Edisi Rabu, 30 Maret 2022 M / 27 Sya'ban 1443 H.
Hadits sabagai sumber islam yang tidak kalah penting. Kenapa hadits digunakan untuk hukum islam? Karena Hadits merupakan pesan, nasihat, perilaku atau perkatan Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam, segala sabda, perbuatan, persetujuan dan ketetapan dari Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam, akan dijadikan sebagai ketetapan hukum islam.
Hadits mengandung aturan-aturan yang terperinci dan segala aturan secara umum baik berupa anjuran maupun larangan. Muatan hadits masih penjelasan dari Al-Qur’an. Perluasan atau makna di dalam masyarakat umum, hadits yang mengalami perluasan makna lebih akrab disebut dengan sunnah.
Berikut ini adalah beberapa Hadits Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam yang berkaitan dengan larangan dalam Islam :
1. Larangan Menyebut-nyebut Pemberian
عَنْ أَبِى ذَرٍّ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلاَ يُزَكِّيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ قَالَ فَقَرَأَهَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلاَثَ مِرَارٍ. قَالَ أَبُو ذَرٍّ خَابُوْا وَخَسِرُوْا مَنْ هُمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ الْمُسْبِلُ وَالْمَنَّانُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ
Dari Abu Dzar dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam, beliau bersabda : Tiga golongan manusia yang Allah tidak akan mengajak mereka bicara pada hari kiamat, tidak melihat mereka, tidak mensucikan dosanya dan mereka akan mendapatkan siksa yang pedih. Abu Dzar berkata lagi, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam membacanya tiga kali. Abu Dzar berkata : Mereka gagal dan rugi, siapakah mereka wahai Rasulullah? Beliau menjawab : Orang yang melakukan isbal (memanjangkan pakaian), orang yang suka memberi dengan menyebut-nyebutkannya (karena riya'), dan orang yang membuat laku barang dagangan dengan sumpah palsu. (H.R. Muslim no. 306).
2. Larangan Menurunkan (Memanjangkan) Pakaian Karena Sombong
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلاَءَ
Dari Ibnu Umar radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Allah tidak akan melihat orang yang menjulurkan pakaiannya dengan sombong. (H.R. Muslim no. 5574).
3. Larangan Mengapur Kuburan
عَنْ جَابِرٍ قَالَ نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ
Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam telah melarang mengapur kuburan, duduk di atasnya, dan mendirikan bangunan di atasnya. (H.R. Muslim no. 2289).
4. Larangan Menikam Dirinya Hingga Mati
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي يَخْنُقُ نَفْسَهُ يَخْنُقُهَا فِي النَّارِ وَالَّذِي يَطْعُنُهَا يَطْعُنُهَا فِي النَّارِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu berkata, Telah bersabda Nabi Shallallahu alaihi Wasallam : Barang siapa yang mencekik dirinya (hingga mati) maka dia akan dicekik di neraka dan barang siapa yang menikam dirinya (hingga mati) maka dia akan di tikam di neraka. ( HR. Bukhari no. 1365).
5. Larangan Membunuh Anak-Anak Serta Penghuni-Penghuni Gereja
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا بَعَثَ جُيُوْشَهُ قَالَ اُخْرُجُوْا بِسْمِ اللهِ تُقَاتِلُوْنَ فِى سَبِيْلِ اللهِ مَنْ كَفَرَ بِا للهِ لاَ تَغْدِرُوْا وَلاَ تَغُلُّوْا وَلاَ تُمَثِّلُوْا وَلاَ تَقْتُلُوا الْوِلْدَانَ وَلاَ أَصْحَابَ الصَّوَامِعِ
Dari Ibnu Abbas, ia berkata, Adalah Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam apabila mengutus tentaranya, beliau bersabda : Berangkatlah dengan nama Allah, berperanglah di jalan Allah terhadap orang-orang yang kufur kepada Allah, jangan melampaui batas, jangan berkhianat, jangan mencincang dan jangan membunuh anak-anak serta penghuni-penghuni gereja (orang-orang yang sedang beribadah). (H.R. Ahmad no. 2780, Baihaqi no. 18618).
6. Larangan Membunuh Kafir Dzimmi
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَتَلَ قَتِيْلًا مِنْ أَهْلِ الذِّمَّةِ لَمْ يَجِدْ رِيحَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيْحَهَا لَيُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ أَرْبَعِيْنَ عَامًا
Dari Abdullah bin Amr dia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Barang siapa yang membunuh seseorang dari ahli dzimmah (kafir Dzimmi) maka dia tidak akan mendapatkan bau surga, padahal baunya tercium dari jarak perjalanan empat puluh tahun. (H.R. Nasa'i no. 4764).
7. Larangan Membunuh Seorang Mukmin Tanpa Hak
عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ
Dari Al-Bara bin Azib, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam pernah bersabda : Kehancuran dunia (nilainya) lebih ringan di sisi Allah dari pada seseorang membunuh seorang mukmin tanpa hak (alasan yang dibenarkan Allah). (H.R. Ibnu Majah no. 2717, Nasa'i no. 3998, Tirmidzi no. 1455).
8. Larangan Wanita Untuk Meminta Talak
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّمَا امْرَأَةٍ سَأَلَتْ زَوْجَهَا الطَّلاَقَ مِنْ غَيْرِ مَا بَأْسٍ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الْجَنَّةِ
Dari Tsauban berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Siapa pun wanita yang meminta talak pada suaminya tanpa alasan maka bau surga haram baginya. (H.R. Ahmad no. 23041).
9. Larangan Mengganggu Tetangga
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يُؤْذِى جَارَهُ
Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah mengganggu tetangganya. (H.R Bukhari no. 5175, Muslim no 183).
10. Larangan saling mencaci-maki
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْتَبَّانِ مَا قَالَا فَعَلَى الْبَادِئِ مَا لَمْ يَعْتَدِ الْمَظْلُومُ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Apabila ada dua orang yang saling mencaci-maki, maka cacian yang diucapkan oleh keduanya itu, dosanya akan ditanggung oleh orang yang memulai cacian selama orang yang dizhalimi itu tidak melampaui batas. (H.R. Muslim no. 6756).
11. Larangan saling mencari-cari isu (kesalahan)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَهَجَّرُوا وَلَا تَدَابَرُوْا وَلَا تَحَسَّسُوْا وَلَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Janganlah kalian saling mendiamkan, saling membelakangi, dan janganlah suka mencari-cari isu (meneropong kesalahan), serta (memusuhi). Tetapi, jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. (H.R. Muslim no. 6702).
12. Larangan laki-laki berduaan dengan perempuan yang bukan mahromnya
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ امْرَأَتِي خَرَجَتْ حَاجَّةً وَاكْتُتِبْتُ فِي غَزْوَةِ كَذَا وَكَذَا قَالَ ارْجِعْ فَحُجَّ مَعَ امْرَأَتِكَ
Dari Ibnu Abbas dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam, beliau bersabda : Janganlah sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan perempuan kecuali dengan ditemani mahromnya. Lalu seorang laki-laki bangkit seraya berkata, Wahai Rasulullah, isteriku berangkat hendak menunaikan haji sementara aku diwajibkan untuk mengikuti perang ini dan ini. Beliau bersabda : Kalau begitu, kembali dan tunaikanlah haji bersama isterimu. (H.R. Bukhari no. 5233).
13. Larangan berlebihan dalam segala hal
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَتَصَدَّقُوْا وَالْبَسُوْا فِى غَيْرِ إِسْرَافٍ وَلَا مَخِيْلَةٍ
Dari Amr bin Syua’ib dari Bapaknya, dari kakeknya ia berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda: makanlah, minumlah, bersedekahlah, dan berpakaianlah tanpa berlebihan dan tidak sombong. (H.R. Nasa'i no. 2559 dan Ibnu Majah no. 3736).
14. Larangan puasa satu atau dua hari sebelum bulan Ramadhan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدُكُمْ رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ إِلَّا أَنْ يَكُوْنَ رَجُلٌ كَانَ يَصُوْمُ صَوْمَهُ فَلْيَصُمْ ذَلِكَ الْيَوْمَ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Janganlah seorang dari kalian mendahului bulan Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari kecuali apabila seseorang sudah biasa melaksanakan puasa (sunnat) maka pada hari itu dia dipersilahkan untuk melaksanakannya. (H.R. Bukhari no.1914).
15. Larangan Menampakkan kepuasan kepada Suami yang Tidak Ia dapatkan
عَنْ أَسْمَاءَ أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ لِى ضَرَّةً، فَهَلْ عَلَىَّ جُنَاحٌ إِنْ تَشَبَّعْتُ مِنْ زَوْجِى غَيْرَ الَّذِى يُعْطِيْنِى فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلْمُتَشَبِّعُ بِمَا لَمْ يُعْطَ كَلاَبِسِ ثَوْبَىْ زُوْرٍ
Dari Asma` bahwa seroang wanita bertanya : Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki madu (isteri lain dari suaminya), karena itu apakah aku akan mendapat dosa, bila aku menampak-nampakkan kepuasan dari suamiku dengan suatu hal yang tak diberikannya kepadaku? Maka Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Seorang yang menampakkan kepuasan dengan sesuatu yang tidak diberikan kepadanya adalah seperti halnya seorang yang memakai pakaian kepalsuan. (H.R. Bukhari no. 5219).
16. Larangan Memukul Istri
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ زَمْعَةَ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ يَجْلِدُ أَحَدُكُمُ امْرَأَتَهُ جَلْدَ الْعَبْدِ، ثُمَّ يُجَامِعُهَا فِى آخِرِ الْيَوْمِ
Dari Abdullah bin Zam'ah dari Nabi Shallallahu alaihi Wasallam, beliau bersabda : Janganlah salah seorang dari kalian memukul isterinya, seperti ia memukul seorang budak, namun saat hari memasuki waktu senja ia pun menggaulinya. (H.R. Bukhari no. 5204).
17. Larangan Memasuki Suatu Negeri yang Terjangkit Wabah Penyakit
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ عُمَرَ خَرَجَ إِلَى الشَّأْمِ، فَلَمَّا كَانَ بِسَرْغَ بَلَغَهُ أَنَّ الْوَبَاءَ قَدْ وَقَعَ بِالشَّأْمِ، فَأَخْبَرَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَقْدَمُوْا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوْا فِرَارًا مِنْهُ
Dari Abdullah bin Amir bahwa Umar pernah bepergian menuju Syam, ketika dia sampai di daerah Sargha, diberitahukan kepadanya bahwa negeri Syam sedang terjangkiti wabah penyakit menular, lantas Abdurrahman bin Auf memberitahukan kepadanya bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda : Jika kalian mendengar wabah tersebut menjangkiti suatu negeri, maka janganlah kalian menuju ke sana, namun jika dia menjangkiti suatu negeri dan kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dan lari darinya. (H.R. Bukhari no. 5730).
Semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.