Rabu, 13 Oktober 2021

17 KATA-KATA HIKMAH HABIB ALI BIN MUHAMMAD AL-HABSYI

Edisi Rabu, 13 Oktober 2021 M / 6 Rabi'ul Awwal 1443 H.

Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi lahir pada 24 Syawal 1259 Hijriah bertepatan dengan 1839 Masehi di Desa Qosam, Hadhramaut, Yaman. Ia lahir dari pasangan Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi dan Hababah Alawiyah binti Husein bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri.

Dalam biografi dan Manaqib Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, tertulis jelas nasab Habib Ali yang terhubung langsung ke Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi Wasallam. Nasab Habib Ali Al-Habsyi ini tersambung melalui jalur nasabnya Ali Zainal Abidin bin Husein bin Fathimah az-Zahro binti Muhammad bin Abdillah.

Ketika usia beliau menginjak 68 tahun, beliau mengarang sebuah kitab maulid yang diberi nama Simtud Durar. Sebuah kitab maulid yang masyhur dan penuh berkah hingga kini dibaca di Hadramaut, Indonesia, dan Afrika. Beliau mengarang kitab ini pada Kamis, 26 Shafar 1327 dan menyempurnakannya pada 10 Rabi'ul awwal 1327 Hijriyah.

Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi meninggal pada 20 Rabiuts Tsani 1333 H. Pada tahun-tahun terakhir menjelang wafatnya, penglihatan Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi semakin kabur. Habib Ali Al-Habsyi meninggalkan lima anak, empat laki-laki dan seorang putri dari dua istri. Dari istri yang pertama seorang wanita Qosam (bernama Abdullah) dan dari Syarifah Fatimah binti Muhammad Maulakhela (Muhammad, Ahmad, Alwi dan Khadijah).

Di antara anaknya tersebut ada yang menetap di Kota Solo, Jawa Tengah, Indonesia, yaitu Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi (ayah dari Habib Anis bin Alwi Al-Habsyi). Habib Alwi bin Ali pun menyelenggarakan haul Habib Ali di Kota Solo. Alhasil, masyarakat dari berbagai daerah setiap tahunnya datang berbondong-bondong menghadiri haul tersebut. Habib Alwi membangun Masjid Riyadh di Solo pada tahun 1355 H yang kini menjadi tempat pelaksanaan haul Habib Ali Al-Habsyi.

Berikut ini beberapa kata hikmah Habib Ali bin Muhammad AlHabsy :

1. “Camkanlah, jangan sampai kalian tidak mempelajari ilmu bahasa, Nahwu dan shorof. Karena ilmu bahasa merupakan dasar dan perantara kalian untuk memahami semua ilmu.”

2. “Wahai saudaraku, berprasangka baiklah kepada Allah Subhanahu WaTa'ala, wujudkanlah kebenaran janji-Nya, dan rasakanlah kebesaran rahmat-Nya. Cukuplah bagi kita firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala, seperti disabdakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, “Aku bersama prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, maka berprasangkalah kepada-Ku sesukamu.”

3. “Jika seorang hamba memedulikan penyakit hati seperti penyakit badan, niscaya mereka akan mendapatkan tabib di hadapan mereka. Tetapi, sedikit sekali yang membahas masalah ini, karena mereka telah dikuasai nafsu dan akal.”

4. “Jika tak ada ketamakan, dan tak ada satu mahluk pun keluar dari lingkaran jejak nabi Shallallahu 'alaihi Wasallam, tidak akan ada manusia mengejar dunia yang fana ini atau berpaling dari kebahagiaan akhirat yang kekal.”

5. “Tak ada derajat yang lebih tinggi daripada prasangka baik. Karena di dalam prasangka baik terdapat keselamatan dan keberuntungan. Didalam keluasan rahmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala sirnalah amalmu seperti amal setiap mahluk. Di dalam rahasia Allah Subhanahu WaTa'ala, yang dititipkan pada mahluk-Nya, terdapat sesuatu yang mengharuskan untuk berkeyakinan bahwa semua mahluk adalah Aulia.”

6. “Keteguhan yang sempurna berbeda-beda. Keteguhan dalam perkataan berbeda dengan keteguhan dalam perbuatan. Keteguhan perbuatan berbeda dengan keteguhan dalam beramal. Keteguhan dalam beramal berbeda dengan keteguhan dalam mencari. Keteguhan dalam mencari berbeda dengan keteguhan dalam apa yang dicari. Sedangkan hakikatnya, secara utuh dan merupakan kedudukan yang terakhir, adalah tidak memalingkan pandangan dari Allah Subhanahu WaTa'ala sekedip mata pun, bahkan yang lebih cepat dari itu.”

7. “Janganlah kau putuskan kehadiranmu di tempat-tempat yang baik karena alasan kesibukan dunia. Hati-hatilah, karena itu merupakan tipu daya setan. Hadirkanlah Allah Subhanahu WaTa'ala ketika sendirian. Sembahlah Dia, seakan melihatnya; dan jika tidak melihatnya, sesungguhnya Dia melihatmu.”

8. “Tutuplah mata dari perhiasan dunia dan segala kenikmatan fana yang dimiliki budak-budaknya serta kenikmatan yang akan terputus. Sesungguhnya semuanya seperti kau saksikan bahwa dunia ini cepat berpindah dan dekat kefanaannya.”

9. “Jadikanlah Al-Qur’an dan zikir kepada Allah Subhanahu WaTa'ala bacaan sehari-harimu. Bertafakurlah terhadap nikmat Allah Subhanahu WaTa'ala. Jika mungkin, setiap waktu hanya ada antara dirimu dan Allah Subhanahu WaTa'ala, dan pada saat itu telitilah diri sendiri. Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda, “Telitilah dirimu, sebelum kalian diteliti.” Seseorang yang meneliti dirinya di dunia, perhitungan baginya akan lebih ringan di Akherat kelak.”

10. “Orang yang lalai mengira bahwa dirinya mencapai kelezatan dunia tanpa mengetahui bahwa sebenarnya kemanisan dunia bercampur dengan kepahitannya. Sedangkan kehidupan indah yang sebenarnya adalah berpaling dari dunia, kemudian masuk ke hadirat yang Maha Kaya dengan sifat faqir, miskin, lalu memetik sesuatu yang indah dari tempat itu.”

11. “Kerjakanlah segala perintah Allah Subhanahu WaTa'ala dan tinggalkanlah larangan-Nya. Jangan sampai Allah Subhanahu WaTa'ala melihatmu melakukan apa yang dilarang-Nya, atau kehilangan-Mu pada perintahnya. Bangkitlah untuk memenuhi hak Allah Subhanahu WaTa'ala. Bersemangatlah melakukan sesuatu yang membuat para salaf Mulia.”

12. “Cabutlah ketajaman dari sarung pedang tabiatmu yang membelah akar cinta dari asalnya. Taburilah tanah dengan benih pohon-pohon kezuhudan, hingga menghasilkan qurb ( kedekatan ) kepada Allah Subhanahu WaTa'ala, air telaga dari celah wishal ( persatuan dengan Allah Subhanahu WaTa'ala ), dan pengetahuan pada puncak tujuan.”

13. “Yang selalu memperlambat terkabulnya doa’ seorang hamba adalah karena harapan yang rendah : mengharapkan sesuatu dari mahluk. Angkatlah pandanganmu secara keseluruhan kepada zat yang dibutuhkan semua mahluk….maka akan tampak tanda-tanda terkabulnya doa’.”

14. “Niat merupakan pondasi amal. Seseorang akan memperoleh karunia sesuai dengan niatnya. Betapa sering niat membuat orang yang jauh dari Allah Subhanahu WaTa'ala menjadi dekat kepada-Nya dan merubah sesuatu yang sulit menjadi ringan. Oleh karena itu, dalam setiap perbuatan, ucapan dan amalnya seorang Mukmin, hendaknya menerapkan niat yang baik. Tidak ada seorang pun yang mencapai kesuksesan dan keberhasilan kecuali karena niat yang baik. Sabda kekasih Allah Subhanahu WaTa'ala yang paling Agung, Al-Musthafa Shallallahu 'alaihi Wasallam di bawah ini cukup menjadi bukti keutamaan niat . Rasulullah bersabda :

إنّماالأعمال بالنّيّات

Sesungguhnya ( balasan ) setiap amal tergantung dari niatnya.

( HR. Bukhari dan Muslim )

نّيّة المؤمن خير من عمله

Niat seorang Mukmin lebih baik daripada amalnya.

Sudah menjadi sifat seorang Mukmin untuk menetapkan berbagai amal yang agung dan berusaha mengamalkannya, padahal dia hanya mampu mengamalkan sebagian darinya. Sebagai contoh adalah orang yang berniat menggunakan semua nafasnya ( waktunya ) untuk membaca wirid, dzikir atau untuk berpikir. Ternyata dia hanya mampu menggunakan sebagian waktunya saja. Apa yang telah dia kerjakan itu baik, tapi niatnya tersebut lebih baik dari amal yang telah dia kerjakan.”

15. “Motivasi tobat sangat banyak, tetapi penyebab paling kuat adalah renungan ( fikr ). Renungkanlah berbagai nikmat yang diberikan Allah Subhanahu WaTa'ala kepadamu sejak engkau berupa mani, hingga menjadi manusia sempurna yang lahir ke alam ini dan berbagai nikmat lainnya yang kau peroleh hingga saat ini. Renungkanlah semua nikmat Allah Subhanahu WaTa'ala dalam setiap masa pertumbuhanmu. Sebab dalam setiap napas terdapat banyak nikmat Allah Subhanahu WaTa'ala. Jika engkau renungkan semua ini, maka dalam dirimu akan muncul rasa cinta kepada Allah Subhanahu WaTa'ala. Karena, sudah menjadi watak hati untuk mencintai siapapun yang berbuat baik kepadanya, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam. Dan hakikatnya yang berbuat baik kepadamu adalah Allah Subhanahu WaTa'ala."

16. "Cinta (kepada Allah Subhanahu WaTa'ala) merupakan jalan paling mulia yang dapat membuat seseorang bertobat. Demi menyenangkan kekasihnya, seorang pecinta dapat melakukan sesuatu yang berada di luar kemampuannya. Apalagi untuk hal-hal yang mampu ia lakukan. Seorang pecinta akan berusaha sekuat tenaga meninggalkan segala sesuatu yang dapat membuat kekasihnya murka. Cinta adalah buah terbesar fikr.

Merenung (Fikr) akan membuahkan rasa malu." 

17. "Jika engkau merenungkan berbagai nikmat yang diberikan Allah kepadamu, maka engkau akan malu menggunakan berbagai nikmat itu untuk bermaksiat kepada-Nya.

Selain membuahkan cinta dan rasa malu yang merupakan motivasi terkuat untuk bertobat, maka merenung juga membuahkan rasa takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala ( khosyyah ). Seseorang yang memikirkan berbagai bencana yang akan dia peroleh karena maksiat; seperti pengusiran, kemurkaan, siksa dan hijab serta menyadari keagungan dan kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan betapa keras siksa-Nya, maka mau tidak mau dia akan sangat takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.”

Semoga bermanfaat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.