Rabu, 18 Oktober 2023

CARA MEMILIKI SIFAT QANA'AH DALAM ISLAM

Edisi Rabu, 18 Oktober 2023 M / 3 Rabi'ul Akhir 1445 H.

Qana'ah dalam islam termasuk ke dalam sifat terpuji yang bisa menerima seberapapun rejeki yang diberikan oleh Allah atas semua usaha yang sudah kita lakukan dan merasa cukup tanpa adanya sikap mengeluh. Kalau dalam bahasa jawa istilahnya “nerimo ing pandum”.

Rasulullah sejak dahulu sudah mengajarkan kepada seluruh umat muslim untuk menerapkan sifat qanaah dalam diri mereka. Selalu ridha terhadap semua masalah yang tengah mereka hadapi yang sudah ditentukan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Hal ini dijelaskan dalam Al Qur’an surat Azumar ayat 49, penjelasannya sebagai berikut :

“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya ni’mat dari Kami ia berkata:”Sesungguhnya aku diberi ni’mat itu hanyalah karena kepintaranku”. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui” (Q.S Azumar : 49).

Allah mengajarkan pada umatnya untuk tidak mempunyai sifat tamak dan selalu memerangi hawa nafsu yang ada untuk mengontrol sifat-sifat buruk lainnya yang mungkin muncul. Berikut ini hal-hal yang bisa dilakukan agar kita lebih dekat dengan sikap qanaah :

1. Memperkuat Keimanan Kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala 

Mendekatkan diri kepada Allah membuat kita semakin mantap dalam menjalani segala urusan duniawi tanpa adanya keluhan dan tentunya selalu belajar ikhlas serta menerima apapun dengan hati yang lapang, karena sebenarnya kekayaan bisa anda temukan dari dalam hati. Berikut penjelasan dari sabda Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam:

“Barangsiapa yang kaya hati maka dia mendapatkan nikmat kebahagiaan dan kerelaan meskipun dia tidak mendapatkan makan di hari itu. Sebaliknya siapa yang hatinya fakir maka meskipun dia memilki dunia seisinya kecuali hanya satu dirham saja, maka dia memandang bahwa kekayaannya masih kurang sedirham, dan dia masih terus merasa miskin sebelum mendapatkan dirham itu.”

2. Selalu Yakin Bahwa Rejeki Sudah Diatur Dengan Adil Oleh Allah 

Percayalah bahwa rejeki sudah diatur dengan baik oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dengan mensyukurinya rejeki tersebut, maka akan menjadi lebih berkah. Jangan berfikir bahwa Allah tidak sayang dengan anda, karena Allah lah yang tau semua hal terbaik untuk kita.

Sebagaimana sudah dijelaskan berdasarkan hadits dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kemudian Allah mengutus kepadanya (janin) seorang malaikat lalu diperintahkan menulis empat kalimat (ketetapan), maka ditulislah rizkinya, ajalnya, amalnya, celaka dan bahagianya.” (HR. al-Bukhari, Muslim dan Ahmad).

3. Mempelajari dan Mengamalkan Ayat Suci Al Quran 

Al Quran merupakan pedoman hidup bagi seluruh manusia yang wajib untuk dipelajari dan juga diamalkan dalam kehidupan sehari – hari. Hati anda akan merasa lebih tenang, tentram, sejuk dan mempunyai suasana lebih baik.

“Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.” (QS.Yunus : 107).

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Huud : 6).

“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat,maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathiir : 2).

“Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. ath-Thalaq : 7).

4. Pelajari Mengenai Hikmah Perbedaan Rejeki Yang Diberikan Oleh Allah 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan perbedaan mengenai rejeki pada masing-masing orang agar mereka bisa saling berbagi antara yang kaya dengan yang fakir miskin, sehingga diharapkan akan sama-sama memperoleh manfaat.

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kami telah menentu kan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. az-Zukhruf:32).

“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.” (QS.Al an’am 165).

5. Berdo’alah Kepada Allah Untuk Diberikan Sifat Qana’ah 

Karena qanaah merupakan salah satu sifat rasulullah yang patut dijadikan contoh dan suri tauladan, maka sudah sepantasnya kita meminta kepada Allah untuk bisa mempunyai sifat tersebut.

“Ya Allah berikan aku sikap qana’ah terhadap apa yang Engkau rizkikan kepadaku, berkahilah pemberian itu dan gantilah segala yang luput (hilang) dariku dengan yang lebih baik.” (HR al-Hakim).

“Ya Allah jadikan rizki keluarga Muhammad hanyalah kebutuhan pokok saja.” (HR. Al-Bukhari, Muslim dan at-Tirmidzi).

6. Selalu Sadar Bahwa Rejeki Yang Anda Dapatkan Tidak Bisa Ditentukan Berdasarkan Kepintaran 

Datangnya rejeki tidak ditentukan oleh kepintaran seseorang. Terkadang Allah memberikan rejeki yang lebih banyak terhadap hambanya yang berpendidikan rendah untuk memicu timbulnya sifat qanaah dalam diri kita.

7. Selalu Rendah Hati dan Melihat Ke Bawah 

Selalu rendah hati dan melihat ke bawah merupakan salah satu sifat yang mendekati qanaah. Karena orang yang mempunyai sifat rendah hati biasanya bisa menerima apa yang mereka dapatkan dengan penuh rasa syukur.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari kamu dan janganlah melihat kepada orang yang lebih tinggi darimu. Yang demikian lebih layak agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah.” (HR.al-Bukhari dan Muslim).

8. Sadar Mengenai Pertanggung Jawaban Terhadap Harta Yang Kita Punya 

Tidak sedikit orang yang memiliki harta banyak justru hidupnya tidak tenang karena harta yang mereka miliki cara mendapatkannya tidak melalui cara yang diridhai oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Nantinya harta yang kita punyai tersebut akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Orang yang hartanya banyak, justru proses hisabnya akan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan orang yang hartanya jauh lebih sedikit.

9. Berpegang Teguh Bahwa Allah Hanya Menilai Seseorang Dari Amal Ibadahnya 

Tidak ada bedanya antara mereka kaum fakir miskin dan juga mereka yang mempunyai harta yang berlimpah. Allah hanya menilai seseorang dari amal ibadahnya saja. Yang menjadi pembeda adalah pada proses hisab.

“Para pemilik harta makan dan kami juga makan, mereka minum dan kami juga minum, mereka berpakaian kami juga berpakaian, mereka naik kendaraan dan kami pun naik kendaraan. Mereka memiliki kelebihan harta yang mereka lihat dan dilihat juga oleh selain mereka, lalu mereka menemui hisab atas harta itu sedang kita terbebas darinya.”

10. Mempelajari Mengenai Kehidupan Salaf 

Orang yang mempunyai kehidupan salaf, kebanyakan memanfaatkan hartanya untuk diberikan kepada orang lain yang jauh lebih membutuhkan. Nah kehidupan seperti inilah yang mendorong munculnya sifat qanaah.

11. Sederhana dalam kehidupan dan lembut dalam berinfak 

Barang siapa yang ingin merasa puas menjalani kehidupan, ia harus menutup  nafsunya dari hal-hal yang melebihi kebutuhannya. Tidak mengikuti gaya hidup orang kafir yang melelahkan jiwa. Sederhana dalam makan, pakaian dan tempat tinggal, walaupun harta melimpah. Di samping itu, dia senantiasa menginfakkan hartanya di jalan Allah.

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Tiga hal yang menyelamatkan: takut kepada Allah ketika sendirian atau di tengah banyak orang, mengambil sikap terbaik ketika kaya atau miskin, dan adil ketika sedang ridha dan murka.”—diriwayatkan Abu Asy-Syaikh dan Ath-Thabrani.

Maksud mengambil sikap terbaik ketika kaya adalah berusaha untuk selalu bersyukur, tidak berlebihan, dan menjalankan kewajiban harta. Sedangkan bentuk sikap terbaik ketika miskin adalah ridha terhadap takdir Allah dan berusaha untuk sabar.

12. Tidak takut dengan masa depan 

Jika telah mendapatkan kemudahan dengan kecukupan, tidak perlu terlalu goncang karena menghadapi masa yang akan datang. Karena rasa takut menghadapi masa datang dan rezekinya akan berkurang adalah angan-angan yang dihembuskan setan dengan kefakiran, sementara Allah akan mencukupkan rezekinya sempurna sebelum mencabut nyawa hambanya sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Shallallu alaihi wa sallam,

“Sesungguhnya Jibril membisikkan dalam hatiku bahwa suatu jiwa tidak akan mati hingga sempurna ajalnya dan menghabiskan jatah rezekinya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan baguskan–lah dalam mencarinya. Jangan sekali-kali lambatnya rezeki datang kepadamu menjadikanmu mencari rezeki dengan cara maksiat kepada Allah. Karena rezeki yang halal dari Allah tidak akan bisa didapatkan kecuali dengan ketaatan kepadanya-Nya’.—diriwayatkan Al-Bazzat dan Abu Na’im.

13. Menyadari bahwa sifat qanaah merupakan kebanggaan diri 

Dengan merasa cukup terhadap semua pemberian Allah. Sedangkan ketamakan dan kerakusan merupakan kehinaan. Perasaan itu berupa kesabaran ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan dan harta yang melebihi kebutuhan, disertai harapan untuk mendapatkan pahala akhirat. Barangsiapa yang kebanggaan terhadap harta telah menguasai hatinya  berarti dia orang yang lemah akal dan kurang iman.

14. Meneladani kehidupan masyarakat di zaman Rasul 

Merenungkan akhir kehidupan orang kafir dan meneladani kehidupan para nabi serta orang-orang shalih. Akhir kehidupan orang-orang kafir, walaupun dia telah menguasai perekonomian dunia, namun mereka dalam kehinaan dunia dan akhirat. Sebaliknya, kehidupan para nabi dan orang–orang shalih, mereka berada dalam kemuliaan dan di akhirat mereka mendapat kebahagiaan.

15. Memahami bahwa menimbun harta merupakan tindakan berbahaya 

Islam melarang menimbun harta dan sebaliknya mendorong jalannya harta diantara semua bagian masyarakat. Misalnya orang – orang yang suka menyimpan emas dan perak dari pada menafkahkannya.  Mereka diingatkan untuk tidak menyimpan, menimbun atau menumpuk – menumpuk harta demi kepentingan diri sendiri tapi dengan sukarela menggunakannya demi kemaslahatan, dirinya maupun masyarakat. Tentu hal ini sudah menjadi dasar dari kiat memiliki sifat qanaah.

16. Mentadabburi firman Allah ta’ala dan hadits nabi 

Merenungi firman-firman Allah ta’ala dan hadits nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terutama berbagai ayat yang menerangkan tentang rezeki dan usaha yang dikerahkan manusia untuk memperoleh penghidupan, yang semuanya itu berpulang pada takdir Allah. Allah berfirman menerangkan bahwa Dia telah menetapkan rezeki kepada para hamba-Nya,

“Apa saja yang Allâh anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh-Nya maka tidak ada seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu” (QS. Faathir: 2).

Atau sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyatakan bahwa seorang tidak akan diwafatkan kecuali setelah Allah menyempurnakan jatah rezeki yang ditetapkan untuknya,

“Wahai manusia bertakwalah kalian kepada Allah dan carilah rezeki dengan cara yang baik, sesungguhnya seorang itu tidak akan mati sehingga lengkap jatah rezekinya. Jika rezeki itu terasa lambat datangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan carilah dengan cara yang, ambillah yang halal dan tinggalkanlah yang haram” (Shahih. HR. Al Baihaqi).

17. Memahami bahwa antara yang kaya dan yang miskin hanya terjadi perbedaan yang tipis 

Perbedaan kondisi antara yang kaya dan yang miskin betapa pun besarnya di mata kita, pada hakikatnya hanya perbedaan yang tipis. Seorang yang ditakdirkan Allah dalam keadaan kaya hanya mampu memanfaatkan sebagian kecil dari hartanya, yaitu sekedar apa yang menutupi kebutuhan. Adapun kelebihan dari harta yang dia miliki, pada akhirnya tidak mampu dia manfaatkan seluruhnya meski itu adalah miliknya.

Inilah yang dipahami oleh sahabat Abu ad-Darda radliallahu ‘anhu, hakiimu hadzihi al-ummah, orang yang paling bijaksana di umat ini, beliau mengatakan,

Segala puji bagi Allah yang menjadikan orang kaya berangan-angan agar menjadi seperti kami ketika menghadapi kematian, sedangkan kami pada saat itu tidak berkeinginan menjadi seperti mereka. Saudara kami yang kaya tidak berlaku adil, mereka mencintai kami karena menginginkan agama kami, namun mereka memusuhi kami karena dunia yang mereka miliki” [al-Mutamanniyin].

Semoga bermanfaat...


ONE DAY ONE HADITS

Rabu, 18 Oktober 2023 M / 3 Rabi'ul Akhir 1445 H.

Memohon Ketaqwaan Dan Sifat Qana'ah

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

أنَّ النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يقول :  اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

“Nabi  ﷺ  biasa membaca do’a: “Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina”.” (HR. Muslim no. 2721).

Beberapa Pelajaran yang Terdapat dalam Hadits :

1. Do'a tersebut :

اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

“Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina.” Artinya: Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf dan ghina.

2. Yang dimaksud dengan “al huda” adalah petunjuk dalam ilmu dan amal. Yang dimaksud “al ‘afaf” adalah dijauhkan dari yang tidak halal dan menahan diri darinya. Yang dimaksud “al ghina” adalah kaya hati, yaitu hati yang selalu merasa cukup dan tidak butuh pada harta yang ada di tangan orang lain.

3. An Nawawi –rahimahullah- mengatakan, “ ’Afaf dan ‘iffah bermakna menjauhkan dan menahan diri dari hal yang tidak diperbolehkan. Sedangkan al ghina adalah hati yang selalu merasa cukup dan tidak butuh pada apa yang ada di sisi manusia.” (Syarh Muslim, 17/41).

4. Keutamaan meminta petunjuk ilmu sekaligus amal karena yang dimaksud al huda adalah petunjuk dalam ilmu dan amal.

5. Keutamaan meminta ketakwaan. Yang dimaksud takwa adalah menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah ﷻ. Takwa diambil dari kata “wiqoyah” yang maknanya melindungi, yaitu maksudnya seseorang bisa mendapatkan perlindungan dari siksa neraka hanya dengan menjalankan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan.

6. Keutamaan meminta sifat ‘afaf atau ‘iffah yaitu agar dijauhkan dari hal-hal yang diharamkan semacam zina. Berarti do’a ini mencakup meminta dijauhkan dari pandangan yang haram, dari bersentuhan yang haram, dari zina dengan kemaluan dan segala bentuk zina lainnya. Karena yang namanya zina adalah termasuk perbuatan keji.

7. Keutamaan meminta pada Allah ﷻ sifat al ghina yaitu dicukupkan oleh Allah ﷻ dari apa yang ada di sisi manusia dengan selalu qona’ah, selalu merasa cukup ketika Allah ﷻ memberinya harta sedikit atau pun banyak. Karena ingatlah bahwa kekayaan hakiki adalah hati yang selalu merasa cukup. Rasulullah ﷺ  bersabda,

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051).

8. Dianjurkannya merutinkan membaca do’a ini.

Tema Hadits yang Berkaitan dengan Al-Qur'an :

Allah Azza wa Jalla berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُ‍‍نَّ إِلَّا وَأَنْتُ‍‍‍‍مْ مُّ‍‍سْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran : 102)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.