Edisi Selasa, 16 Juli 2024 M / 9 Muharram 1446 H.
Puasa atau yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah shaum merupakan salah satu ibadah yang dijalankan umat Islam di seluruh dunia. Ibadah yang dilakukan dengan menahan diri dari makan dan minum mulai terbit fajar sampai terbenam matahari ini tidak hanya dilakukan di bulan Ramadhan. Selain puasa Ramadhan, ada beragam jenis puasa sunnah yang juga utama untuk dilakukan dalam Islam.
Meskipun hukumnya dianjurkan untuk dilakukan di waktu-waktu tertentu, puasa sunnah tidak boleh dilakukan berturut-turut tanpa berbuka sama sekali (dilakukan setiap hari). Jika puasa Ramadhan hukumnya wajib dan merupakan ibadah inti, maka puasa sunnah adalah ibadah pelengkap. Sama dengan shalat wajib yang dilengkapi shalat sunnah, puasa sunnah juga tidak wajib dilakukan namun memiliki banyak keutamaan bagi yang melaksanakannya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah mengajarkan sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Apalagi jika ajaran itu berbentuk ibadah. Lebih dari sekadar mendapatkan pahala, semua ibadah memiliki hikmah dan manfaat bagi yang menjalankannya. Hal ini disampaikan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kebaikan yang setimpal. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya, karena seseorang itu telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sesungguhnya aroma mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada harum minyak kasturi.”
Seperti yang telah disebutkan dalam Al Quran, Rasulullah adalah sebaik-baiknya suri tauladan. Segala kebaikan yang dilakukan oleh beliau adalah contoh yang patut kita tiru, termasuk kebiasaannya melakukan puasa sunnah. Saat ibadah sunnah dilakukan secara konsisten, ini akan menjadikan kita pengikut Rasulullah yang beruntung.
Perlu diingat bahwa Allah lebih menyukai ibadah yang sedikit namun dilakukan terus-menerus daripada yang banyak tapi hanya dilaksanakan sekali saja.
Berikut ini adalah macam-macam Puasa wajib dan Puasa sunnah serta waktu yang dilarang untuk berpuasa :
Jenis-jenis Puasa Wajib
Puasa berhukumnya wajib terbagi menjadi enam jenis, simak penjelasannya berikut ini.
1. Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan merupakan jenis puasa paling umum karena merupakan puasa wajib selama sebulan penuh pada bulan Ramadhan bagi setiap umat Islam yang sudah baligh. Kewajiban melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-baqarah ayat 183.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
2. Puasa Qodho Ramadhan
Yakni puasa yang wajib dilaksanakan untuk mengganti puasa Ramadhan yang ditinggalkannya dikarenakan udzur, sakit, atau berpergian sebanyak hari yang ditinggalkannya.
"(yaitu) dalam lebih dari satu hari yang tertentu. Maka barangsiapa satu diantara anda ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) : memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu terkecuali anda mengetahui." (QS. AL-Baqoroh : 184).
3. Puasa Nazar
Jenis ketiga dari puasa wajib adalah puasa nazar yaitu puasa karena sebuah janji. Nazar sendiri secara bahasa berarti janji, sehingga puasa yang dinazarkan memiliki hukum wajib.
Maka aturan dan jumlah waktu puasa disesuaikan dengan janji awal saat bernadzar.
4. Puasa Denda atau Kifarat karena pembunuhan dan melanggar sumpah
Yakni puasa yang dilakukan untuk menggantikan dam atau denda atas pelanggaran berhukum wajib contohnya tidak melaksanakan puasa. Puasa ini bertujuan untuk menghapus dosa yang telah dilakukan.
a. pembunuhan
"Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), terkecuali dikarenakan tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin dikarenakan tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman dan juga membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), terkecuali terkecuali mereka (keluarga terbunuh) bersedekah.
Jika ia (si terbunuh) berasal dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) pada mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) dan juga memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat berasal dari pada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui kembali Maha Bijaksana. " (QS. An-Nisa' : 92).
b. Puasa Kifarat Karena melanggar sumpah
"Allah tidak menghukum anda disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum anda disebabkan sumpah-sumpah yang anda sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yakni berasal dari makanan yang biasa anda memberikan kepada keluargamu, atau memberi baju kepada mereka atau memerdekakan seorang budak.
Barang siapa tidak dapat melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikianlah itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu misalnya anda bersumpah (dan anda langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar anda bersyukur (kepada-Nya)." (QS. Al-Maidah : 89).
5. Puasa Haji dan Umrah
Puasa ini wajib, apabila saat menjalankan haji dan umrah dimana diwajibkan berpuasa tapi tidak dijalankan. Tapi bisa juga digantikan dengan penyembelihan hewan untuk membayar fidyah atau denda.
6. Puasa al-Istisqa
Atau bernama lain Puasa shalat meminta hujan, biasanya shalat ini dilakukan atas dasar perintah dari pemerintah, karena masyarakat yang mengalami kekeringan. Puasa ini sebagai pelengkap dari shalat meminta hujan itu sendiri.
Jenis-Jenis Puasa Sunnah
Ada banyak sekali jenis puasa sunnah yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Masing-masing puasa ini memiliki keutamaannya masing-masing. Puasa sunnah itu antara lain :
7. Puasa Senin Kamis
Ibadah puasa sunnah yang paling umum dan paling sering kita dengar adalah puasa Senin Kamis. Puasa yang dilaksanakan setiap hari Senin dan hari Kamis ini merupakan ibadah puasa sunnah yang dicontohkan langsung oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Ada beberapa hadits yang menyebutkan tentang puasa Senin Kamis.
Dari Abu Qotadah Al Anshori Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab, “Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.”(HR. Imam Muslim No. 1162).
Keutamaan puasa di hari Senin dan Kamis juga disebutkan dalam hadits lain yakni:
“Pintu surga dibuka pada hari Senin dan kamis. Setiap hamba yang tidak berbuat syirik pada Allah sedikit pun akan diampuni (pada hari tersebut) kecuali seseorang yang sedang bermusuhan atau memiliki masalah dengan saudaranya. Kelak akan dikatakan pada mereka, ‘Akhirkan urusan mereka sampai mereka berdua berdamai.” (HR. Imam Muslim No. 2565).
Ada dua keutamaan yang bisa kita dapatkan dengan melakukan puasa Senin Kamis. Yang pertama adalah mendapatkan pahala karena beramal di waktu yang diutamakan (hari Senin dan Kamis merupakan hari di mana catatan amal kita dilaporkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala) dan yang kedua adalah kesempatan bagi tubuh untuk beristirahat setiap minggunya.
8. Puasa Daud
Puasa Daud dikatakan sebagai puasa sunnah yang paling berat. Ibadah ini dicontohkan oleh Nabi Daud Alaihis salam dan juga dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alahi wasallam. Caranya yakni dengan melakukan selang-seling dalam berpuasa (sehari berpuasa dan sehari tidak). Puasa Daud juga merupakan ibadah puasa sunnah yang paling disukai Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Hal ini sesuai dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
“Sebaik-baik shalat di sisi Allah adalah shalatnya Nabi Daud ‘alaihis salam. Dan sebaik-baik puasa di sisi Allah adalah puasa Daud. Nabi Daud dulu tidur di pertengahan malam dan beliau shalat di sepertiga malamnya kemudian tidur lagi di seperenamnya. Sedangkan puasa Daud adalah puasa sehari dan tidak berpuasa di hari berikutnya.”
Karena puasa Daud dilakukan hampir setiap hari, Rasulullah tidak menganjurkan kita untuk menambah puasa sunnah lainnya (jika sudah melakukan puasa Daud).
9. Puasa Syawal
Seperti namanya, puasa sunnah ini adalah puasa yang dilakukan di bulan Syawal (setelah bulan Ramadhan). Puasa Syawal dilakukan sebanyak 6 hari, boleh berturut-turut dan boleh tidak. Salah satu keutamaan puasa Syawal disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka pahala yang dia dapatkan seperti orang yang berpuasa setahun penuh.”
Keutamaan lainnya disebutkan dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
“Dari Tsauban, bekas budak Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda, “Barangsiapa berpuasa enam hari di bulan Syawal setelah Idul Fitri, maka ia telah menyempurnakan puasa setahun penuh. Karena siapa saja yang melakukan kebaikan, maka akan dibalas sepuluh kebaikan yang sama besarnya.”
10. Puasa Ayyamul Bidh
Ibadah sunnah lain yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam adalah puasa yang dikerjakan sebanyak 3 hari di bulan Hijriyah (kalender Islam). Puasa yang dikenal dengan nama Ayyamul Bidh ini dilakukan setiap tanggal 13, 14 dan 15. Karena dilaksanakan saat bulan bersinar penuh, puasa ini juga disebut dengan puasa hari putih.
Adapun hadits yang menjadi referensi dalam pelaksanaan puasa Ayyamul Bidh adalah:
Dari Ibnu Milhan Al Qoisiy, dari ayahnya, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa memerintahkan pada kami untuk berpuasa pada ayyamul bidh yaitu 13, 14 dan 15 (dari bulan Hijriyah).” Dan beliau bersabda, “Puasa ayyamul bidh itu seperti puasa setahun.” (HR. Abu Daud no. 2449 dan An Nasai no. 2434).
11. Puasa Dzulhijjah
Puasa Dzulhijjah merupakan ibadah puasa sunnah yang dilakukan sebanyak 10 hari di bulan Dzulhijjah. Puasa ini dilakukan sebanyak 9 hari pertama di bulan Dzulhijjah. Di hari kesepuluh yang bertepatan dengan pelaksanaan hari raya qurban, kita hanya diminta untuk berpuasa hingga selesai melaksanaan salat hari raya. Setelahnya, kita tidak diperbolehkan melanjutkan puasa karena hukumnya menjadi haram.
Keutamaan puasa Dzulhijjah bisa kita temukan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi yang berbunyi, “Tidak ada hari-hari yang lebih disukai Allah untuk dipakai beribadah lebih dari sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Berpuasa pada siang harinya sama dengan berpuasa selama satu tahun dan shalat pada malam harinya sama nilainya dengan mengerjakan shalat pada malam lailatul qadar.”
12. Puasa Tarwiyah
Puasa Tarwiyah adalah puasa yang dilaksanakan pada hari tarwiyah yakni tanggal 8 Dzulhijjah.
Istilah tarwiyah sendiri berasal dari kata tarawwa yang berarti membawa bekal air. Hal tersebut karena pada hari itu, para jamaah haji membawa banyak bekal air zam-zam untuk persiapan arafah dan menuju Mina.
13. Puasa Arafah
Puasa Arafah berhubungan langsung dengan puasa Dzulhijjah karena dilaksanakan pada hari kesembilan di bulan Dzulhijjah atau menjelang hari raya Idul Adha. Dinamakan puasa Arafah karena di hari tersebut umat Islam yang berhaji sedang melaksanakan ibadah wukuf di Arafah. Puasa Arafah memiliki satu keistimewaan yang sangat besar yakni dihapuskan dosanya setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.
Ini sejalan dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah Al Anshari Radhiyallahu 'anhu, “Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassalam ditanya tentang berpuasa di hari Arafah. Maka, Rasulullah bersabda, ‘Puasa ini dapat menebus dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang’.” (HR Imam Muslim).
14. Puasa Asyura
Puasa Asyura adalah puasa sunnah yang dilaksanakan setiap tanggal 10 di bulan Muharram. Keutamaan puasa Asyura disebutkan dalam sebuah hadits.
“Keutamaan puasa Asyura adalah dihapuskan dosa-dosa kecil pada tahun sebelumnya.” (HR. Imam Muslim).
15. Puasa Muharram (Tasu'a)
Puasa sunnah Tasu'a yang dikerjakan setiap pada tanggal 9 Muharam. Puasa ini dilakukan untuk mengiringi puasa yang dilakukan pada keesokan harinya yaitu di tanggal 10 Muharram, atau biasa disebut puasa Asyura.
Puasa Muharram pada dasarnya merupakan sebutan untuk semua ibadah puasa sunnah yang dilakukan pada bulan Muharram. Di zaman dulu, orang-orang Yahudi dan Nasrani juga melakukan puasa setiap tanggal 10 Muharram. Agar tidak sama dengan ibadah mereka, Rasulullah lantas menganjurkan umat Islam untuk mengiringi puasa Asyura dengan puasa tambahan sehari sebelum atau sesudahnya. Ini merupakan bagian dari puasa Muharram.
Keistimewaan berpuasa di bulan Muharram disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang berbunyi, “Puasa Muharram adalah puasa yang paling utama setelah puasa di bulan Ramadhan.”
16. Puasa Sya’ban (Nifsu Sya'ban)
Bulan Sya’ban adalah bulan yang istimewa karena setelahnya umat Islam menyambut datangnya Ramadhan. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah tidak banyak berpuasa di bulan-bulan lain kecuali bulan Sya’ban.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh An Nasa’i disebutkan, “Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, tuhan semesta alam. Karenanya, aku suka berpuasa saat amalanku dinaikkan ke hadapan-Nya.”
Tidak ada tanggal khusus yang dianjurkan untuk melakukan puasa Sya’ban. Kita boleh melakukannya tanggal berapa saja dan dengan jumlah hari yang kita sanggupi. Puasa di bulan Sya’ban juga disebut sebagai ibadah latihan sebelum kita memasuki bulan Ramadhan saat umat Islam diwajibkan berpuasa sebulan penuh.
17. Puasa di Bulan-bulan Haram
Yang dimaksud dengan bulan-bulan haram adalah bulan yang dihormati. Di bulan-bulan tersebut kita dianjurkan untuk melakukan ibadah sebanyak-banyaknya, termasuk berpuasa. Adapun yang termasuk kategori bulan haram adalah Dzulqa’idah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.
Waktu yang dimakruhkan dan diharamkan untuk melakukan puasa sunnah
Meskipun ada puasa-puasa sunnah tertentu yang boleh dilakukan kapan saja, ternyata ada waktu di mana puasa tidak dianjurkan bahkan dilarang.
Waktu yang tidak dianjurkan untuk berpuasa (Makruh) antara lain :
a. Berpuasa Arafah bagi yang melaksanakan ibadah Haji. Puasa Arafah dianjurkan untuk orang-orang yang sedang tidak berhaji.
b.Hanya berpuasa di hari Jumat saja (kecuali jika hari Jumat bertepatan dengan jatuhnya hari saat kita berpuasa Daud)
c. Ketika hanya berpuasa di hari Sabtu saja. Hanya melakukan puasa di hari Sabtu ternyata hukumnya makruh karena hari Sabtu adalah hari yang dianggap suci oleh orang-orang Yahudi
d. Berpuasa di akhir bulan Sya’ban (kecuali harinya bertepatan dengan pelaksanaan puasa Daud atau puasa Senin Kamis.
Puasa yang Dilarang atau diharamkan:
e. Berpuasa di dua hari besar, Idul Fitri dan Idul Adha. Khusus untuk Idul Adha, kita dianjurkan untuk tidak makan dan minum sampai kembali dari shalat hari raya
f. Berpuasa di pertengahan bulan Dzulhijjah atau hari Tasyrik (tanggal 11, 12 dan 13). Puasa yang dianjurkan di bulan Dzulhijjah jatuh pada 10 hari pertama saja
g. Wanita yang sedang menstruasi atau nifas (setelah melahirkan)
h. Berpuasanya seorang wanita tanpa izin suami
i. Seseorang yang sakit sehingga membahayakan keselamatan dirinya.
j. Puasa setiap hari atau sepanjang tahun dan selamanya.
k. Puasa hari syak (meragukan) misalnya belum terlihatnya hilal.
l. Mendahului ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari sebelumnya.
Berpuasa sunnah merupakan salah satu cara kita mendekatkan diri kepada Allah di luar ibadah-ibadah wajib yang diperintahkan. Ini karena Allah menyukai orang-orang yang melakukan kebaikan selain yang telah diwajibkan-Nya. Karena saat berpuasa kita dianjurkan untuk menghindari hal-hal yang dilarang, ini akan menjadi sarana latihan bagi kita untuk semakin mendekat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Ibadah puasa sunnah saja tidak akan terasa lengkap jika kita tidak berbagi kepada sesama. Sesuai dengan salah satu hikmahnya, puasa akan menuntun kita untuk menjadi pribadi yang lebih peka terhadap orang lain, terutama mereka yang kurang beruntung. Waktu pelaksanaan puasa sunnah adalah waktu yang tepat untuk berbagi dan menyempurnakan ibadah kita semua.
Semoga bermanfaat...
ONE DAY ONE HADITS
Selasa, 16 Juli 2024 M / 9 Muharram 1446 H.
Pahala Puasa Tanpa Batas
عن أبي هريرة رضي اللَّه عنه قال، رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallalm bersabda:
"Semua amal Bani Adam akan dilipat gandakan kebaikan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Azza Wa Jallah berfirman, ‘Kecuali puasa, maka ia untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya." [HR. Muslim].
Pelajaran yang terdapat di dalam hadits :
1- Bahwa amalan-amalan telah terlihat kadar pahalanya untuk manusia. Bahwa ia akan dilipatgandakan dari sepuluh sampai tujuh ratus kali sampai sekehendak Allah kecuali puasa. Maka Allah sendiri yang akan memberi pahala tanpa batasan.
2- Makna ungkapan ‘Puasa untuk-Ku, maksudnya adalah bahwa dia termasuk ibadah yang paling Aku cintai dan paling mulia di sisi-Ku. Ibnu Abdul Bar berkata, "Cukuplah ungkapan ‘Puasa untuk-Ku’ menunjukkan keutamaannya dibandingkan ibadah-ibadah lainnya.
3- Sesungguhnya Allah khususkan puasa untuk diri-Nya dari amalan-amalan lainnya, hal itu karena keutamaannya di sisi-Nya, cintanya padanya dan tampak keikhlasan padanya untuk-Nya Subhanahu. Karena puasa merupakan rahasia seorang hamba dengan Tuhannya, tidak ada yang melihatnya kecuali Allah. Karena orang yang berpuasa, di tempat yang sepi mungkin baginya mengkonsumsi apa yang diharamkan oleh Allah, (akan tetapi) dia tidak mengkonsumsikannya. Karena dia mengetahui punya Tuhan yang melihat di tempat yang sunyi. Dan Dia telah mengharamkan hal itu.
4- Keistimewaan ini akan terlihat nanti di hari kiamat sebagaimana yang dikatakan oleh Sofyan bin Uyainah rahimahullah, "Ketika hari kiamat, Allah akan menghisab hamba-Nya. Dan mengembalikan tanggungan dari kezalimannya dari seluruh amalnya. Sampai ketika tidak tersisa kecuali puasa, maka Allah yang akan menanggung sisa kezaliman dan dia dimasukkan surga karena puasanya."
5- Allah berfirman dalam puasa "Dan Aku yang akan membalasnya." Maka balasannya disandarkan kepada diri-Nya yang Mulia. Karena amalan-amalan saleh akan dilipatgandakan pahalanya dengan bilangan. Satu kebaikan dilipat gandakan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali sampai berlipat-lipat. Sementara puasa, maka Allah sandarkan pahalanya kepada diri-Nya tanpa ada kadar bilangan.
Tema hadits yang berkaitan dengan Al qur'an :
Yakni Aku akan memberikan pahala yang banyak tanpa menentukan kadarnya.
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas (QS. Az-Zumar: 10).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.