Sabtu, 06 Juli 2024

AMALAN DI BULAN MUHARRAM YANG ISTIMEWA

Edisi Sabtu, 6 Juli 2024 M / 29 Dzulhijjah 1445 H

Bulan Muharram bulan pertama di dalam penanggalan kalender Hijriyah yang memiliki pahala berlipat ganda apabila berbuat baik namun juga  dilipatkan ganjaran dosa apabila berbuat yang diharamkan atau dilarang Allah. Bulan Muharram menjadi bulan yang sangat berpengaruh untuk sejarah umat Islam dan penuh akan barokah serta rahmah.

 Dalam bahasa arab, Muharram berarti haram. Maksudnya, pada bulan tersebut, umat islam dilarang melakukan peperangan atau hal-hal yang bersifat dosa. Sebab bulan Muharram merupakan bulan yang suci. Biasanya masyarakat di daerah Jawa menyebut bulan Muharram sebagai bulan suro. Tentunya, tahun baru islam atau bulan Muharram memiliki banyak sekali keutamaan bagi umat muslim. 

Diriwayatkan dari Abu Bakrah radhiallahu ‘anhu, bahwasahnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setahun terdiri dari dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram, tiga berurutan, yaitu: Dzul-Qa’dah, Dzul-Hijjah dan Al-Muharram, serta RajabMudhar yang terletak antara Jumada dan Sya’ban.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Quran, yang artinya:

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu di keempat bulan itu” (QS At-Taubah: 36).

Pada ulasan kali ini, kami akan berikan penjelasan mengenai amalan amalan di bulan Muharram :

1. Perbanyak Amalan Shalih 

Mengingat akan besarnya pahala yang akan diberikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam bulan Muharram melebihi bulan lainnya, hendaknya kita sebagai umat muslim lebih memperbanyak amalan amalan ketaatan pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala di bulan Muharram yakni dengan membaca Al Quran, berdzikir, puasa, shadaqah dan amalan shalih lainnya.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bersabda di dalam tafsir firman Allah ta’ala pada Surat At Taubah ayat 36, “maka janganlah kalian menzhalimi diri kalian…, Allah telah mengkhususkan empat bulan dari kedua belas bulan tersebut. Dan Allah menjadikannya sebagai bulan yang suci, mengagungkan kemuliaan-kemuliaannya, menjadikan dosa yang dilakukan pada bulan tersebut lebih besar (dari bulan-bulan lainnya) serta memberikan pahala (yang lebih besar) dengan amalan-amalan shalih.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir).

2. Jauhi Maksiat 

Bulan Muharram juga menjadi bulan untuk menjauhi kemaksiatan pada Allah, sebab dosa yang diperbuat pada bulan bulan haram, akan lebih besar jika dibandingkan dengan dosa selain bulan haram.

Qotadah rahimahullah berkata, “Sesungguhnya kezaliman pada bulan haram lebih besar kesalahan dan dosanya daripada kezaliman yang dilakukan di luar bulan-bulan haram tersebut. Meskipun kezaliman pada setiap kondisi adalah perkara yang besar, akan tetapi Allah Ta’ala menjadikan sebagian dari perkara menjadi agung sesuai dengan kehendaknya.”

3. Memperbanyak Puasa 

Saat bulan Muharram juga sebaiknya memperbanyak puasa sebab puasa yang dijalankan pada Muharram sama baiknya seperti puasa bulan Ramadhan.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu bulan Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim).

4. Puasa Asyuro 

Hari Asyuro merupakan hari yang selalu dijaga keutamaannya oleh Rasulullah seperti dalam hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma dimana beliau berkata, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam begitu menjaga keutamaan satu hari di atas hari-hari lainnya, melebihi hari ini (yaitu hari ‘Asyuro) dan bulan yang ini (yaitu bulan Ramadhan).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah sudah bersabda jika seseorang yang melaksanakan puasa di sunnah Asyuro yakni di tanggal 10 Muharram akan mendapat pahala penebus dosa selama setahun yang sudah berlalu.

5. Selisihi Orang Yahudi Dengan Puasa Tasu’a 

Satu tahun sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, beliau memiliki tekad untuk tidak berpuasa hari Asyuro yakni tanggal 10 Muharram saja, namun juga menambah puasa pada hari sebelumnya yakni puasa Tasu’a yang jatuh pada tanggal 9 Muharram dengan tujuan untuk menyelisihi puasa orang Yahudi Ahli Kitab.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan jika saat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berpuasa Asyuro dan menganjurkan para sahabat untuk berpuasa, mereka berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani”. Maka beliau bersabda, “Kalau begitu tahun depan Insya Allah kita akan berpuasa juga pada hari kesembilan (Tasu’a, untuk menyelisihi Ahli kitab)”. Ibnu ‘Abbas berkata, “Belum sampai tahun berikutnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat.”

6. Muhasabah dan Intropeksi Diri 

Amalan berikutnya yang harus diperbanyak pada bulan Muharram adalah muhasabah dan juga intropeksi diri seiring dengan bertambahnya usia. Ini semua dilakukan sebagai bekal menuju perjalanan panjang di akhirat yakni dengan memperbanyak amalan amalan shalih.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan setiap diri hendaklah memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)…” (QS. Al Hasyr: 18).

7. Taubat 

Taubat merupakan kembali pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dari perkara yang Allah benci secara lahir dan batin menuju ke perkara yang Allah senangi. Taubat memiliki arti menyesal dengan semua dosa yang sudah diperbuat pada masa lalu dan kemudian meninggalkannya serta bertekad untuk tidak mengulanginya kembali dan taubat ini merupakan tugas yang berlangsung untuk seumur hidup. Sudah menjadi kewajiban bagi seorang muslim yang jatuh dalam dosa dan perbuatan maksiat untuk segera bertaubat khususnya pada bulan Muharram dan tidak menundanya sebab kematian yang menjemput tidak diketahui waktu kedatangannya.

8. Puasa Sunnah Hari Kesembilan 

Selain itu, sangat dianjurkan juga untuk menambah puasa pada hari  kesembilan seperti yang sudah disebutkan dalam hadits riwayat Imam Muslim, “Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya dia berkata, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berpuasa di hari ‘Asyura’ dan memerintahkan (perintah sunnah) manusia untuk berpuasa, para sahabat pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Sesungguhnya hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata, ‘Apabila datang tahun depan Insya Allah kami akan berpuasa pada tanggal 9 (Muharram). Berkata Abdullah bin Abbas “ Belum sempat tahun depan tersebut datang, ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat.” (HR. Muslim : 1134/2666).

9. Puasa Sunnah 11 Muharram 

Sebagian ulama juga menganjurkan untuk melaksanakan puasa tanggal 11 Muharram sesudah puasa Asyura.

“Puasalah hari Asyura’ dan jangan sama dengan model orang Yahudi. Puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya.” (HR. Ahmad, Al Bazzar).

Dalam hadits diatas yang dihasankan Syaikh Ahmad Syakir menguatkan tentang anjuran puasa sunnah 11 Muharram dan juga diperkuat oleh hadits lainnya yang diriwayatkan Al-Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra, “Puasalah sehari sebelumnya dan sehari sesudahnya.”

10. Tidak Berbuat Dzalim 

Pada bulan Muharram juga sangat dianjurkan untuk tidak berbuat dzalim baik dalam perkara kecil atau pun perkara besar. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman, “Maka janganlah menganiaya diri dalam bulan yang empat itu.”(QS. at-Taubah: 36).

Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Takutlah kalian terhadap kedhaliman, karena sesungguhnya kedhaliman itu merupakan kegelapan-kegelapan pada hari kiamat.” (HR. Muslim dan lainnya)

Beliau juga bersabda dalam hadits lainnya, “Tidak ada dari satu dosapun yang lebih pantas untuk dicepatkan siksanya dari pelaku dosa itu baik di dunia maupun di akhirat daripada melewati batas (kedhaliman) dan memutus silaturrahim.” (ash-Shahihah, no. 915).

11. Menyantuni Anak Yatim 

Selain lebih memperbanyak puasa, bulan Muharram juga menjadi bulan yang disarankan untuk menyantuni anak yatim sebab termasuk dalam pahala yang dianjurkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Menyantuni anak yatim adalah salah satu amalan yang memiliki pahala besar di sisi Allah Ta’ala. Selain itu, memberikan bantuan terhadap anak yatim juga mendatangkan banyak keutamaan, diantaranya mendekatkan diri dengan Rasul, membuka pintu surga, mempermudah datangnya rezeki dan bisa melunakkan hati yang keras.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya” (HR. Bukhari).

12. Menjenguk Orang Sakit 

Saat bulan Muharram juga disarankan untuk menjenguk dan menengok satu orang yang sedang sakit sebab pahalanya seperti sudah menengok orang satu dunia. Setelah itu dilanjutkan dengan shalat 4 raka’at dan setiap raka’at sesudah membacakan surat Al Fatihah dilanjutkan dengan membacakan surat Al Ikhlas sebelas kali sehingga akan diampuni dosanya selama 50 tahun yang dilakukan pada waktu dhuha dengan niat sholat sunnah mutlak.

13. Meluaskan Belanja 

Di Bulan Muharram yakni pada hari Asyura juga disarankan untuk meluaskan belanja pada keluarga sehingga Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga akan meluaskan atas belanja selama setahun. Sebagian ulama hadits memang melemahkan hadits tersebut, akan tetapi sebagian ulama lagi mengatakan jika hadits tersebut adalah shahih dan sebagian lagi mengatakan hasan.

Ulama yang menshahihkan diantaranya adalah Zainuddin Al-Iraqi, Ibnu Nashiruddin. As-Suyuthi dan juga Al Hafidz Ibnu Hajar yang mengatakan jika sangat banyak jalur periwayatan hadits tersebut sehingga derajat hadits ini menjadi hasan dan bahkan menjadi shahih.

14. Bersedekah 

Bersedekah juga menjadi amalan di bulan Muharram, dimana seseorang yang melakukan sedekah pada bulan tersebut maka akan seperti bersedekah selama setahun. Kalangan mazhab Malik juga menyarankan banyak bersedekah, namun untuk mazhab lainnya tidak memiliki landasan dalil yang dengan khusus membahas akan hal tersebut dan memiliki derajat hadits yang kuat sehingga mendhaifkan hadits tersebut.

15. Membaca Doa Tanggal 1 Sampai 10 Muharram 

Dianjurkan juga untuk membacakan doa setiap hari yang dimulai pada tanggal 1 Muharram sampai dengan 10 Muharram dan doanya adalah:

“Ya Allah, tahun baru telah datang, aku meminta kebaikannya dan berlindung dari keburukannya, maka jagalah aku dari godaan syetan. Ya Allah ! Engkau telah menjadikan syetan sebagai musuhku yang tahu akan kelemahan-kelemahanku, syetan dapat melihat aku namun aku tidak dapat melihatnya. Maka jadikanlah syetan putus asa untuk menggodaku dan janganlah Engkau jadikan ia penghalang ampunan-MU. Engkau Dzat Yang Maha Kuasa.

16. Membaca Doa Akhir Tahun 

Pembacaan doa akhir tahun hendaknya dilakukan sebanyak tiga kali pada akhir waktu ashar tanggal 29 atau 30 Dzulhijjah dan pembacaan dimulai dengan membacakan surat Yasin sebanyak tiga kali lalu dilanjutkan dengan membacakan doa berikut ini.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اَللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ فِى هَذِهِ السَّنَةِ مِمَّا نَهَيْتَنِى عَنْهُ فَلَمْ اَتُبْ مِنْهُ وَلَمْ تَنْسَهُ وَحَلِمْتَ عَلَىَّ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِى وَدَعَوْتَنِى اِلَى التَّوْبَةِ بَعْدَ جَرَا ئَتِى عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّى اَسْتَغْفِرُكَ فَغْفِرْلِى وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَاهُ وَوَعَدْتَنِى عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَاَسْأَلُكَ اَللَّهُمَّ يَاكَرِيْمُ يَاذَ الْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ اَنْ تَتَقَبَّلَهُ مِنِّى وَلاَ تَقْطَعَ رَجَائِى مِنْكَ يَاكَرِيْمُ وَصَلَى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim, Wa shallallaahu ‘ala sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihii wa sallam. Allaahumma maa ‘amiltu fi haadzihis-sanati mimmaa nahaitani ‘anhu falam atub minhu wa lam tardhahu wa lam tansahu wa halamta ‘alayya ba’da qudratika ‘alaa uquubati wa da’autani ilattaubati minhu ba’da jur’ati alaa ma’siyatika fa inni astaghfiruka fagfirlii wa maa ‘amiltu fiihaa mimma tardhaahu wa wa’adtani ‘alaihits-tsawaaba fas’alukallahumma yaa kariimu yaa dzal-jalaali wal ikram an tataqabbalahuu minni wa laa taqtha’ rajaai minka yaa karim, wa sallallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin Nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa ‘aalihii wa sahbihii wa sallam

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga rahmat dan salam tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad beserta keluarga dan sahabat beliau. Yaa Allah ya Tuhanku, apa yang aku perbuat sepanjang tahun ini berupa perbuatan-perbuatan yang Engau larang aku melakukannya, sedang aku belum bertaubat dari padanya, dan Engkaupun telah menyayangiku setelah Engkaupun kuasa untuk menyiksaku, kemudian Engkau menyeruku untuk bertaubat dari padanya setelah aku bermaksiat kepada-Mu, maka ampunilah aku kerjakan di tahun ini, adalah berupa perbuatan yang Engkau ridhoi dan Engkau janjikan pahala atasnya. Dan aku memohon kepada-Mu wahai Tuhanku, wahai dzat Yang Maha Mulia, Yang memiliki kebesaran dan kemuliaan, agar Engau terima amalku ini, wahai Dzat Yang Maha Mulia. Semoga rahmat dan salam Alloh tetap tercurah kepada junjungan kami Nabi Muhammad beserta keluarga dan sahabat beliau”

17. Membaca Doa Awal Tahun 

Amalan membacakan doa saat memasuki tanggal 1 Muharram bisa dilakukan selepas maghrib atau sesudahnya dan dengan doa ini, kita sebagai Mu’min memohon pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala supaya bisa memasuki tahun baru dengan amal kebajikan dan juga ketaqwaan.

Berikut doanya:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اَللَّهُمَّ اَنْتَ اْلاَ بَدِيُّ الْقَدِيْمُ اْلاَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ وَكَرَمِ جُوْدِكَ الْمُعَوَّلُ وَهَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ اَقْبَلَ اَسْأَلُكَ الْعِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَ

اَوْلِيَائِهِ وَالْعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ اْلاَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ وَاْلاِشْتِغَالِ بِمَا يُقَرِّبُنِى اِلَيْكَ زُلْفَى يَاذَالْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ وَصَلَى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Bismillaahir-rahmaanir-rahiim. Wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa ‘aalihi wa shahbihii wa sallam. Allaahumma antal-abadiyyul-qadiimul-awwalu, wa ‘alaa fadhlikal-’azhimi wujuudikal-mu’awwali, wa haadza ‘aamun jadidun qad aqbala ilaina nas’alukal ‘ishmata fiihi minasy-syaithaani wa auliyaa’ihi wa junuudihi wal’auna ‘alaa haadzihin-nafsil-ammaarati bis-suu’i wal-isytighaala bimaa yuqarribuni ilaika zulfa yaa dzal-jalaali wal-ikram yaa arhamar-raahimin, wa sallallaahu ‘alaa sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aalihi wa shahbihii wa sallam.

Artinya: Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, beserta keluarga dan sahabatnya. Ya Allah Engkaulah Yang Abadi, Dahulu, lagi Awal. Dan hanya kepada anugerah-Mu yang Agung dan Kedermawanan-Mu tempat bergantung. Dan ini tahun baru benar-benar telah datang. Kami memohon kepada-Mu perlindungan dalam tahun ini dari (godaan) setan, kekasih-kekasihnya dan bala tentaranya. Dan kami memohon pertolongan untuk mengalahkan hawa nafsu amarah yang mengajak pada kejahatan,agar kami sibuk melakukan amal yang dapat mendekatkan diri kami kepada-Mu wahai Dzat yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, Nabi yang ummi dan ke atas para keluarga dan sahabatnya.

Demikian beberapa amalan yang bisa di amalkan saat berada di bulan Muharram, semoga setelah membaca informasi ini, kita sekalian mau mengamalkan agar bisa menambahkan pahala di akhirat nanti. Aamiiin

Semoga bermanfaat...


ONE DAY ONE HADITS 

Sabtu, 6 Juli 2024 M / 29 Dzulhijjah 1445 H. 

Keistimewaan Bulan Muharram

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم « أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ ». وَفِي رِوَايَةٍ: ( اَلصَّلاَةُ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ )

"Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah bulan Allah Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” Dalam sebuah riwayat disebutkan: “Yaitu shalat di tengah malam.” (HR. Muslim).

Beberapa Pelajaran yang terdapat dalam Hadits :

1- Hadits di atas menunjukkan keutamaan puasa Muharram, dan keutamaannya menduduki posisi kedua setelah puasa Ramadhan. Demikian juga menunjukkan keutamaan bulan Muharram karena disebut sebagai bulan Allah.

2- Bulan Muharram disebut sebagai bulan Allah sebagai bentuk penghormatan terhadap bulan ini, karena Allah tidaklah menyandarkan sesuatu kepada-Nya kecuali karena keistimewaannya, seperti Baitullah (rumah Allah), Rasulullah (utusan Allah) dan sebagainya.

3- Telah terjadi kesepakatan di zaman khalifah Umar bin Khathtab bahwa bulan Muharram sebagai bulan pertama tahun Hijriah. Bulan Muharram adalah salah satu di antara empat bulan haram (yang dihormati). Empat bulan haram tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu…” (QS. At Taubah : 36).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ .” رواه البخاري

“Setahun ada dua belas bulan, di antaranya ada empat bulan haram; tiga berurutan yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram, sedangkan Rajab Mudhar antara Jumada (Tsaniyah) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari).

Bulan ini dinamakan “Muharram” yang artinya “diharamkan” untuk memperkuat keharamannya melakukan dosa di bulan tersebut. Ibnu Abbas mengatakan dalam menafsirkan ayat “maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan-bulan) itu”: “(Yakni) di seluruh bulan itu, kemudian Allah mengkhususkan di antara bulan-bulan itu yaitu empat bulan, dijadikan-Nya bulan yang empat itu haram serta dimuliakan-Nya kehormatan bulan-bulan itu. Dia pun menjadikan dosa di bulan haram itu lebih besar dosanya (dibanding bulan lainnya), dan beramal sholeh di bulan-bulan itu lebih besar pahalanya.”

4- Bulan Muharram, Bulan Hijriah bagi umat Islam. Allah Ta’ala menjadikan bulan sebagai tanda-tanda waktu bagi manusia, sebagaimana firman-Nya:

"Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah, “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji.” (QS. Al Baqarah: 189).

Tanda awal dan akhir bulan-bulan tersebut dapat diketahui dengan mudah oleh manusia. Namun sayang, kebanyakan kaum muslimin meninggalkan kalender Hijriah ini dan menggunakan kalender Masehi. Hal ini merupakan tanda kelemahan, kemunduran dan mengekornya kepada non muslim, akibatnya kaum muslimin menjadi jauh dari kalender mereka yang dapat mengingatkan mereka dengan syi’ar agama dan ibadah mereka. Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim ketika memilih kalender, tetap mencari kalender yang di sana menyebutkan bulan-bulan Hijriah agar mereka dapat mengingat syi’ar agamanya. Misalnya mengingatkannya dengan Bulan Ramadhan, bulan Syawwal, bulan hajji, 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, puasa ayaamul biidh (tengah bulan; 13, 14 dan 15 setiap bulan), bulan Muharram dengan puasa Tasu’a dan ‘Asyuranya, dsb.

5- Cara Pelaksanaan Puasa Muharram.

Para ulama menjelaskan bahwa hadits yang disebutkan di atas merupakan dorongan untuk memperbanyak puasa di bulan Muharram, namun tidak secara penuh setiap harinya. Hal ini berdasarkan perkataan Aisyah radhiyallahu ‘anha: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat puasa yang paling banyak dilakukan Beliau selain di bulan Sya’ban.” (HR. Muslim).

Puasa ‘Asyura (10 Muharram) dalam sejarah Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa kaum Quraisy berpuasa pada hari ‘Asyura di masa jahiliyyah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkannya sampai puasa Ramadhan diwajibkan. Setelah itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 مَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْهُ ، وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ

“Barangsiapa yang hendak berpuasa (Asyura), maka silahkan berpuasa dan barangsiapa yang hendak berbuka, maka silahkan berbuka.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Berdasarkan hadist ini, hari ‘Asyura adalah hari yang sudah masyhur di zaman jahiliyyah, mereka biasa berpuasa di hari itu dan menjadikannya hari untuk menutup Ka’bah sebagaimana dikatakan Aisyah radhiyallahu ‘anha dalam riwayat Bukhari. Al Qurthubiy berkata: “Mungkin yang mereka jadikan sandaran melakukan puasa di hari itu adalah syariat Ibrahim dan Isma’il, mereka biasa menyandarkan sesuatu kepada keduanya sebagaimana mereka menyandarkan masalah hajji dan lainnya kepada keduanya…” (al-Mufhim, 3:190)

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan sbb:

قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى ، قَالَ فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ . 

“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, Beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura, maka Beliau bertanya, “Ada apa hari ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah hari yang baik, inilah hari di mana Allah menyelamatkan Bani Isra’il dari musuh mereka, maka Musa berpuasa di hari ini”, Beliau bersabda, “Aku lebih berhak dengan Musa daripada kalian.“, Beliau kemudian berpuasa di hari itu dan menyuruh para sahabatnya berpuasa.” (HR. Bukhari).

6- Keutamaan Puasa ‘Asyura

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang puasa ‘Asyura, Beliau menjawab :

يُكَفِّرُ السَّنَةَ اْلمَاِضَيةِ

“Menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim).

7- Disyariatkan pula Puasa Tasu’a (9 Muharram) untuk menyelisihi orang-orang Yahudi yang berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja, kita disyariatkan untuk berpuasa pada tanggal sembilan Muharram. Ibnu Abbas berkata, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada tanggal sepuluh dan menyuruh para sahabatnya berpuasa. Para sahabat berkata, “Sesungguhnya hari ini adalah hari yang dimuliakan oleh orang-orang Yahudi”, maka Beliau bersabda:

فَــإِذَا كـَـانَ اْلعَامُ اْلمُقْبِلُ ـ إِنْ شَاءَ اللهُ ـ صُمْنَا الْـيَـوْمَ الـتَّـاسِــعَ

“Kalau begitu, jika tiba tahun depan –Insya Allah- kita akan berpuasa pada tanggal sembilannya (yakni dengan tanggal sepuluhnya).” (HR. Muslim)

Namun belum tiba tahun berikutnya, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah wafat.

Jadi jika kita tidak sempat tanggal sembilannya, maka bisa tanggal sepuluh dengan sebelasnya untuk menyelisihi orang-orang Yahudi.

Tema Hadits yang Berkaitan dengan Al-Qur'an :

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِ‍‍نْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِ‍‍ي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِ‍‍نَّ أَنْفُ‍‍سَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَ‍‍مَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (QS. At-Taubah : 36).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.