Rabu, 20 Oktober 2021

17 KATA MUTIARA HIKMAH HABIB ALI AL-JUFRI

Edisi Rabu, 20 Oktober 2021 M / 13 Rabi'ul Awwal 1443 H.

Sayyid Al Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman al-Jufri dilahirkan di kota Jeddah, Arab Saudi tepat sebelum fajar pada hari Jum'at, 16 April 1971 bertepatan 20 Safar 1391 H, dari orang tua yang masih keturunan Imam Hussein bin Ali radhiyallahu'anhu.

Kelebihannya Habib Ali Al Jufri, jika berbicara di forum, orang akan dibuat kagum dengan penguasaannya dalam ilmu Agama cukup luas dan mendalam serta kaitannya dengan masalah-masalah kontekstual di era modern. Intonasi suaranya membuat orang tak ingin berhenti mengikuti pembicaraannya. Pada saat tertentu, suara dan ungkapan-ungkapannya menyejukkan hati pendengarnya. Tapi di saat yang lain, suaranya meninggi, menggelegar, bergetar, membuat mereka tertunduk, lalu mengoreksi diri sendiri.

Materi yang dibawakan bukan hanya mengandalkan retorika semata, melainkan penuh dengan pemahaman-pemahaman baru, sarat dengan informasi penting, dan ditopang argumentasi-argumentasi yang kukuh. Wajar ceramahnya mampu menyentuh kalbu dan membuat audiense seperti memperoleh tambahan ilmu dan wawasan baru, juga semangat dan tekad baru untuk mengoreksi diri sendiri dan membuat 'perubahan'.

Berikut beberapa kata mutiara bijak dan nasehat Habib Ali Al-Jufri :

1. Bila Anda bisa mencintai seseorang tanpa syarat, tanpa alasan, Anda bisa mulai memahami kasih tanpa pamrih dari Tuhan untuk Anda.

Kebencian di hatimu untuk orang lain selalu kelemahan.

2. Menilai niat orang lain adalah hak Tuhan saja. Kami tidak memiliki hak ini, dan ini adalah perilaku yang buruk dengan Tuhan.

3. Isu-isu yang telah menciptakan kondisi multipleks yang sulit yang dihadapi umma kita telah terakumulasi dalam waktu lama. Pengobatannya akan bersifat multidimensi, berkepanjangan dan harus bersifat kumulatif.

4. Seranganmu terhadap pribadi orang yang berbeda denganmu tidak menunjukkan benarnya pendapatmu, sebagaimana itu juga tidak membuktikan salahnya pandangan orang yang berbeda denganmu. Justru terkadang itu menunjukkan kelemahan dirimu.

5. Jika syaitan itu tidak pernah putus asa untuk memasukkan kita kedalam neraka. bagaimana kamu boleh berputus asa untuk masuk kedalam surga?

6. Kalimat La ilaha illallah menyatukan kita semuanya. Orang yang mencintai Allah, tidak akan pernah membenci siapapun termasuk orang kafir sekalipun. Lebih dari itu, dia juga tidak akan membenci saudara-saudaranya se-Islam meskipun sebagian mereka telah mengkafirkan dirinya.

Saudara-sadaraku, janganlah sedikitpun kalian membenci mereka! Orang yang benar dan jujur dalam mencintai Allah dan Rasul-Nya tidak akan pernah membenci.

7. Cintailah mereka! Cintailah kebaikan untuk mereka!

Berdoalah untuk mereka: Ya Allah, perlihatkanlah kepada kami dan kepada mereka yang benar itu adalah benar dan berikanlah kepada kami rezki untuk mengikutinya. Dan juga perlihatkanlah kepada kami semua bahwa yang salah itu adalah salah dan berikanlah kami rezeki untuk menjauhinya.

8. Riya’ adalah tanda kosongnya hati seseorang dari keagungan Allah Subhanahu WaTa'ala. Jika hatimu bisa penuh dengan keagungan Allah Subhanahu WaTa'ala, untuk apa kau butuh orang lain melihat amal perbuatanmu? Apakah kamu puas jika mereka melihat amlanmu? Apakah kamu puas jika mereka mengetahui apa yang kamu perbuat?

9. Jika kamu berdusta dengan alasan bahwa kamu telah didustai orang lain, atau menzalimi dengan alasan kamu terlah dizalimi oleh orang lain, maka berhati-hatilah bahwa kezaliman sedang mengetuk pintu hatimu.

10. Kita sering mendengar kalimat Mati di jalan Allah tetapi ada apa dengan Hidup dijalan Allah?Hidup dijalan Allah lebih sulit jihadnya, lebih berat cobaannya, dan lebih panjang kesulitannya, apalagi dizaman fitnah. Barang siapa yang hidup dijalan Allah maka dia akan mati dijalan Allah.

11. Ketika aku mendengar orang bicara atas nama islam dengan bahasa yang kasar dan caci maki, aku bersyukur kepada Allah tidak memahami Islam lewat Lisan Mereka.

12. Jangan memandang sebelah mata orang yang berbuat maksiat. Jangan merasa kita lebih bermartabat dibandingkan dengan mereka. Kita cela perbuatan maksiat mereka, bukan orangnya. Mereka tidak boleh kita anggap rendah dan tercela, kita juga tidak boleh sombong kepada mereka. Boleh jadi suatu malam ia dilihat Allah, lalu menjadi seorang wali yang dicintai Allah, sementara amalmu yang tidak seberapa, karena engkau sombongkan, dihapus Allah dan engkau jadi tak punya apa-apa. Bahkan, boleh jadi imanmu dicabut, dan engkau tidak diterima lagi untuk menghadapnya. Na’udzubillahi min dzalik

13. Guru-guru kita mengajarkan bahwa ketika kita dipuji oleh seseorang, sementara kita merasa belum layak menerima pujian tersebut, maka sebaiknya kita mengucapkan Amin. Tujuannya adalah agar pujian tersebut bisa kita jadikan doa.

14. Jika tanganmu pendek untuk membalas kebaikan seseorang, maka panjangkan lisanmu untuk selalu mendoakannya.

15. “Dimana adanya Akhlak yang mulia, tanda disitu adanya Agama. Dimana adanya Akhlak yang mulia, tanda adanya juga disitu Ilmu. Sekiranya tiada disitu Akhlak yang Mulia, maka tiada juga disitu Ilmu dan Agama…”

16. “Tidak mungkin dengan Agama itu tanpa ada Akhlak yang Mulia. Tidak mungkin bersifat Kesolehan itu dengan tiada Akhlak yang Mulia. Tidak mungkin terjadinya Ilmu itu, tanpa Akhlak yang Mulia…”

17. “Maka setiap yang berIlmu dan berAgama, jika tiada terzahir padanya Akhlak yang Mulia maka disitu ada kecacatan pada orang yang berIlmu dan yang berAgama…”

Semoga bermanfaat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.