Minggu, 17 Oktober 2021

17 MUTIARA KALAM HABIB UMAR BIN HAFIDZ (BAGIAN 1)

Edisi Ahad, 17 Oktober 2021 M / 10 Rabi'ul Awwal 1443 H.

Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz yang dilahirkan pada hari Senin, 27 Mei 1963 M [Kalender Hijriyah: 4 Muharram 1383], adalah seorang ulama dunia era modern. al-Habib ‘Umar kini tinggal di Tarim, Yaman di mana beliau mengawasi perkembangan di Dar-al Musthafa dan berbagai sekolah lain yang telah dibangun di bawah manajemennya. Beliau masih memegang peran aktif dalam dakwah agama Islam, sedemikian aktifnya sehingga beliau meluangkan hampir sepanjang tahunnya mengunjungi berbagai negara di seluruh dunia demi melakukan kegiatan-kegiatan mulianya itu.

Beliau terlahir di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim-ulama yang dihasilkan kota ini selama berabad-abad. Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya yang adalah seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Shaikh Abu Bakr bin Salim. Ayahnya adalah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidupnya demi penyebaran agama Islam dan pengajaran Hukum Suci serta aturan-aturan mulia dalam Islam.

Berikut ini beberapa Kalam Habib Umar bin Hafidz bagian pertama :

1. Kesatu 

اَمَْلئ قَلْبَكَ بِمَحَبَّةِ إِخْواَنِكَ يَنْجَبِرْ وَنُقْصاَنُكَ يَرْتَفِعْ عِنْدَاللهِ شأْنَكَ

Penuhilah hatimu dengan kecintaan terhadap saudaramu niscaya akan menyempurnakan kekuranganmu dan mengangkat derajatmu di sisi Allah.

2. Kedua 

مَنْ كاَنَ أَعْرَفْ كاَنَ أَخْوَف

Barangsiapa semakin mengenal kepada Allah niscaya akan semakin takut.

3. Ketiga 

مَنْ لَمْ يُجاَلِسْ مُفْلِحُ كَيْفَ يُفْلِحُ ومَنْ جاَلَسَ مُفْلِحُ كَيْفَ لاَ يُفْلِحُ

Barangsiapa yang tidak mau duduk dengan orang beruntung, bagaimana mungkin ia akan beruntung. Barangsiapa yang duduk dengan orang beruntung bagaimana mungkin ia tidak akan beruntung.

4. Keempat 

مَنْ كاَنَ سَيَلْقَى فِيْ الْمَوْتِ الْحَبِيْبَ فَالْمَوْتُ عِيْداً لَهُ

Barangsiapa menjadikan kematiannya sebagai pertemuan dengan Sang Kekasih (Allah), maka kematian adalah hari raya baginya.

5. Kelima 

مَنْ صَدَّقَ باِلرِّساَلَةِ خَدَمَهاَ

مَنْ صَدَّقَ باِلرِّساَلَةِ تَحَمَّلْ مِنْ أَجْلِهاَ

مَنْ صَدَّقَ باِلرِّساَلَةِ بَدَّلَ ماَلَهُ وَ نَفْسَهُ مِنْ شأْنِهاَ

Barangsiapa percaya pada Risalah (terutusnya Rasulullah), maka ia akan mengabdi padanya. Dan barangsiapa percaya pada Risalah, maka ia akan menanggung (sabar) karenanya. Dan barangsiapa yang membenarkan risalah, maka ia akan mengorbankan jiwa dan hartanya untuknya.

6. Keenam 

كُلُّ واَحِدٍ قُرْبُهُ فِيْ الْقِياَمَةِ مِنَ الأَ نْبِياَءِ عَلَى قَدْرِ إِهْتِماَمِهِ بِهَذِهِ الدَّعْوَةِ

Kedekatan seseorang dengan para Nabi di hari kiamat menurut kadar perhatiannya terhadap dakwah ini. 

7. Ketujuh 

ماَ أَعْجَبَ الأَرْضُ كُلُّهاَ عِبْرَةٌ لاَ أَظُنَّ يُوْجَدُ عَلَى ظَهْرِ الأَرْضِ إِلاَّ شِبْراً وَلِلْعاَقِلِ فِيْهِ عِبْرَةٌ إِذاَ اعْتُبَرَ

Betapa anehnya bumi, semuanya adalah pelajaran. Kukira tidak ada sejengkal tanah di muka bumi kecuali di situ ada ‘ibrah (pelajaran) bagi orang yang berakal apabila mau mempelajarinya.

8. Kedelapan 

خَيْرُ النَّفْسِ مُخاَلَفَتُهاَوَ شَرُّ النَّفْسِ طاَعَتُهاَ

Sebaik-baik nafsu adalah yang dilawan dan seburuk-buruk nafsu adalah yang diikuti.

9. Kesembilan 

مِنْ دُوْنِ قَهْرِ النُّفُوْسِ ماَيَصِلُ الإِنْساَنُ إِلَى رَبِّهِ قَطٌّ قَطٌّ قَطٌّ وَالْقَرْبُ مِنَ اللهِ عَلَى قَدْرِ تَصْفِيَةِ النُّفُوْسِ

Tanpa menahan hawa nafsu maka manusia tidak akan sampai pada Tuhannya sama sekali dan kedekatan manusia terhadap Allah menurut kadar pembersihan jiwanya.

10. Kesepuluh 

إِذاَ انْفُتِحَتِ الْقُلُوْبُ حَصَلَ الْمَطْلُوْبَ

Jikalau sebuah hati telah terbuka, maka akan mendapatkan apa yang diinginkan.

11. Kesebelas 

مَنْ كاَنَ لَهُ بِحاَرٌ مِنَ الْعِلْمِ ثُمَّ وَقَعَتْ قِطْرَةٌ مِنَ الْهَوَى لَفَسَدَتْ

Barangsiapa yang mempunyai samudra ilmu kemudian kejatuhan setetes hawa nafsu, maka hawa nafsu itu akan merusak samudra tersebut.

12. Keduabelas 

لَحْظَةٌ مِنْ لَحَظَاتِ الْخِدْمَةِ خَيْرٌ مِنْ رُؤْيَةِ الْعَرْشِ وَ ماَ فِيْهِ أَلْفَ مَرَّةٍ

Sesaat dari saat-saat khidmat (pengabdian), lebih baik daripada melihat ‘Arsy dan seisinya seribu kali.

13. Ketigabelas 

الإِ نْطِواَءُ فِيْ الشَّيْخِ مُقَدِّمَةٌ لِلْإِ نْطِواَءِ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

وَالْإِ نْطِواَءُ فِيْ الرَّسُوْلِ مُقَدِّمَةٌ لِلْفَناَءِ فِي اللهِ

Menyatunya seorang murid dengan gurunya merupakan permulaan di dalam menyatunya dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam. Sedangkan menyatunya dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam merupakan permulaan untuk fana’ pada Allah (lupa selain Allah).

14. Keempat belas 

لَمْ يَزَلِ النَّا سُ فِي كُلِّ وَقْتٍ ماَ بَيْنَ صِنْفَيْنِ : صِنْفُ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ وَصِنْفُ سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ الْجُحُوْدِ

Manusia di setiap waktu senantiasa terdiri dari dua golongan, golongan yang di wajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas sujud dan golongan yang di wajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas keingkaran.

15. Kelima belas 

مَنْ طَلَبَ غاَلِى باِلْبَدْلِ لاَ يُباَلِيْ

Barangsiapa yang menuntut keluhuran, maka tidak akan peduli terhadap pengorbanan.

16. Keenam belas 

إِنَّ لِلسَّجُودِ حَقِيْقَةٌ إِذاَ ناَزَلَتْ أَنْواَرُهاَ قَلْبَ الْعَبْدِ ظَلَّ الْقَلْبِ ساَجِداً أَبَداً فَلاَ يَرْفَعُ عَنِ السُّجُودِ

Sesungguhnya di dalam sujud terdapat hakikat yang apabila cahayanya turun pada hati seorang hamba, maka hati tersebut akan sujud selama-lamanya dan tidak akan mengangkat dari sujudnya.

17. Ketujuh belas 

قاَلَ فِيْ شَأْنِ دَعْوَةٍ : الواَجِبُ أَنْ نَكُوْنَ كُلَّناَ دَعاَةً وَلَيْسَ بِواَجِبٍ أَنْ نَكُوْنَ قُضاَةً أَوْ مُفْتِيَيْنِ ( قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ) فَهَلْ نَحْنُ تَبِعْناَهُ أَوْ ماَ تَبِعْناَهُ ؟ فاَلدَّعْوَةُ مَعْناَهاَ : نَقْلُ النَّاسِ مِنَ الشَّرِّ إِلَى الْخَيْرِ وَ مِنَ الْغَفْلَةِ إِلَى الذِّ كْرِ وَ مِنَ الإِدْباَرِ إِلَى الإِقْباَلِ وَ مِنَ الصِّفَاتِ الذَّمِيْمَةِ   إِلَى الصِّفَاتِ الصاَّ لِحاَتِ

Beliau berkata tentang dakwah, “Yang wajib bagi kita yaitu harus menjadi da’i dan tidak harus menjadi qadhi atau mufti. “Katakanlah wahai Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam : “Inilah jalanku, aku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang jelas; aku dan pengikutku).” Apakah kita ikut padanya (Rasulullah) atau tidak ikut padanya? Arti dakwah adalah memindahkan manusia dari kejelekan menuju kebaikan, dari kelalaian menuju ingat kepada Allah, dan dari keberpalingan kembali menuju kepada Allah, dan dari sifat yang buruk menuju sifat yang baik. 

Semoga bermanfaat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.