Senin, 10 Januari 2022

17 KATA-KATA BIJAK KH.HASYIM MUZADI YANG DAPAT MENJADI PEGANGAN (BAGIAN 2)

Edisi Senin, 10 Januari 2022 M / 7 Jumadil Akhir 1443 H. 

KH. Ahmad Hasyim Muzadi adalah mantan Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU). Selain itu, Hasyim Muzadi pernah menjadi pengasuh pondok pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur. Hasyim lahir di Tuban pada tanggal 8 Agustus 1944 dari pasangan H. Muzadi dengan istrinya Hj. Rumyati. Beliau menempuh jalur pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah di Tuban pada tahun 1950 dan menuntaskan pendidikannya tingginya di Institut Agama Islam Negeri IAIN Malang, Jawa Timur pada tahun 1969.

Pada tahun 1999, Hasyim terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) pada Muktamar ke-30 di Lirboyo, Kediri.

Sebagai ulama, sosok Hasyim dikenal nasionalis dan pluralis. Apa saja yang dianggap perlu bagi agama, Indonesia, dan NU, Hasyim ikhlas melakukan. Pengasuh Ponpes Mahasiswa Al Hikam, Malang, ini dikenal sebagai sosok kiai yang cukup tulus memposisikan dirinya sebagai seorang pemimpin Indonesia. Sebagai ulama, sosok Hasyim dikenal nasionalis dan pluralis. Apa saja yang dianggap perlu bagi agama, Indonesia, dan NU, Hasyim ikhlas melakukan.

Berikut ini beberapa kata-kata nasehat bijak KH. Hasyim Muzadi yang dapat menjadi Pegangan :

1.  “Jangan Marah-Marah Pada Masyarakat Karena Ilmumu Tak Dimengerti”

 “Jangan marah-marah kepada masyarakat karena ilmunya tidak dimengerti oleh masyarakat,”

2. “Orang yang tidak berbuat apapun untuk kemaslahatan umat justru akan dililit oleh permasalahannya sendiri,”

3. “Ternyata cara itu bener kata Gontor, At-Thoriqotu ahammu minal Maadah, materi itu penting tapi kalau cara membawakannya keliru maka dia akan gagal, bukan karena materinya tapi dia akan gagal karena caranya,”

4. “(Di dalam Motto Pondok Gontor) Jangan lupa berpikiran bebas itu setelah berpengetahuan luas, karena kalau berpikiran bebas belum berpengetahuan luas, maka kebebasan itu dia akan menghilangkan Mas’uliyatul Ilm (pertanggungjawaban ilmu),”

5. “Di Indonesia itu tidak kurang orang pinter, yang kurang itu orang bener,”

“Mereka (generasi penerus) anak kita atau anak zamannya?”

6. “Ternyata membuat pinter anak yang sudah bener itu lebih mudah daripada membuat anak yang sudang kadung pinter tapi belum bener,”

7. “NU dan Muhammadiyah itu menurut saya ibarat sepasang sandal, jadi kalau dipake ya dipake semua, kalau tidak ya sekalian tidak semua, jangan yang kanan dipake yang kiri tidak, nah ini dikira orang stress, orang NU disuruh bikin Universitas itu sulit, tapi orang Muhammadiyah disuruh ngurusin orang macul sehingga musyrik jadi muslim ga sabar juga, nah bertemunya ini banyak yang tidak suka.

8. “Wawasan keagamaan, wawasan keumatan, wawasan kebangsaan dan kenegaraan tidak boleh dirobek oleh kepentingan apapun juga,”

9. “Kita harus melakukan tiga kunci hidup barokah ; Pertama, Berbuatlah untuk selalu membantu orang lain. Kedua, Mengeluarkan zakat setiap rizki yang kita hasilkan. Ketiga, Memberi shadaqah kepada orang yang memerlukan. Dengan begitu, insyaAllah, rizki dan hidup kita barokah.”

10. “Jika yang kosong adalah akalnya, isilah ia dengan ilmu. Jika yang kosong adalah hatinya, isilah ia dengan zikir. Kesatuan pikir dan zikir akan membentuk ulul albab”

11. “Ilmu yang disertai hidayah dan ibadah adalah cahaya hidup, sedangkan ilmu yang hanya sekadar berita akan mudah dilupakan”

12. “Anak-anakku saya ingin kalian jangan berhenti hafal lafadz Al-Quran tetapi hendaknya meningkatkan diri untuk mengerti maknanya, mengetahui tafsirnya, tau bagaimana membawa dan mengamalkannya sampai bisa menyajikan Al-Quran kepada masyarakat yang sudah berbeda zamannya, tidak seperti zaman saya dulu”

13. “Ada lagi, yang seringkali kita merasa itu bukan Islam, tapi sesungguhnya itu pilar dalam Islam adalah kepastian hukum”

14. “Keadilan ekonomi itu bukan sama rata sama rasa, tapi sama-sama merasakan”

15. “Ketika Madinah diserang orang lain, maka seluruh agama yanhg ada baiik Yahudi, Nasrani, Shobii, harus sama-sama membela nasionalisme Madinah,”

16. “Kekurangan kita adalah di dalam pemahaman Islam implementasinya sudah punya fiqh sudah punya dakwah sering melupakan Siroh Nabawiyah.”

17. “Marilah kita berjuang mengisi Indonesia ini berhadapan dengan yang merusak, tetapi yakinlah kalau mereka sakit merekapun sakit, tapi kita punya Allah, tapi mereka belum tentu punya Allah Subhanahu WaTa'ala,”

Semoga bermanfaat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.