Senin, 06 Desember 2021

17 KATA MUTIARA SYEH ABDUL QODIR AL JAILANI MENYEJUKKAN HATI (BAGIAN 3)

Edisi Senin, 6 Desember 2021 M / 1 Jumadil Awwal 1443 H.

Nama lengkapnya adalah Sayyid Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qadir ibn Abi Shalih Musa Zangi Dausat al-Jailani. Syekh Abdul Qadir dilahirkan di Desa Nif atau Naif, termasuk pada distrik Jailan (disebut juga dengan Jilan, Kailan, Kilan, atau al-Jil), Kurdistan Selatan, terletak 150 kilometer sebelah timur laut Kota Baghdad, di selatan Laut Kaspia, Iran. Wilayah ini dahulunya masuk ke bagian wilayah Thabarishtan, sekarang sudah memisahkan diri, dan masuk menjadi suatu provinsi dari Republik Islam Iran. 

Beliau dilahirkan pada waktu fajar, Senin, 1 Ramadhan 470 H, bertepatan dengan tahun 1077 M dan wafat di Baghdad pada Sabtu, 11 Rabiuts-Tsani 561 H/1166 M. Kebanyakan biografi (dikenal sebagai manakib) tokoh sufi terpopuler ini penuh dengan fiksi, tanpa mendasarkan pada fakta-fakta sejarah. Padahal, ulama ini merupakan tokoh sejarah yang cukup besar dalam wacana pemikiran Islam, terutama sejarah tasawuf. Sehingga, para ulama banyak mengungkapkan bahwa Syekh Abdul Qadir merupakan mujtahid abad ke-14.

Menurut Walter Braune dalam bukunya Die 'Futuh al-Ghaib' des Abdul Qodir (Berlin & Leipzig, 1933), ia adalah wali yang paling terkenal di dunia Islam. Sedangkan, penulis Muslim Jerman, Mehmed Ali Aini (Un Grand Saint del Islam: Abd al-Kadir Guilani, Paris, 1967), menyebut al-Jailani sebagai orang suci terbesar di dunia Islam.

Berikut ini beberapa kata-kata mutiara Syeh Abdul Qadir Jailani :

1. “Kepada mereka yang fasik, takutlah kepada orang yang beriman. Jangan bergaul dengan dengan dia, selagi kamu masih bergelumang dengan kemaksiatan yang keji. Sebab, orang2 mukmin, dengan cahaya Illahi, mengetahui apa yang ada dalam dirimu. Mereka mengetahui syirik dan munafikmu dengan melihat tindakan dan gejolak yang ada di balik dirimu. Mereka melihat cela dan aibmu. Barangsiapa tidak mengetahui tempat keberuntungan, lalu dia jelas tidak akan beruntung. Jika demikian, bererti berubah akalmu, dan teman-temanmu pun berubah akal pula.

Sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi Wasallam yang bermaksud,

“Takutlah kamu dengan firasat seorang mikmin. Sebab ia memandang sesuatu dengan cahaya Illahi.”

2. “Para kekasih Allah (auliya) terhadap makhluk adalah buta, tuli dan bisu. Jika hati mereka telah dekat kepada Allah Azza Wajalla, maka mereka tidak mendengar dan melihat selain-Nya. Mereka berada pada kedudukan antara Al-Jalal dan Al-Jamal, tidak berpaling ke kanan ataupun kiri. Bagi mereka tidak ada belakang, yang ada hanyalah depan. Manusia, jin, malaikat dan makhluk yang lain melayani mereka.

Demikian pula hukum dan ilmu. Kurnia (fadhal) merupakan santapan dan penyegarnya. Mereka makan dari fadhal-Nya dan minum susu-Nya. Mereka minum, mereka merasa bising terhadap suara-suara manusia, tetapi mereka tinggal bersama-samanya (makhluk). Mereka menyuruh makhluk melaksanakan perintah Allah Subhanahu WaTa'ala, mencegah makhluk dari mengerjakan larangan-larangan-Nya, sebagai penerus ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi Wasallam. Merekalah pewaris yang sebenarnya.

Para kekasih Allah itu tidak pernah bertindak dan bersikap demi diri dan nafsunya sendiri. Mereka mencintai sesuatu kerana Allah Azza Wajalla dan membenci sesuatu juga keranaNya. Semuanya demi Dia, tidak ada bahagian yang diberikan kepada selainNya.

Firman Allah Subhanahu WaTa'ala,

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah para ulama”. (Q.S. Fathir :28).”

3. Terimalah nasib dengan zuhud, tidak dengan kebencian. Orang yang makan sambil menangis tidak sama dengan orang yang makan sambil ketawa, dalam menerima segala ketentuanNya. Sentiasalah hatimu dengan Allah Azza Wajalla. Berserah dirilah atas keburukan nasib. Kamu makan sesuatu yang diberikan oleh tabib dan sesuai dengan ubatnya adalah lebih baik daripada makan sesuatu yang kamu sendiri tidak mengetahui asal usulnya. Selama hatimu keras terhadap amanat, maka hilanglah rahmat darimu, dan hilanglah pula segala yang ada padamu. Hukum2 syariat itu amanat yang dibebankan kepadamu, sedangkan kamu meninggalkan dan mengkhianatinya. Tidak guna lagi jika amanat telah lenyap dari hatimu.”

4. “Andaikata tanpa kurnia Allah Azza Wajalla, mana mungkin orang berakal mentadbir negara, bergaul dengan para penghuninya, yang telah dilanda sifat riak, nifak, zalim bergelumang syubahat dan haram. Benar telah tersebar kekufuran, Ya Allah. Kami mohon pertolongan kepadaMu dari kefasikan kelancangan. Telah banyak kelemahan melanda para zindik. Sungguh telah ku bongkar rahsia rumah kamu. Tetapi aku mempunyai dasar yang memerlukan pembina. Aku mempunyai anak-anak yang memerlukan pendidikan. Seandainya Ku Ungkap Sebahagian Rahasiaku, tentu hal ini merupakan pangkal perselisihan antara aku dengan kamu..”

5. “Nasihatlah dirimu terlebih dahulu, kemudian baru orang lain. Anda harus memelihara nafsumu. Jangan kamu mengira kesalahan orang lain sebab, dirimu masih memerlukan pembaikan. Adakah anda tahu bagaimana membersihkan orang lain? Bagaimana menonton orang lain? Padahal yang dapat memimpin manusia adalah orang2 yang awas. Hanya peranan ulung yang dapat menyelamatkan orang lain yang tenggelam dalam lautan. Hanya orang yang mengetahui Allah yang dapat mengarahkan umat manusia ke arah jalan-Nya. Tidaklah cakapan yang diperlukan untuk berbakti kepada Allah Subhanahu WaTa'ala melainkan perbuatan nyata.”

6. “Nafsu seseorang selalu menentang dan membangkang. Maka barangsiapa ingin menjadikannya baik, hendaklah ia bermujahadah, berjuang melawannya, sehingga terselamat dari kejahatannya. Hawa nafsu semuanya adalah keburukan dalam keburukan, namun apabila telah terlatih dan menjadi tenang, berubahlah ia menjadi kebaikan di dalam kebaikan.”

7. “Di antara ciri orang yang arif billah Azza Wajalla adalah ia selalu sabar menerima berbagai malapetaka dan rela terhadap semua qadha dan ketentuan-ketentuan takdir-Nya dalam segala ehwalnya, baik berkenaan dengan peribadinya, ahlinya dan semua makhluk sesamanya.”

8. “Kuasailah nafsumu! Kalau tidak, maka ia yang akan menguasaimu. Nafsu selalu mengajak kejahatan dalam soal dunia dan akhirat. Jauhilah orang-orang yang menjauhkan kamu dari Allah Azza Wajalla, seperti kamu menjauhi binatang buas. Berbuatlah sesuatu untuk Allah Azza Wajalla! Sesungguhnya orang yang berbuat sesuatu untuk Allah Azza Wajalla itu akan beruntung. Barang siapa yang mencintai Allah Azza Wajalla, maka Dia akan mencintainya. Dan barang siapa yang menghendaki Allah Azza Wajalla, maka Dia akan menghendakinya. Dan barang siapa yang mengenali Allah Azza Wajalla bererti ia telah mengenal dirinya sendiri.”

9. “Jika kamu terpaksa memerlukan sesuatu, mintalah kepada Allah Azza Wajalla, jangan kepada makhluk. Sesungguhnya yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang meminta dunia kepada sesama makhluk-Nya. Mintalah pertolongan kepada-Nya. Dia Maha Kaya, sedangkan semua makhluk adalah fakir. Mereka tidak dapat memberikan bahaya atau manfaat bagi dirinya sendiri, apa lagi bagi orang lain. Sesungguhnya pada permulaan, Dia menghendaki agar kamu menjadi orang yang mencari kepada-Nya. Sedangkan nanti pada akhirnya kamu menjadi yang dikehendaki oleh-Nya. Seorang budak yang masih kecil akan mencari ibunya, tapi kalau sudah besar, justeru ibu yang akan mencarinya. Carilah kasih sayang-Nya.

Jika Dia mengetahui kesungguhanmu mencari-Nya, maka Dia akan menghendakimu. Jika Dia mengetahui kesungguhan cintamu kepada-Nya, maka Dia akan Mengasihimu, menunjukkan hatimu dan mendekatkanmu kepada-Nya.”

10. Hendaklah engkau selalu ingat kepada Allah Azza Wajalla dan mengadakan hubungan bathin dengan-Nya, sebab Allah Azza Wajalla adalah Zat yang memenuhi keperluanmu di dunia dan di akhirat, memeliharamu di waktu hidup dan matimu. Dia juga yang menghindarimu dari segala macam bencana. Hendaklah engkau sentiasa berpegang kepada kalam yang jelas kebenarannya, sejelas coretan tinta hitam ke atas lembaran putih, mengabdilah kepadanya sehingga ia mengabdimu, dan ia memimpin tangan qalbumu dan membawanya ke hadrat Tuhanmu Allah Azza Wajalla. Mengamalkan isinya menyebabkan hatimu memiliki dua sayap yang dapat kau buat terbang untuk menghadap kepada Tuhanmu Allah Azza Wajalla.”

11. “Dekatilah ulama yang muttaqqin, sebab bergaul dengan mereka dapat mendatangkan barakah. Janganlah kamu dekati ulama yang tidak mengamalkan ilmunya, sebab bergaul dengan mereka dapat menimbulkan ‘aib. Bila kamu berhubungan erat dengan orang yang lebih taqwa dan lebih banyak ilmunya daripadamu, maka kamu akan mendapat barakah daripadanya. Bila kau bergaul dengan orang yang lebih tua umurnya daripada umurmu, tapi ia tidak bertaqwa kepada Allah Azza Wajalla, maka pergaulanmu itu akan menimbulkan aib. Beramallah kerana Allah Azza Wajalla, jangan beramal kerana selain-Nya. Beramal kerana selain-Nya adalah syirik.”

12. “Kembalilah kau kepada Allah Azza Wajalla dengan memperbaharui Islam, memperbaiki taubat dan ikhlasmu, sebelum datangnya maut sebab bila maut telah datang, pintu taubat akan tertutup sehingga kau tidak dapat masuk ke dalamnya. Kembalilah kepada-Nya dengan melangkah kaki qalbumu agar pintu anugerah-Nya tidak dikunci untukmu, kerana bila sudah terkunci jiwamu, kekuatan, kekayaan dan hartamu tidak akan diberkati-Nya.”

13. “Qalbu ini tidak akan beruntung selagi belum sampai ke tingkatan qurban kepada Allah Azza Wajalla, Yang Maha Qadim, Azali dan Abadi selama-lamanya. Janganlah suka mendesak, hai munafik. Apakah yang kau miliki itu lebih baik daripada yang dimiliki selainmu? Engkau adalah hamba rotimu, hamba lauk-paukmu, manisanmu, kudamu dan kekuasaanmu. Qalbu yang jujur pergi menghindar daripaa makhluk, menuju kepada Allah Azza Wajalla. Ia melihat segala sesuatu di tengah jalan, tetapi tidak memperdulikan sedikitpun. Ia terus berjalan sampai ake tempat tujuan.”

14. “Saudara! Tinggalkanlah berbicara tentang urusan makhluk selama engkau masih bergabung dengan hawa nafsumu. Diamlah! Sebab, jika Allah Azza Wajalla menginginkan kau untuk melakukan sesuatu, maka Dia menyiapkan kau untuk sesuatu itu. Jika berkenan, Allah berkuasa menghidupkanmu, mematikanmu dan berkuasa pula mengabdikanmu. Allah Zat yang menampakkan segala sesuatu, bukan engkau. Serahkanlah jiwamu, ucapanmu dan seluruh tingkah lakumu kepada ketentuan taqdir-Nya. Giatkan beramal kerana-Nya, jadilah engkau orang yang giat beramal tanpa banyak cakap, orang yang ikhlas tanpa riak, orang yang bertauhid tanpa syirik, orang yang selalu berkhalwat tanpa jalwat, dan bathin tanpa lahir. Sibukkan bathinmu dengan niat yang mantap. Engkau berdialog dengan Allah Azza Wajalla dan memberi ‘isyarat’ kepada-Nya dengan perkataanmu.”

15. “Jadikanlah seluruh amal perbuatanmu li wajhillah, bukan mencari nikmat-nikmat-Nya. Rela dengan pengaturan-Nya, qadha dan perbuatan-perbuatan-Nya. Bila semua ini kau lakukan, bererti kau mati meninggalkan dirimu dan kau hidup dengan-Nya. Hati sanubarimu menjadi selalu ingat kepada-Nya. Engkau sentiasa dekat dengan-Nya dan lupa dengan selain-Nya.”

16. “Jika kamu orang yang berakal, tentu kamu akan meraih keimanan untuk bekal ketika bertemu dengan Allah Azza Wajalla, dan tentu akan bersahabat dengan orang-orang yang soleh, serta mengambil mereka sebagai suri tauladan yang baik dalam perkataan dan perbuatan. Sehingga hari demi hari keimanan dan keyakinanmu akan bertambah. Lalu kemudian Allah Azza Wajalla akan memurnikan keimananmu dan membina perangaimu, serta menumbuhkan kesedaran hatimu dalam menerima perintah dan larangan.”

17. “Barang siapa telah menunaikan perintah Allah Azza Wajalla berupa dua macam jihad ini, nescaya ia akan memperolehi dua balasan, balasan di dunia dan di akhirat. Luka-luka pada tubuh seorang syahid bagaikan membekam (fasd) pada tangan salah seorang di antaramu yang tidak ada rasa sakit sedikitpun. Mati bagi mujahid linafsihi (orang yang memerangi nafsunya) dan bagi orang yang bertaubat dari semua dosanya bagaikan orang haus dahaga yang minum air ais.”

Semoga bermanfaat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.