Senin, 23 Oktober 2023

PAHALA MERAWAT ANAK MENURUT ISLAM

Edisi Senin, 23 Oktober 2023 M / 8 Rabi'ul Akhir 1445 H.

Menjadi orang tua dan memiliki keutamaan orang tua tentu sebuah anugrah, selain memiliki sosok pelengkap dalam keluarga, juga mampu menghadirkan kasih sayang dan menjadi motivasi untuk bekerja keras demi memberikan penghidupan yang terbaik untuknya. Oleh karena itu merawat anak tidak hanya mendapat kebahagiaan dari sisi nurani saja, namun juga mendapat pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala yakni ketika merawatnya dengan ikhlas dengan cara mengarahkan ke jalan Allah dan tidak mengeluh ketika menghadapi segala ujian seperti keutamaan memiliki anak perempuan dalam islam.

Kewajiban orang tua adalah merawat anaknya dengan cara memberi serta berusaha yang terbaik dalam kondisi apapun, orang tua sudah selayaknya mendahulukan kepentingan anaknya dan memberi rezeki yang halal pada anaknya serta bersabar dalam proses merawat anaknya hingga dewasa sehingga kelak bisa menjadi jalan pahala baginya di dunia dan di akherat, sebab itulah jasa kedua orang tua amatlah mulia dan pantas jika Allah memberikan pahala yang besar karena orang tua telah begitu banyak berkorban untuk anak anaknya. Jadi, jangan lupa untuk berbakti kepada kedua orang tua dan jangan lupa untuk menjadi orang tua yang baik yang bisa merawat anak secara syariat islam dan menjadi orang tua yang pantas menjadi teladan untuk anaknya.

Berikut ini adalah 17 Pahala Merawat Anak Menurut Islam :

1. Penghalang dari jenis neraka dalam islam 

Dari Aisyah Radhiyallahu'anha berkata , ‘Saya pernah dikunjungi oleh seorang perempuan yang mempunyai dua orang anak perempuan. Kemudian, perempuan tersebut meminta makanan kepada saya. Sayangnya, saat itu, saya sedang tidak mempunyai makanan, kecuali sebiji kurma yang langsung saya berikan kepadanya. Kemudian perempuan itu menerimanya dengan senang hati, dan membagikannya kepada dua anak perempuannya tanpa sedikitpun ia makan. Setelah itu, perempuan itu bersama dua orang anak perempuannya pergi.

Tidak lama kemudian, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam masuk ke dalam rumah. Lalu, saya menceritakan kepada Rasulullah tentang perempuan dan kedua anak perempuan tadi. Mendengar cerita ini, Rasulullah Shallallahu alaihu wasallam bersabda, “Barang siapa diuji dalam pengasuhan anak-anak perempuan, lalu ia dapat mengasuh mereka dengan baik, maka anak perempuannya itu akan menjadi penghalangnya dari api neraka kelak.” (HR. Muslim).

2. Mendapat Syafaat di Hari kiamat menurut islam 

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Dari Anas bin Malik Radhiyallahu'anhu ia berkata, ‘Rasulullah telah bersabda, ‘Barang siapa dapat mengasuh dua orang anak perempuannya hingga dewasa, maka aku akan bersamanya di hari Kiamat kelak.’ Beliau merapatkan kedua jarinya.” (HR. Muslim).

3. Pahala Memberi Penghidupan sebagaimana pahala bekerja dalam islam 

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi)” (HR. Muslim).

4. Pahala Bekerja Keras untuk Keluarga 

Dari Sa’ad bin Abi Waqqosh, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sungguh tidaklah engkau menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan mengharapkan (melihat) wajah Allah (pada hari kiamat nanti) kecuali kamu akan mendapatkan ganjaran pahala (yang besar), bahkan untuk makanan yang kamu berikan kepada istrimu.” (HR. Bukhari).

5. Pahala Menyayangi 

Jabir bin Abdillah Radhiyallahu'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda : “…para istri memiliki hak atas kalian (para suami) untuk dipenuhi rezekinya dan kebutuhan sandangnya dengan cara yang baik.” (HR Muslim). Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda : “Apabila Allah memberikan kebaikan kepada salah seorang diantara kalian, hendaklah dia memulai dari dirinya dan keluarganya (dalam pengalokasiannya).” (HR Muslim).

6. Pahala Bagi Ibu Yang Merawat dengan Menyusui 

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan ahli warispun berkewajiban demikian.

Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [QS al-Baqarah : 233].

7. Mendapat Ampunan Dosa Dosa 

Tak ada seorangpun perempuan yang hamil dari suaminya, kecuali ia berada dalam naungan Allah azza wa jalla, sampai ia merasakan sakit karena melahirkan, dan setiap rasa sakit yang ia rasakan pahalanya seperti memerdekakan seorang budak yang mukmin. Jika ia telah melahirkan anaknya dan menyusuinya, maka tak ada setetes pun air susu yang diisap oleh anaknya kecuali ia akan menjadi cahaya yang memancar di hadapannya kelak di hari kiamat, yang menakjubkan setiap orang yang melihatnya dari umat terdahulu hingga yang belakangan. Selain itu ia dicatat sebagai seorang yang berpuasa, dan sekiranya puasa itu tanpa berbuka niscaya pahalanya dicatat seperti pahala puasa dan qiyamul lail sepanjang masa. Ketika ia menyapih anaknya Allah Yang Maha Agung sebutan-Nya berfirman: ‘Wahai perempuan, Aku telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu, maka perbaruilah amalmu’.” (Mustadrak Al-Wasail 2: bab 47, hlm 623).

8. Menjadi Orang Tua yang Sempurna 

“Syaikhul Islam Ibnu taimiyah menegaskan, ‘Bahkan jika si ibu masih menjadi istri dari suaminya, si ibu wajib menyusui anaknya’ dan apa yang disampaikan oleh Syaikhul islam adalah pendapat yang benar. Kecuali jika si ibu dan si bapak merelakan untuk disusukan orang lain, hukumnya boleh. Namun jika suami menyuruh: ‘Tidak boleh ada yang menyusuinya kecuali kamu’ maka wajib bagi istri untuk menyusuinya.

Meskipun ada orang lain yang mau menyusuinya atau meskipun si bayi mau mengkonsumsi susu formula. Selama suami menyuruh, ‘Kamu harus menyusui anak ini’ maka hukumnya wajib bagi istri. Karena suami berkewajiban menanggung nafkah, dan status nafkah – seperti yang telah kami jelaskan – merupakan timbal balik dari ikatan suami istri dan persusuan.” (asy-Syarhul Mumthi’, 13/517).

9. Pahala Melakukan Tanggung Jawab 

“Kalian semua adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban terhadap bawahan yang kalian pimpin.” (HR. Bukhari dan Muslim).

10. Pahala Seperti Memerdekakan Budak 

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Ketika seorang wanita menyusui anaknya, Allah membalas setiap isapan air susu yang diisap anak dengan pahala memerdekakan seorang budak dari keturunan Nabi Ismail, dan manakala wanita itu selesai menyusui anaknya malaikat pun meletakkan tangannya ke atas sisi wanita itu seraya berkata, ‘Mulailah hidup dari baru, karena Allah telah mengampuni semua dosa-dosamu.’”

11. Pahala Amal Jariyah Ketika Anaknya Sholeh 

Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam disebutkan bahwa “Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang sholeh”

12. Pahala Mengajarkan Kebaikan 

“Siapa menyeru kepada petunjuk, ia mendapatkan pahalanya seperti pahala yang diperoleh orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala mereka. Dan siapa yang menyeru kepada kesesatan, ia mendapatkan dosa seperti dosa yang didapatkan pengikutnya tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka.” (HR. Muslim).

13. Kebaikan di Akherat 

“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat seoang hamba sholeh di surga, lalu ia berkata: Wahai Tuhanku, darimana aku dapatkan semua ini? Kemudian Allah menjawab: Dengan sebab istighfar anakmu untuk dirimu.” (HR. Ahmad).

14. Mendapat Derajat Tinggi 

“Allah mengangkat derajat anak cucu seorang mukmin setara dengannya, meskipun amal perbuatan anak cucunya di bawahnya, agar kedua orangtuanya tenang dan bahagia. Kemudian beliau membaca firman Allah yang artinya, “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan” ( AthThuur : 21). kemudian beliau berkata: dan kami tidak mengurangi dari bapak-bapak mereka apa yang kami berikan kepada anak mereka”

15. Mendapat Kedudukan di Surga 

“Mereka yang disebut ini (anak-keturunan), maka Allah akan mengikutsertakan mereka dalam kedudukan orang tua/kakek-buyut mereka di surga walaupun mereka sebenarnya tidak mencapainya (kedudukan anak lebih rendah dari orang tua), sebagai balasan bagi orang tua mereka dan tambahan bagi pahala mereka. Akan tetapi dengan hal ini, Allah tidak mengurangi pahala orang tua mereka sedikitpun” Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy.

16. Dimuliakan Oleh Allah 

Jelas dari berbagai ayat Al Qur’an dan hadits bahwa wanita selalu dimuliakan dan dilindungi, hal tersebut berlaku sejak kecil, selama masa dewasa, juga setelah anak perempuan tersebut berkeluarga. Sungguh pahala memiliki anak perempuan dalam islam ialah orang tuanya akan menjadi hamba yang beruntung sebab pintu amalan kebaikan terbuka dengan lebar dan dimuliakan oleh Allah. 

17. Pelindung di Hari Kiamat 

“Siapa yang memiliki 3 anak perempuan, lalu dia bersabar, memberinya makan dan minum, dan pakaian dari hasil usahanya, maka semuanya akan menjadi pelindungnya pada hari kiamat”. (HR Ibnu Majah). Jelas dari hadits tersebut bahwa seseorang yang dianugrahi Allah 3 anak perempuan dan bersabar dalam mengurusnya serta bekerja keras untuk mendidiknya menjadi anak sholehah, kelak akan dilindungi ketika hari kiamat sebab kebaikannya pada ketiga anaknya. itulah salah satu perlindungan ketika hari kiamat menurut islam.

Demikian yang dapat disampaikan, semoga menjadi wawasan dan menambah semangat kita semua untuk membesarkan serta merawat anak dengan sungguh sungguh sesuai syariat islam.

Semoga bermanfaat...


ONE DAY ONE HADITS 

Senin, 23 Oktober 2023 M / 8 Rabi'ul Akhir 1445 H. 

Hukum Orang Tua yang Menyia-menyiakan Kepada Anak 

عن عبد الله بن عمرو بن العاص-رضي الله عنهما- قال: قال رسول الله ﷺ: كفى بالمرء إثماً أن يضيّع من يَقُوت[حديث صحيح رواه أبو داود وغيره، ورواه مسلم].

Dari Abdullah bin Amr bin Al 'as radhiAllah anhuma berkata, bersabda Rasulullah sallahu alaihi wa salam :

Cukuplah seseorang itu dikatakan berdosa karena ia telah menyia-nyiakan orang yang berada di bawah tanggung jawabnya,” (Hadits shahih Riwayat Abu Daud dan yang lainnya dan juga HR. Muslim).

Pelajaran yang terdapat di dalam hadits : 

1- Hanya anak yang bisa durhaka pada orang tua. Tapi, bisa juga berlaku sebaliknya, bahwa ada orang tua yang menyia-menyiakan kepada anak, jika melakukan perilaku yang termasuk dosa orang tua terhadap anak yang dibenci Allah Subhanahu wa ta'ala.

2- Beragam kasus menyeruak ke permukaan tentang perbuatan buruk orang tua pada anak ini di masyarakat kita saat ini. Sebut saja kasus ibu membuang anaknya, orang tua yang tega menyiksa anak, menelantarkan, hingga kasus berat memperkosa anak. Kasus-kasus seperti itu, bahkan semakin marak.

3- Salah satu yang kadang tidak terasa adalah dengan menyia-nyiakan keberadaan anak yang sudah menjadi tanggung jawab bagi orang tua.

Pembinaan dan pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tua.

Bahkan Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam memberi tanggung jawab pendidikan anak ini secara utuh kepada orang tua.

Hal ini berdasarkan hadis dari Ibnu radhiallahu ‘anhu yang berkata bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.

Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya dan demikian juga seorang pria adalah seorang pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya,” (HR Bukhari).

4- Menyia-nyiakan anak yang paling parah adalah membiarkannya begitu saja tanpa diberikan nafkah dan pendidikan serta tidak mengajarkannya adab Islam.

5- Padahal, menjadi orang tua yang baik tidak hanya dengan memberikan kebutuhan sandang dan pangan serta rumah saja.

6- Cukup seseorang itu dikatakan berdosa artinya, cukup baginya dosa besar. Sebagai mana rasul bersabda cukup bagi seseorang dusta dia berkata apa yang ia dengar, ini menunjukkan ancaman yang keras dan dosa besar bagi seseorang berkata setiap apa yang ia dengar. 

7- Jadi hukum orang tua yang menyia-menyiakan kepada anak termasuk dosa besar. 

Tema hadits yang berkaitan dengan al quran : 

1- Hadis di atas menyatakan kewajiban nafkah berupa makanan. Namun demikian, yang wajib bukan hanya makanan, tetapi semua kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya untuk hidup secara ma’ruf (layak) sesuai kelayakan di masyarakat. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

…وَعَلَى ٱلۡمَوۡلُودِ لَهُۥ رِزۡقُهُنَّ وَكِسۡوَتُهُنَّ بِٱلۡمَعۡرُوفِۚ لَا تُكَلَّفُ نَفۡسٌ إِلَّا وُسۡعَهَاۚ …

Kewajiban ayah untuk memberi makan dan pakaian kepada para ibu secara layak. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya (QS al-Baqarah [2]: 233).

أَسۡكِنُوهُنَّ مِنۡ حَيۡثُ سَكَنتُم مِّن وُجۡدِكُمۡ 

Tempatkanlah mereka (para istri) di tempat kalian tinggal menurut kemampuan kalian (QS ath-Thalaq [65]: 6).

2-  Dalam Islam, orang tua diberi tanggung jawab untuk membesarkan dan mendidik anaknya dengan baik.

Sebab, anak lahir dalam keadaan yang belum mengetahui apa-apa dan tugas besar menanti para orang tua untuk membimbing anak-anaknya dengan baik.

Dalam Alquran Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan,” (QS At Tahrim: 6)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.