Rabu, 02 Maret 2022

17 KUMPULAN HADITS YANG BERKAITAN DENGAN SHALAT (BAGIAN 9)

Edisi Kamis, 3 Februari 2022 M / 29 Rajab 1443 H. 

Menurut Ismail, kata “shalat” sering disebutkan dalam Al-Qur’an sebelum peristiwa Isra’ dan Mir’aj. Kalau diteliti dari perjalanan hidup Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam, banyak sekali riwayat yang menyebutkan aktivitas shalat Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam dan para sahabatnya. Sedangkan waktu dan tata cara shalat sebelum peristiwa Isra’ dan Mir’aj 10 Hijriyah tidak tercatat dalam sejarah. Bisa jadi melacak jejaknya menjadi upaya sia-sia. Yang mungkin kita bayangkan bahwa shalat adalah sarana bertawajuh kepada Allah. Kata “shalat” dalam pengertian bangsa Arab adalah doa. 

Yang jelas, kata Ismail, shalat umat Islam sebelum Isra’ dan Mir’aj dilakukan dengan cara-cara tertentu dengan argumentasi bahwa orang-orang musyrik Makkah mengejek shalat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wassalam dan sahabatnya. Sedangkan shalat yang dikenal sekarang ini diwajibkan oleh Allah tanpa perantara malaikat pada peristiwa Isra’ dan Mir’aj. Jibril kemudian menerangkan ketentuan waktu shalat tersebut dengan melakukan shalat bersama Nabi Muhammad dan sahabatnya yang menjadi ketentuan awal dan akhir waktu shalat hingga saat ini. 

Ismail juga mengutip jumlah rakaat shalat pada awal-awal Islam, yaitu sebanyak dua rakaat setiap kalinya selain maghrib yang berjumlah tiga rakaat sejak semula. Tetapi kemudian jumlah rakaatnya ditambah menjadi 4 rakaat saat bermukim sehingga shalat zuhur, ashar dan isya berjumlah empat rakaat dan tetap dua rakaat saat berperjalanan sebagaimana asal tasyri’.” (Sya’ban M Ismail, 2015 M/1436 H: 58).

Berikut ini beberapa Hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam tentang shalat :

1. Pahala Shalat Jama'ah Bila Rumahnya Jauh dari Masjid 

عَنْ أَبِي مُوْسَى قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْظَمُ النَّاسِ أَجْرًا فِي الصَّلَاةِ أَبْعَدُهُمْ فَأَبْعَدُهُمْ مَمْشًى وَالَّذِي يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ حَتَّى يُصَلِّيَهَا مَعَ الْإِمَامِ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ الَّذِي يُصَلِّي ثُمَّ يَنَامُ

Dari Abu Musa berkata, Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Orang yang paling banyak mendapatkan pahala dalam shalat adalah mereka yang paling jauh (jarak rumahnya ke masjid), karena paling jauh dalam perjalanannya menuju masjid. Dan orang yang menunggu shalat hingga dia melaksanakan shalat bersama imam lebih besar pahalanya dari orang yang melaksanakan shalat kemudian tidur. (H.R. Bukhari no. 651).

2. Keutamaan Menunggu Shalat Jama'ah 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ مَا لَمْ يُحْدِثْ اَللهم اغْفِرْ لَهُ اَللهم ارْحَمْهُ لَا يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاةٍ مَا دَامَتِ الصَّلَاةُ تَحْبِسُهُ لَا يَمْنَعُهُ أَنْ يَنْقَلِبَ إِلَى أَهْلِهِ إِلَّا الصَّلَاةُ

Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Para Malaikat berdo'a untuk salah seorang dari kalian selama dia masih pada posisi tempat shalatnya dan belum berhadats, Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama dia menanti palaksanaan shalat. Dimana tidak ada yang menghalangi dia untuk kembali kepada keluarganya kecuali shalat itu. (H.R. Bukhari no. 659).

3. Dihitung Shalat Ketika Menunggu Shalat Jamaah 

عَنْ حُمَيْدٍ قَالَ سُئِلَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ هَلِ اتَّخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاتَمًا فَقَالَ نَعَمْ أَخَّرَ لَيْلَةً صَلَاةَ الْعِشَاءِ إِلَى شَطْرِ اللَّيْلِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ بَعْدَ مَا صَلَّى فَقَالَ صَلَّى النَّاسُ وَرَقَدُوْا وَلَمْ تَزَالُوْا فِي صَلَاةٍ مُنْذُ انْتَظَرْتُمُوْهَا قَالَ فَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى وَبِيْصِ خَاتَمِهِ

Dari Humaid berkata, Anas bin Malik ditanya : Apakah Rasulullah ada mengenakan cincin?' Maka dia menjawab : Ya. Beliau pernah mengakhirkan shalat Isya hingga pertengahan malam, kemudian selesai shalat beliau menghadap ke arah kami seraya bersabda : Manusia sudah selesai shalat dan tidur, sementara kalian akan senantiasa dalam hitungan shalat kalian menunggu pelaksanaannya. Anas bin Malik berkata : Sungguh saat itu aku melihat kilau sinar cincin beliau. (H.R. Bukhari no. 661).

4. Larangan Mendahului Gerakan Imam 

عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَمَا يَخْشَى أَحَدُكُمْ أَوْ لَا يَخْشَى أَحَدُكُمْ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ قَبْلَ الْإِمَامِ أَنْ يَجْعَلَ اللهُ رَأْسَهُ رَأْسَ حِمَارٍ أَوْ يَجْعَلَ اللَّهُ اللهُ صُوْرَتَهُ صُوْرَةَ حِمَارٍ

Dari Muhammad bin Ziyad, aku mendengar Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Tidakkah salah seorang dari kalian takut, atau apakah salah seorang dari kalian tidak takut, jika ia mengangkat kepalanya sebelum Imam, Allah akan menjadikan kepalanya seperti kepala keledai, atau Allah akan menjadikan rupanya seperti bentuk keledai? (H.R. Bukhari no. 691).

5. Paling Banyak Hafalan Al-Qur'annya yang Jadi Imam 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ لَمَّا قَدِمَ الْمُهَاجِرُوْنَ الْأَوَّلُوْنَ الْعُصْبَةَ مَوْضِعٌ بِقُبَاءٍ قَبْلَ مَقْدَمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَؤُمُّهُمْ سَالِمٌ مَوْلَى أَبِي حُذَيْفَةَ وَكَانَ أَكْثَرَهُمْ قُرْآنًا

Dari Abdullah bin Umar berkata : Ketika rombongan Muhajirin yang pertama sampai di Ushbah, suatu tempat di Quba', sebelum kedatangan Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam yang mengimami shalat mereka adalah Salim mantan budak Abu Hudzaifah. Dia adalah seorang sahabat yang paling banyak bacaan (hafalan) Al-Qur'annya di antara mereka. (H.R. Bukhari no. 692).

6. Makmum Shalat Selalu Dapat Pahala 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُصَلُّوْنَ لَكُمْ فَإِنْ أَصَابُوْا فَلَكُمْ وَإِنْ أَخْطَئُوْا فَلَكُمْ وَعَلَيْهِمْ

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Para imam shalat memimpin kalian. Maka jika dia benar, mereka mendapat pahala dan kalian juga mendapatkan bagian pahalanya. Namun bila dia salah kalian tetap mendapatkan pahala dan mereka mendapatkan dosa. (H.R. Bukhari no. 694).

7. Larangan Menjawab Salam Ketika Shalat 

عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ كُنْتُ أُسَلِّمُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي الصَّلَاةِ فَيَرُدُّ عَلَيَّ فَلَمَّا رَجَعْنَا سَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيَّ وَقَالَ إِنَّ فِي الصَّلَاةِ لَشُغْلًا

Dari Abdullah radhiyallahu anhu berkata : Aku pernah memberi salam kepada Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda ketika Beliau sedang shalat, maka beliau membalas salamku. Ketika kami kembali (dari negeri An-Najasyi), aku memberi salam kembali kepada beliau, namun beliau tidak membalas salamku. Kemudian beliau berkata : Sesungguhnya dalam shalat terdapat kesibukan. (H.R. Bukhari no. 1216).

8. Nabi Tidak Melakukan Shalat Wajib di Atas Kendaraan 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَامِرِ بْنِ رَبِيْعَةَ أَنَّ عَامِرَ بْنَ رَبِيْعَةَ أَخْبَرَهُ قَالَ رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى الرَّاحِلَةِ يُسَبِّحُ ، يُوْمِئُ بِرَأْسِهِ قِبَلَ أَىِّ وَجْهٍ تَوَجَّهَ ، وَلَمْ يَكُنْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ ذَلِكَ فِى الصَّلاَةِ الْمَكْتُوْبَةِ

Dari Abdullah bin Amir bin Rabi'ah, bahwa Amir bin Rabi'ah mengabarkannya berkata : Aku melihat Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam di atas hewan tunggangannya bertasbih dengan memberi isyarat dengan kepala beliau kearah mana saja hewan tunggangannya menghadap. Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam tidak pernah melakukan seperti ini untuk shalat-shalat wajib. (H.R. Bukhari no. 1097).

9. Boleh shalat Sunnah di Atas Kendaraan 

عَنِ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ قَالَ سَالِمٌ كَانَ عَبْدُ اللهِ يُصَلِّى عَلَى دَابَّتِهِ مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ مُسَافِرٌ ، مَا يُبَالِى حَيْثُ مَا كَانَ وَجْهُهُ . قَالَ ابْنُ عُمَرَ وَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسَبِّحُ عَلَى الرَّاحِلَةِ قِبَلَ أَىِّ وَجْهٍ تَوَجَّهَ ، وَيُوْتِرُ عَلَيْهَا ، غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يُصَلِّى عَلَيْهَا الْمَكْتُوْبَةَ

Dari Ibnu Syihab berkata, telah berkata, Salim : Abdullah bin Umar radhiyallahu anhu ketika bepergian pernah shalat malam di atas tunggangannya ke arah mana saja tunggangannya menghadap. berkata, Ibnu Umar radhiyallahu anhu : Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam melaksanakan shalat sunnat diatas tunggangan beliau ke arah mana saja menghadap dan juga melaksanakan shalat witir di atasnya. Hanya saja beliau tidak melaksanakan yang demikian untuk shalat wajib. (H.R. Bukhari no. 1098).

10. Nabi Pernah Shalat Mengenakan Alas Kaki 

عَنْ سَعِيْدِ بْنِ يَزِيْدَ الْأَزْدِيِّ قَالَ سَأَلْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ: أَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي نَعْلَيْهِ؟ قَالَ نَعَمْ

Dari Sa’id bin Zaid Al-Azdiy ia berkata, saya bertanya kepada Anas bin Malik : Apakah Nabi Shallallahu alaihi Wassalam itu shalat dengan mengenakan alas kaki (sandal)? Anas menjawab : Ya. (H.R. Bukhari no. 386).

11. Manfaat Datang Lebih Awal Ketika Shalat Jum'at 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ كَانَ عَلَى كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ الْمَلَائِكَةُ يَكْتُبُوْنَ الْأَوَّلَ فَالْأَوَّلَ فَإِذَا جَلَسَ الْإِمَامُ طَوَوُا الصُّحُفَ وَجَاءُوْا يَسْتَمِعُوْنَ الذِّكْرَ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Pada hari jum'at, pada setiap pintu dari pintu-pintu masjid terdapat para malaikat yang mencatat orang yang datang lebih awal dan seterusnya hingga apabila imam sudah duduk (di atas mimbar) lembaran catatan itu ditutup lalu mereka mendengarkan dzikir (khathbah tersebut). (H.R. Bukhari no. 3211).

12. Musafir Boleh Jadi Imam Shalat 

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ غَزَوْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَهِدْتُ مَعَهُ الْفَتْحَ فَأَقَامَ بِمَكَّةَ ثَمَانِىَ عَشْرَةَ لَيْلَةً لاَ يُصَلِّى إِلاَّ رَكْعَتَيْنِ وَيَقُولُ يَا أَهْلَ الْبَلَدِ صَلُّوا أَرْبَعًا فَإِنَّا قَوْمٌ سَفْرٌ

Dari Imran bin Hushain ia berkata : Abu berperang bersama Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam aku ikut bersamanya dalam penaklukan Mekah, lalu beliau menetap di Mekah delapan belas malam, beliau tidak shalat kecuali dua rakaat, dan beliau bersabda : Wahai penduduk negeri (Mekah) hendaknya engkau shalat empat rakaat, karena kami adalah para musafir. (H.R. Abu Daud no. 1231, Baihaqi no. 5708).

13. Musafir Boleh Mengqashar Shalat 

عَنْ مُوسَى بْنِ سَلَمَةَ قَالَ كُنَّا مَعَ ابْنِ عَبَّاسٍ بِمَكَّةَ فَقُلْتُ إِنَّا إِذَا كُنَّا مَعَكُمْ صَلَّيْنَا أَرْبَعاً وَإِذَا رَجَعْنَا إِلَى رِحَالِنَا صَلَّيْنَا رَكْعَتَيْنِ قَالَ تِلْكَ سُنَّةُ أَبِى الْقَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Dari Musa bin salamah ia berkata : Kami pernah bersama Ibnu Abbas di Mekah. Maka aku (Musa) katakan : Sesungguhnya kami (para musafir) jika shalat di belakang kalian (yang mukim) tetap melaksanakan shalat empat rakaat (tanpa qashar). Namun ketika kami kembali ke perjalanan kami, kami melaksanakan shalat dua rakaat (dengan diqashar). Ibnu Abbas mengomentari : Itulah sunnah Abul Qashim (Rasulullah) Shallallahu alaihi Wassalam (H.R. Ahmad  no. 1890, Al-Mu'Jam Al-Kabir Lil Thabrani no. 12724).

14. Nabi mencintai shalat yang dijaga kesinambungannya 

عَنْ أَبِى سَلَمَةَ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهَا حَدَّثَتْهُ قَالَتْ لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُوْمُ شَعْبَانَ كُلَّهُ، وَكَانَ يَقُوْلُ خُذُوْا مِنَ الْعَمَلِ مَا تُطِيْقُوْنَ، فَإِنَّ اللهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوْا، وَأَحَبُّ الصَّلاَةِ إِلَى النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا دُوْوِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّتْ  وَكَانَ إِذَا صَلَّى صَلاَةً دَاوَمَ عَلَيْهَا

Dari Abu Salamah bahwa Aisyah radhiyallahu anha menceritakan kepadanya, katanya :  Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam tidak pernah melaksanakan puasa lebih banyak dalam sebulan selain bulan Sya'ban, yang beliau melaksanakan puasa bulan Sya'ban seluruhnya. Beliau bersabda : Lakukanlah amal-amal yang kalian sanggup melaksanakannya, karena Allah tidak akan berpaling (dalam memberikan pahala) sampai kalian yang lebih dahulu berpaling (dari mengerjakan amal) itu. Dan shalat yang paling Nabi Shallallahu alaihi Wassalam cintai adalah shalat yang dijaga kesinambungannya sekalipun sedikit. Dan Beliau bila sudah biasa melaksanakan shalat (sunnat) beliau menjaga kesinambungannya. (H.R. Bukhari no. 1970).

15. Anjuran shalat ghaib 

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ قَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ تُوُفِّىَ الْيَوْمَ رَجُلٌ صَالِحٌ مِنَ الْحَبَشِ فَهَلُمَّ فَصَلُّوا عَلَيْهِ. قَالَ فَصَفَفْنَا فَصَلَّى النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَنَحْنُ صُفُوفٌ

Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhu ia berkata, Nabi Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Hari ini telah meninggal seorang laki-laki yang shaleh di negeri Habsyi, maka berkumpul dan shalatlah kamu untuk dia. Jabir berkata : Lalu kami membuat shaf, kemudian Nabi Shallallahu alaihi Wassalam shalat untuk mayat itu, sedangkan kami bershaf-shaf. (H.R. Bukhari no. 1320, Ahmad no. 14515).

16. Anjuran shalat pada malam nishfu Sya'ban dan puasa pada siangnya 

عَنْ عَلِىِّ بْنِ أَبِى طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَصُوْمُوْا يَوْمَهَا. فَإِنَّ اللهَ يَنْزِلُ فِيْهَا لِغُرُوْبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُوْلُ أَلاَ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ أَلاَ مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلاَ مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلاَ كَذَا أَلاَ كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ

Dari Ali bin Abi Thalib ia berkata,  Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Apabila tiba malam nishfu Sya’ban, shalatlah pada malam harinya dan puasalah di siang harinya. Karena sesungghnya (rahmat) Allah turun di saat tenggelamnya matahari ke langit yang paling bawah, lalu berfirman : Adakah yang meminta ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuninya, Adakah yang meminta rezeki kepada-Ku, niscaya Aku akan memberinya rezeki, Adakah yang sakit, niscaya Aku akan menyembuhkannya, Adakah yang demikian (maksudnya Allah akan mengkabulkan hajat hambanya yang memohon pada waktu itu) adakah yang demikian sampai terbit fajar. (H.R.Ibnu Majah no 1451).

17. Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadats hingga dia berwudlu 

عَنْ هَمَّامِ بْنِ مُنَبِّهٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُوْلُ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُقْبَلُ صَلَاةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ قَالَ رَجُلٌ مِنْ حَضْرَمَوْتَ مَا الْحَدَثُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ فُسَاءٌ أَوْ ضُرَاطٌ

Dari Hammam bin Munabbih bahwa ia mendengar Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda : Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadats hingga dia berwudlu. Seorang laki-laki dari Hadlramaut berkata : Apa yang dimaksud dengan hadats wahai Abu Hurairah? Abu Hurairah menjawab : Kentut baik dengan suara atau tidak. (H.R. Bukhari no. 135).

Semoga bermanfaat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.