Senin, 27 Desember 2021

17 NASIHAT LUQMAN AL HAKIM KEPADA ANAKNYA (BAGIAN 3)

Edisi Senin, 27 Desember 2021 M / 22 Jumadil Awwal 1443 H.

Lukmanul hakim mengajarkan kepada anaknya untuk berprasangka baik kepada Tuhan (husnudhan), bahwa berbisnis dengan Tuhan tidak mungkin gagal. Karena sebenarnya Tuhan telah memberikan banyak modal kepada kita, dari mulai kehidupan yang tidak pernah diminta, hingga pengetahuan bahwa setiap yang bernyawa pasti mati. Ini menunjukkan pentingnya arti kehidupan dan pentingnya berbuat sesuatu dalam hidup dan memaknainya. Jadi, gagal dan tidaknya tergantung prasangka kita kepada Tuhan sebagaimana firmanNya (hadits qudsi): “Anâ ‘inda dhanni ‘abdî bî—Aku sesuai persangkaan hamba-Ku kepada-Ku.” 

Di nasihat yang lain, Sayyidina Luqman menginginkan anaknya untuk menjadi orang yang bertakwa. Menariknya, nasihat tersebut disertai dengan peringatan, bahwa kebaikan sangat dekat dengan riya dan ujub. Maka, Sayyidina Luqman meminta anaknya untuk menyembunyikan ketakwaannya kepada Allah agar tidak sampai dimuliakan dan dipuji. Sebab, hati manusia itu sangat rapuh, mudah tertarik dan benci atas sesuatu, dan mudah terhanyut dan terbuai akan sesuatu. Sebagai permulaan, cara teraman menghindari pujian adalah menyembunyikan amal baik dari orang lain. Karena itu, sangat penting bagi kita untuk menasihati diri kita sendiri sebelum menasihati orang lain. 

Untuk menjadi penasihat dan orangtua yang baik seperti Sayyidina Luqman, kita harus memantaskan diri terlebih dahulu dengan belajar. Karena dengan pengetahuan, kita bisa memilih kata yang paling baik untuk menasihati. Jika Sayyidina Luqman saja, yang tidak tumbuh di lingkungan terbaik bisa menjadi orang saleh dan bijak. Tidak ada alasan bagi kita, yang tidak pernah menjadi budak, tidak bisa melakukannya. Berikut ini beberapa nasehat Lukmanul hakim kepada anaknya :

1. “Wahai anakku! Orang yang merasa dirinya hina dan rendah diri dalam beribadat dan taat kepada Allah Subhanahu WaTa'ala, maka dia tawadduk kepada Allah Subhanahu WaTa'ala, dia akan lebih dekat kepada Allah Subhanahu WaTa'ala dan selalu berusaha menghindarkan maksiat kepada Allah Subhanahu WaTa'ala.”

2. “Wahai anakku! Seorang pendusta akan lekas hilang air mukanya kerana tidak dipercayai orang dan seorang yang telah rosak akhlaknya akan sentiasa banyak mengelamunkan hal-hal yang tidak benar.”

3. “Wahai anakku! Andainya ada sebutir biji sawi terpendam di dalam batu, pasti ketahuan jua oleh Tuhanmu Yang Maha Melihat, Allah Amat Mengetahui segala sesuatu, zahir mahupun batin atau apa yang engkau sembunyikan di dalam dadamu.”

4. “Wahai anakku! Ketahuilah, memindahkan batu besar dari tempatnya semula itu lebih mudah daripada memberi pengertian kepada orang yang tidak mahu mengerti.”

5. “Wahai anakku! Engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu besar dan besi yang amat berat, tetapi akan lebih lagi daripada semua itu adalah bilamana engkau mempunyai jiran yang jahat.”

6. “Wahai anakku! Aku pernah memindahkan batu-bata dan memikul besi, tetapi aku tidak pernah melihat sesuatu yang lebih berat daripada hutang.”

7. “Wahai anakku! Jauhkan dirimu dari berhutang, kerana sesungguhnya berhutang itu boleh menjadikan dirimu hina di waktu siang dan gelisah di waktu malam.”

8. “Wahai anakku! Apakah tidak engkau perhatikan, apa yang Allah bentangkan bagimu apa-apa yang ada di langit dan di bumi daripada kebaikan yang amat banyak?”

9. “Wahai anakku! Apa yang engkau menikmati di kehidupan ini lantaran kurniaan-Nya yang penuh keamanan, keimanan dan kebaikan yang melimpah ruah, di taman dunia yang subur mekar dengan bunga-bungaan serta tumbuhan yang berseri-seri.”

10. “Wahai anakku! Ambillah harta dunia sekadar keperluanmu sahaja dan nafkahkanlah yang selebihnya untuk bekalan akhiratmu.”

11. “Wahai anakku! Janganlah engkau condong kepada urusan dunia dan hatimu selalu disusahkan oleh dunia saja kerana engkau diciptakan Allah Subhanahu WaTa'ala bukanlah untuk dunia sahaja. Sesungguhnya tiada makhluk yang lebih hina daripada orang yang terpedaya dengan dunianya.”

12. “Wahai anakku! Jangan engkau buang dunia ini ke bakul sampah kerana nanti engkau akan menjadi pengemis yang membuat beban orang lain. Sebaliknya janganlah engkau peluk dunia ini serta meneguk habis airnya kerana sesungguhnya yang engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka.”

13.  “Wahai anakku! Tidak ada kebaikan bagimu untuk mempelajari apa yang belum kamu tahu sedangkan kamu belum beramal dengan apa yang kamu tahu.”

14. “Wahai anakku! Ingatlah dua perkara iaitu Allah Subhanahu WaTa'ala dan mati, lupakan dua perkara lain iaitu kebaikanmu terhadap hak dirimu dan kebaikanmu terhadap orang lain.”

15. “Wahai anakku! Kehinaan dalam melakukan ketaatan kepada Allah Subhanahu WaTa'ala lebih mendekatkan diri daripada mulia dengan maksiat (perkara menyebabkan dosa) kepada-Nya. Janganlah anakku undurkan melakukan taubat, sebab kematian datangnya tiba-tiba, sedang malaikat maut tidak memberitahukannya terlebih dulu.”

16. “Wahai anakku! Sesungguhnya lama bersendirian itu dapat memahami untuk berfikir dan lama berfikir itu adalah petunjuk jalan ke syurga.”

17. “Wahai anakku! Makanlah makananmu bersama sama dengan orang orang yang takwa dan musyawarahlah urusanmu dengan para alim ulamak dengan cara meminta nasihat dari mereka.”

Begitulah 17 nasihat yang diberikan oleh Luqman Al Hakim kepada putera kesayangannya. 

Semoga bermanfaat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.