yang asing, atau seorang musafir.” Dan Ibnu Umar mengatakan: “Jika engkau masuk waktu Subuh, maka janganlah engkau menanti sore. Jika engkau masuk waktu sore, maka janganlah engkau menanti Subuh. Ambillah dari kesehatanmu untuk sakitmu. Dan ambillah dari hidupmu untuk matimu.” [HR Bukhari, no. 5.937].
4- Hendaklah setiap orang waspada terhadap angan-angan panjang umur, sehingga menangguhkan amal sholeh. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَكْبَرُ ابْنُ آدَمَ وَيَكْبَرُ مَعَهُ اثْنَانِ حُبُّ الْمَالِ وَطُولُ الْعُمُرِ
Anak Adam semakin tua, dan dua perkara semakin besar juga bersamanya: cinta harta dan panjang umur. [HR Bukhari, no. 5.942, dari Anas bin Malik].
5- Sesungguhnya, masa 60 tahun bagi seseorang sudah merupakan waktu yang panjang hidup di dunia ini, cukup bagi seseorang merenungkan tujuan hidup, sehingga tidak ada udzur bagi orang yang telah mencapai umur tersebut.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَعْذَرَ اللَّهُ إِلَى امْرِئٍ أَخَّرَ أَجَلَهُ حَتَّى بَلَّغَهُ سِتِّينَ سَنَةً
Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda: “Allah meniadakan alasan seseorang yang Dia telah menunda ajalnya sehingga mencapai 60 tahun. [HR Bukhari, no. 5.940].
6- Hamid Al Qaishari, menyatakan sebagai berikut: “Kita semua telah meyakini kematian, tetapi kita tidak melihat orang yang bersiap-siap menghadapinya! Kita semua telah meyakini adanya surga, tetapi kita tidak melihat orang yang beramal untuknya! Kita semua telah meyakini adanya neraka, tetapi kita tidak melihat orang yang takut terhadapnya! Maka terhadap apa kamu bergembira? Kemungkinan apakah yang kamu nantikan? Kematian! Itulah perkara pertama kali yang akan datang kepadamu dengan membawa kebaikan atau keburukan. Wahai, saudara-saudaraku! Berjalanlah menghadap Penguasamu (Allah) dengan perjalanan yang bagus”.
7- Betapa penting mempersiapkan diri menghadapi kematian, yang merupakan masalah besar yang dihadapi setiap insan. Imam Ibnu Majah meriwayatkan:
عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جِنَازَةٍ فَجَلَسَ عَلَى شَفِيرِ الْقَبْرِ فَبَكَى حَتَّى بَلَّ الثَّرَى ثُمَّ قَالَ يَا إِخْوَانِي لِمِثْلِ هَذَا فَأَعِدُّوا
Dari Al Bara’, dia berkata: Kami bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu jenazah, lalu Beliau duduk di tepi kubur, kemudian Beliau menangis sehingga tanah menjadi basah, lalu Beliau bersabda: “Wahai, saudara-saudaraku! Maka persiapkanlah untuk yang seperti ini,!” [HR Ibnu Majah, no. 4.190].
8- Demikian sedikit tentang dzikrul maut, semoga bermanfaat. Terakhir kami katakan: Wahai, saudara-saudaraku! Persiapkanlah dirimu menghadapi kematian!”
Tema Hadits yang Berkaitan dengan Al-Qur'an:
Allah Azza wa Jalla berfirman :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلآ أَوْلاَدُكُمْ عَن ذِكْرِ اللهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْ لآ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ وَلَن يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَآءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya, Rabbku. Mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih”. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan." [QS.Al Munafiqun: 9-11].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.