Edisi Sabtu, 27 Juli 2024 M / 20 Muharram 1446 H.
Setiap hari, berita duka meninggalnya saudara, kerabat, kolega, dan teman-teman muncul di grup WhatsApp atau lini masa media sosial. Kematian seolah bukan lagi sesuatu yang menimbulkan empati mendalam kepada keluarga almarhum. Sudah tampak seperti antrean yang hanya menunggu giliran saja, siapa yang duluan. Besok entah siapa lagi, lusa akan ada lagi, dan seterusnya.
Mereka yang memiliki orang tua atau kerabat yang berusia di atas 60 tahun atau memiliki penyakit bawaan akan selalu hidup dalam kekhawatiran. “Jangan-jangan orang tua atau kerabat saya giliran selanjutnya.”
Ketika berita kematian menjadi informasi sehari-hari, maka hal ini telah menjadi sebuah kenormalan. Sesuatu yang dulunya luar biasa kini menjadi hal yang sangat biasa. Ada kesedihan, tapi secukupnya saja. Ada ucapan duka cita kepada keluarga, tapi kesannya sudah seperti rutinitas yang hampir-hampir otomatis dilakukan. Sekadar menyalin template yang digunakan di grup-grup WA atau media sosial lainnya.
Namun, bagi keluarga yang ditinggalkan, kematian tetaplah peristiwa besar yang menimbulkan dampak emosional dan finansial. Banyak yang meninggal karena usia lanjut atau menderita komplikasi penyakit yang sudah bertahun-tahun dideritanya, yang harus terbaring di kamar tidur, bolak-balik ke rumah sakit, atau harus rutin minum obat tertentu untuk tetap bisa bertahan. Bagi kelompok seperti ini, perpisahannya dengan dunia tinggal soal waktu.
Berikut ini adalah beberapa hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam yang berkaitan dengan kematian dan Jenajah :
1. Sembilan Puluh Sembilan Sebab Kematian
عَنْ مُطَرِّفِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ الشِّخِّيْرِ عَنْ أَبِيْهِ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ ابْنِ آدَمَ وَإِلَى جَنْبِهِ تِسْعٌ وَتِسْعُوْنَ مَنِيَّةً إِنْ أَخْطَأَتْهُ الْمَنَايَا وَقَعَ فِى الْهَرَمِ حَتَّى يَمُوْتَ.
Dari Mutharrif bin Abdullah bin Asy-Syikhkhir dari bapaknya dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam beliau bersabda : Anak keturunan adam diciptakan sementara di sisinya (menghadang) sembilan puluh sembilan Maniyyah (sebab sebab kematian), jika selamat dari Maniyyah itu, maka dia akan terkena pada penyakit pikun sampai meninggal. (H.R. Tirmidzi no. 2303).
2. Terjadi Kebinasaan Jika Mengingkari Takdir
عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَكُوْنُ فِى أُمَّتِى خَسْفٌ وَمَسْخٌ وَذَلِكَ فِى الْمُكَذِّبِيْنَ بِالْقَدَرِ
Dari Ibnu Umar dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Akan terjadi pada umatku, yaitu kebinasaan. Dan hal itu akan terjadi pada orang-orang yang mengingkari takdir. (H.R. Tirmidzi no. 2306).
3. Tata Cara Bila Mengikuti Jenazah
عَنْ أَبِى سَعِيْدٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اتَّبَعْتُمْ جَنَازَةً فَلاَ تَجْلِسُوا حَتَّى تُوضَعَ ».
Dari Abu Sa'id ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Jika kalian mengikuti jenazah, maka janganlah kalian duduk hingga jenazah itu diletakkan. (H.R. Muslim no. 2264).
4. Dalil Shalat Ghaib
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى عَلَى أَصْحَمَةَ النَّجَاشِى فَكَبَّرَ عَلَيْهِ أَرْبَعًا
Dari Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam shalat (ghaib) atas kematian raja An-Najasyi, maka beliau pun bertakbir atasnya sebanyak empat kali takbir. (H.R. Muslim no. 2250).
5. Tiga hal yang mengikuti mayat
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ يَقُوْلُ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ
Dari Anas bin Malik menuturkan, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: Tiga hal yang mengikuti mayat, yang dua akan kembali sedang yang satu terus menyertainya, ia diiringi oleh keluarganya, hartanya dan amalnya. Harta dan keluarganya akan kembali, sedang amalnya akan terus tetap bersamanya. (H.R. Bukhari no. 6514).
6. Hanya Allah Yang Tahu di Bumi Mana Manusia Meninggal
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَفَاتِيْحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ اللهُ، لاَ يَعْلَمُ مَا تَغِيْضُ الْأَرْحَامُ إِلاَّ اللهُ ، وَلاَ يَعْلَمُ مَا فِى غَدٍ إِلاَّ اللهُ ، وَلاَ يَعْلَمُ مَتَى يَأْتِى الْمَطَرُ أَحَدٌ إِلاَّ اللهُ ، وَلاَ تَدْرِى نَفْسٌ بِأَىِّ أَرْضٍ تَمُوْتُ إِلاَّ اللهُ ، وَلاَ يَعْلَمُ مَتَى تَقُوْمُ السَّاعَةُ إِلاَّ اللهُ
Dari Ibn Umar radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam beliau bersabda : Kunci keghaiban ada lima; tidak mengetahuinya selain Allah, tidak ada yang mengetahui kandungan yang mengempes (gugur, berkurang) selain Allah, tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi esok hari selain Allah, tidak ada yang mengetahui kapan hujan datang selain Allah, dan tidak ada siapapun manusia yang tahu di bumi mana berada akan meninggal selain Allah, dan tidak ada yang mengetahui kapan kiamat terjadi selain Allah. (H.R. Bukhari no.7379).
7. Wanita boleh berziarah kubur
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِيْ مَلِيْكَةَ أَنَّ عَائِشَةَ أَقْبَلَتْ ذَاتَ يَوْمٍ مِنَ الْمَقَابِرِ فَقُلْتُ لَهَا: يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ، مِنْ أَيْنَ أَقْبَلْتِ؟ قَالَتْ: مِنْ قَبْرِ أَخِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ، فَقُلْتُ لَهَا: أَلَيْسَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ،كَانَ قَدْ نَهَى، ثُمَّ أُمِرَ بِزِيَارَتِهَا. (اَلْمُسْتَدْرَكْ عَلَى الصَّحِيْحَيْنِ لِلْحَكِمِ وَاْلبَيْهَقِيُّ )
Dari Abdullah bin Malikah, bahwasanya suatu hari aku bertemu dengan Aisyah pulang dari pemakaman, kemudian aku bertanya; Wahai Ummul Mu'minin, anda dari mana?, beiau menjawab; "Dari kuburan saudaraku, Abdurrahman bin Abu Bakar, aku bertanya lagi padanya; Bukankah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam telah melarang ziarah kubur? beliau menjawab; Benar, beliau memang dulu melarangnya kemudian beliau memerintahkannya. (Mustadrak 'alash shahihaini lil hakim no.1341 dan Baihaqi no. 7458).
8. Wanita diperkenankan ziarah kubur bila dapat bersabar
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ مَرَّ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِامْرَأَةٍ تَبْكِى عِنْدَ قَبْرٍ فَقَالَ اتَّقِى اللهَ وَاصْبِرِى. قَالَتْ إِلَيْكَ عَنِّى ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَبْ بِمُصِيْبَتِى ، وَلَمْ تَعْرِفْهُ . فَقِيلَ لَهَا إِنَّهُ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَأَتَتْ بَابَ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ تَجِدْ عِنْدَهُ بَوَّابِينَ فَقَالَتْ لَمْ أَعْرِفْكَ . فَقَالَ إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, dia berkata : Nabi Shallallahu alaihi Wasallam pernah berjalan melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi makam. Maka Beliau berkata,: Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah. Wanita itu berkata,: Kamu tidak mengerti keadaan saya, karena kamu tidak mengalami mushibah seperti yang aku alami. Wanita itu tidak mengetahui jika yang menasehati itu Nabi Shallallahu alaihi Wasallam Lalu diberi tahu padanya : Sesungguhnya orang tadi adalah Nabi Shallallahu alaihi Wasallam Spontan wanita tersebut mendatangi rumah Nabi Shallallahu alaihi Wasallam namun dia tidak menemukannya. Setelah bertemu dia berkata; Maaf, tadi aku tidak mengetahui anda. Maka Beliau bersabda: Sesungguhnya sabar itu pada kesempatan/pukulan pertama (saat datang mushibah). (H.R. Bukhari no. 1283).
9. Nabi pernah menolak menshalati jenazah yang punya hutang
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُؤْتَى بِالرَّجُلِ الْمَيِّتِ عَلَيْهِ الدَّيْنُ فَيَسْأَلُ هَلْ تَرَكَ لِدَيْنِهِ مِنْ قَضَاءٍ. فَإِنْ حُدِّثَ أَنَّهُ تَرَكَ وَفَاءً صَلَّى عَلَيْهِ وَإِلاَّ قَالَ صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ. فَلَمَّا فَتَحَ اللهُ عَلَيْهِ الْفُتُوحَ قَالَ أَنَا أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِيْنَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ فَمَنْ تُوُفِّىَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ فَعَلَىَّ قَضَاؤُهُ وَمَنْ تَرَكَ مَالاً فَهُوَ لِوَرَثَتِهِ.
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam didatangkan seorang laki-laki yang meninggal yang hutangnya belum dibayar. Lalu beliau bertanya : Apakah ia meninggalkan seorang yang bisa melunasi hutangnya? Jika ada yang bisa menanggung dan melunasinya, maka beliau menshalati jenazahnya, dan jika tidak ada, beliau bersanda : Shalatilah jenazah teman kalian. Ketika Allah telah membuka berbagai kemenangan (dalam banyak perang) bagi Rasulullah, beliau bersabda : Aku lebih dekat dengan orang-orang beriman dari pada diri mereka sendiri. Maka berang siapa yang meninggal dan mempunyai hutang belum terbayar, maka kuajibankulah yang melunasinya. Dan barang siapa yang meninggalkan harta, maka itu adalah untuk ahli warisnya. (H.R. Muslim no. 4242).
10. Termasuk dosa besar adalah orang mati masih mempunyai hutang
أَبِى مُوْسَى اَلْأَشْعَرِىَّ يَقُوُلُ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ رَسُوٍلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ إِنَّ أَعْظَمَ الذُّنُوْبِ عِنْدَ اللهِ أَنْ يَلْقَاهُ بِهَا عَبْدٌ - بَعْدَ الْكَبَائِرِ الَّتِى نَهَى اللهُ عَنْهَا - أَنْ يَمُوْتَ رَجُلٌ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ لاَ يَدَعُ لَهُ قَضَاءً
Abu Musa Al-Asy'ari berkata dari ayahnya, dari Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bahwa beliau bersabda: Sesungguhnya dosa terbesar di sisi Allah yang akan dibawa seorang hamba bertemu dengan-Nya setelah dosa-dosa besar yang telah Allah larang adalah seseorang meninggal dalam keadaan menanggung hutang yang tidak mampu ia lunasi. (H.R. Abu Daud no. 3344).
11. Dosa bagi orang yang mati sahid akan diampuni kecuali hutang
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُغْفَرُ لِلشَّهِيْدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ
Dari Abdullah bin Amr bin Ash bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Seluruh dosa bagi orang yang mati sahid akan diampuni kecuali hutang. (H.R. Muslim no. 4991).
12. Anjuran memohonkan ampun bagi jenazah yang baru dikubur
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا فَرَغَ مِنْ دَفْنِ الْمَيِّتِ وَقَفَ عَلَيْهِ فَقَالَ اسْتَغْفِرُوْا لِأَخِيْكُمْ وَسَلُوْا لَهُ التَّثْبِيْتَ فَإِنَّهُ اْلآنَ يُسْأَلُ
Dari Utsman radhiyallahu anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam apabila telah selesai mengubur mayit, beliau berdiri di atas kubur dan bersabda : Mohonkanlah ampunan untuk saudaramu dan mintakan ketetapan iman, karena ia sekarang sedang ditanya. (H.R. Abu Daud no. 3223, Baihaqi no. 7315).
13. Anjuran mempercepat mengubur jenazah
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَسْرِعُوْا بِالْجِنَازَةِ، فَإِنْ تَكُ صَالِحَةً فَخَيْرٌ تُقَدِّمُونَهَا إِلَيْهِ، وَإِنْ يَكُ سِوَى ذَلِكَ فَشَرٌّ تَضَعُوْنَهُ عَنْ رِقَابِكُمْ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam, beliau bersabda : Cepatkanlah kamu mengubur jenazah. Sekitranya jenazah itu baik maka kamu memajukan jenazah yang baik pada kebaikan dan sekiranya ia tidak baik, maka kamu meletakkan kejelekan dari lehermu. (H.R. Bukhari no. 1315, Muslim no. 2229 dan lainnya).
14. Cara mengkafani orang meninggal dalam keadaan berihram
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً وَقَصَهُ بَعِيْرُهُ ، وَنَحْنُ مَعَ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُحْرِمٌ فَقَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِغْسِلُوْهُ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ، وَكَفِّنُوْهُ فِى ثَوْبَيْنِ، وَلاَ تُمِسُّوْهُ طِيْبًا، وَلاَ تُخَمِّرُوْا رَأْسَهُ، فَإِنَّ اللهَ يَبْعَثُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُلَبِّدًا
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, Bahwa ada seorang laki-laki yang sedang berihram dijatuhkan oleh untanya yang saat itu kami sedang bersama Nabi Shallallahu alaihi Wasallam Maka Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Mandikanlah dia dengan air yang dicampur daun bidara dan kafanilah dengan dua helai kain dan janganlah diberi wewangian dan jangan pula diberi tutup kepala (serban) karena dia nanti akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bertalbiyyah.(H.R. Bukhari no. 1267).
15. Mati sahid dalam peperangan tidak usah dimandikan
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ فِى قَتْلَى أُحُدٍ لاَ تُغَسِّلُوْهُمْ فَإِنَّ كُلَّ جُرْحٍ أَوْ كُلَّ دَمٍ يَفُوْحُ مِسْكاً يَوْمَ الْقِيَامَةِ. وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْهِمْ
Dari Jabir bin Abdullah dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam beliau bersabda tentang kurban Peperangan Uhud. Janganlah kalian memandikannya, karena setiap luka atau setiap darah akan menyerebak harum pada hari Kiamat. beliau tidak menyolatinya. (H.R. Ahmad no. 14557).
16. Sunnah mandi setelah memandikan mayat
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ غَسَّلَ الْمَيِّتَ فَلْيَغْتَسِلْ وَمَنْ حَمَلَهُ فَلْيَتَوَضَّأْ
Dari Abu Hurairah Bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Barang siapa memandikan mayat, hendaklah ia mandi, dan barang siapa membawa mayat, hendaklah ia berwudhu. (H.R. Abu Daud no. 3163, Ahmad no. 10118).
17. Mayat Dalam Kubur Dapat Mendengarkan Sandal Pengantarnya
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ حَدَّثَهُمْ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِى قَبْرِهِ وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ وَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu bahwasanya menceritakan kepada mereka bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Sesungguhnya seorang hamba apabila telah meninggal dunia ketika diletakkan di dalam kuburnya dan orang-orang yang mengantarkannya telah pergi, sungguh hamba tadi mendengar suara sandal-sandal mereka. (H.R. Bukhari no. 1374, Muslim no. 7397).
Semoga bermanfaat....
ONE DAY ONE HADITS
Sabtu, 27 Juli 2024 M / 20 Muharram 1446 H.
Bagaimana Cara Hidupmu Begitu Cara Matimu
عن جابر رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيهِ)). رواه مسلم.
Dari Jabir radhiyallahu'anhu, katanya: "Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : "Dibangkitkan setiap hamba itu - dari kuburnya, menurut apa yang ia mati atasnya." (HR. Muslim).
Pelajaran yang terdapat di dalam hadits :
1- Hadits ini menyerukan setiap manusia muslim lagi mu'min agar senantiasa berbuat kebaikan kepada siapapun, mengerjakan apa-apa yang diredhai Allah, menetapi sunnah-sunnahnya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam dalam segala waktu, tempat dan keadaan. Juga menyerukan supaya terus menerus memiliki keikhlasan hati dalam mengamalkan segala hal semata-mata untuk Allah Ta'ala jua, baik dalam ucapan ataupun perbuatan.
2- Kepentingannya ialah agar di saat kita ditemui oleh ajal, maka kematian kita pun menetapi keadaan sebagaimana yang tersebut di atas itu, sehingga pada hari kita diba'ats atau dibangunkan dari kubur nanti, keadaan kita pun sebagaimana halnya apa yang kita tetapi sewaktu kita berada di dunia ini.
3- Semogalah kita memperolehi husnul-khatimah atau penghabisan yang bagus dan terpuji.
4- Bagaimana cara hidup kita begitu cara mati kita.
أَنَّهُ مَنْ عَاشَ عَلَى شَيْءٍ مَاتَ عَلَيْهِ، وَمَنْ مَاتَ عَلَى شَيْءٍ بُعِثَ عَلَيْهِ
“Sesungguhnya barangsiapa menyibukkan diri/hidup bersama sesuatu, ia akan diwafatkan dalam melakukan hal tersebut. Barangsiapa diwafatkan pada sesuatu, ia akan dibangkitkan atasnya”.(Lihat Shohih Tafsir Ibnu Kastir oleh Syaikh Musthofa Al Adawi hafidzahullah hal. 374/I Cetakan Dar Ibni Rojab, Kairo Mesir).
Tema hadits yang berkaitan dengan Al-Quran :
1- Peringatan untuk memperhatikan umur
أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ ۖ ٍ
Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?
[QS. Fatir : 37].
2- Bagaimana cara hidup seseorang, begitu cara matinya
أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَوَاءً مَحْيَاهُمْ وَمَمَاتُهُمْ ۚ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.
[QS. Al-Jathiya : 21].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.